Sawah Diselimuti Plastik Dapat Genjot Produktivitas

Reporter

Editor

Raihul Fadjri

Senin, 24 November 2014 20:00 WIB

Padi Ambok yang telah dipanen di area persawahan Malekeri, Desa Palangi, Toraja Utara, Sulawesi Selatan, 3 Agustus 2014. Padi Ambok merupakan varietas unggulan Toraja Utara yang memiliki harga jual di pasaran sebesar Rp18 ribu per kilogram. TEMPO/Iqbal Lubis

TEMPO.CO, Karanganyar - Aktivis Asosiasi Bank Benih Tani Indonesia (AB2TI) Karanganyar, Jawa Tengah, Bambang Tri Purnomo, mengenalkan teknik penanaman padi baru yang diberi nama mulsa alias kemul sawah atau menyelimuti sawah.

Teknik mulsa dilakukan dengan menutupi lahan sawah menggunakan plastik yang dilubangi untuk menanam padi. Bambang mengatakan teknik mulsa biasa dipakai untuk tanaman hortikultura. “Dan saya ingin mencobanya untuk padi,” katanya, Senin, 24 November 2014.

Lahan uji coba terdapat di Desa Blorong, Kecamatan Jumantono, Karanganyar, dengan luas 1.000 meter persegi. Awalnya, lahan persawahan dibagi menjadi beberapa blok memanjang. Jarak antarblok sekitar 40 sentimeter.

Plastik sepanjang 500 sentimeter dan lebar 120 sentimeter dipakai menutupi lahan. Lalu, dengan alat khusus, dibuat lubang dengan jarak antarlubang sekitar 20 sentimeter. Di tiap lubang diberi dua benih. Benih yang dipakai adalah padi varietas Cipto Roso. Mulai ditanam pada 22 Juli, padi dipanen pada 1 November 2014. “Hasilnya sangat baik. Jika dikonversi ke hektare bisa mendapat 11 ton per hektare. Padahal dengan teknik konvensional biasanya hanya mendapat 6-7 ton per hektare,” ucapnya.

Menurut dia, ada beberapa keuntungan dengan teknik mulsa, yaitu hemat pupuk karena hampir tidak ada penguapan. Dia mengatakan, jika pupuk ditabur pada tanaman padi, biasanya 60-70 persen menguap.

Selain itu, hemat air karena tidak ada penguapan dan hemat biaya operasional karena tidak perlu menyiangi rumput. “Rumput tidak bisa tumbuh karena terhalang plastik,” katanya.

Ia mengakui di awal memang butuh biaya cukup mahal untuk membeli plastik. Untuk lahan 1.000 meter persegi, dia menghabiskan biaya sekitar Rp 600 ribu. Namun plastik tersebut bisa dipakai hingga 15 kali penanaman. “Karena selalu terendam air sehingga plastik lebih awet. Plastik juga tidak dipakai hingga panen, cukup selama 36 hari,” ujarnya.

Adapun pakar pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta, Suntoro Wongso Atmojo, menilai cara mulsa memang bisa diterapkan. Hanya, perlu dihitung biaya membeli plastik dan efektivitas penggunaan plastik.

Dia mengatakan teknik yang dinamakan SRI (system rice intensification) itu sudah dijalankan di Ngawi sejak 2002. Hasil panen mencapai 7-7,5 ton per hektare.

UKKY PRIMARTANTYO

Berita terkait

Peneliti BRIN Pertanyakan Benih Padi Cina Mampu Taklukkan Lahan Kalimantan

4 hari lalu

Peneliti BRIN Pertanyakan Benih Padi Cina Mampu Taklukkan Lahan Kalimantan

BRIN sampaikan bisa saja padi hibrida dari Cina itu dicoba ditanam. Apa lagi, sudah ada beberapa varietas hibrida di Kalimantan. Tapi ...

Baca Selengkapnya

Terkini: Usulan BTN Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, Pro Kontra Rencana Buka Lahan 1 Juta Ha untuk Padi Cina

7 hari lalu

Terkini: Usulan BTN Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, Pro Kontra Rencana Buka Lahan 1 Juta Ha untuk Padi Cina

BTN mengusulkan skema dana abadi untuk membiayai program 3 juta rumah yang dicanangkan oleh pasangan Capres-cawapres terpilih Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Pro Kontra Rencana Pemerintah Buka Lahan Sejuta Hektar di Kalimantan untuk Padi Cina

7 hari lalu

Pro Kontra Rencana Pemerintah Buka Lahan Sejuta Hektar di Kalimantan untuk Padi Cina

Rencana pemerintah membuka lahan sejuta hektar di Kalimantan Tengah untuk proyek penanaman padi Cina dinilai tidak perlu.

Baca Selengkapnya

Lahan Sejuta Hektar untuk Padi Cina: Upaya Luhut, Keheranan Pakar IPB dan Contoh Sukses di Gurun Dubai

9 hari lalu

Lahan Sejuta Hektar untuk Padi Cina: Upaya Luhut, Keheranan Pakar IPB dan Contoh Sukses di Gurun Dubai

Menko Luhut mengatakan, Cina bersedia untuk mengembangkan pertanian di Kalimantan Tengah dengan memberikan teknologi padinya.

Baca Selengkapnya

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

10 hari lalu

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

Kepala Eksekutif OJK Friderica Widyasari Dewi memberikan sejumlah tips yang dapat diterapkan oleh ibu-ibu dalam menyikapi isi pelemahan rupiah.

Baca Selengkapnya

Wacana Sawah Padi Cina 1 Juta Hektare di Kalimantan, Guru Besar IPB: Tidak Masuk Akal

10 hari lalu

Wacana Sawah Padi Cina 1 Juta Hektare di Kalimantan, Guru Besar IPB: Tidak Masuk Akal

Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) mengkritik wacana penggunaan lahan 1 juta hektare di Kalimantan untuk adaptasi sawah padi dari Cina.

Baca Selengkapnya

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah, Jika Diminta

10 hari lalu

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah, Jika Diminta

Bulog mengaku siap jika diminta pemerintah menjadi off-taker gabah dari kerjasama pertanian Indonesia dan Cina

Baca Selengkapnya

Luhut Gandeng Cina Kembangkan Teknologi Penanaman Padi di Kalteng: Tinggal Cari Partner Lokal

11 hari lalu

Luhut Gandeng Cina Kembangkan Teknologi Penanaman Padi di Kalteng: Tinggal Cari Partner Lokal

Luhut Pandjaitan menyatakan bahwa Cina bersedia turut memberikan teknologi padinya ke Indonesia

Baca Selengkapnya

Mentan Galakkan Pompanisasi 500 Ribu Hektare di Jawa, Siapkan Anggaran Rp 5,8 Triliun

45 hari lalu

Mentan Galakkan Pompanisasi 500 Ribu Hektare di Jawa, Siapkan Anggaran Rp 5,8 Triliun

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman bakal melakukan pompanisasi pada 500 ribu hektare lahan tadah hujan di Pulau Jawa.

Baca Selengkapnya

Sawah di Pangkep Sulawesi Selatan Terancam Gagal Panen, Petani: Biaya yang Sudah Dikeluarkan Rp 5 Juta

54 hari lalu

Sawah di Pangkep Sulawesi Selatan Terancam Gagal Panen, Petani: Biaya yang Sudah Dikeluarkan Rp 5 Juta

Padi di Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan (Pangkep) terancam gagal panen. Musababnya , sawah para petani digenangi air setinggi dada orang dewasa.

Baca Selengkapnya