Hunian Pengungsi Gunung Merapi Masuk Rekor MURI

Reporter

Editor

Raihul Fadjri

Minggu, 23 November 2014 19:02 WIB

Pendaki menaiki jalur Watu Gajah menuju puncak Gunung Merapi untuk melihat pesona kawah dan keindahan matahari terbit saat hari Kemerdekaan RI, di Gunung Merapi, Boyolali, Jawa Tengah, 17 Agustus 2014. ANTARA/Teresia May

TEMPO.CO, Yogyakarta - Pembangunan hunian tetap bagi ribuan pengungsi lereng Gunung Merapi membuat rekor dan masuk MURI. Selain jumlah terbanyak, waktu pembangunan juga tercepat. Yang lebih menggembirakan, relokasi pengungsi dari lokasi bencana ke zona aman tanpa gejolak.

"Hunian tetap bagi pengungsi paling banyak dan paling cepat pembangunannya, kurang dari empat tahun. Ini penciptaan rekor baru di dunia," kata Paulus Pangka, perwakilan dari Museum Rekor Indonesia (MURI), di hunian tetap Pagerjurang, Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, Ahad 23 November 2014.

Rumah hunian tetap yang dibangun untuk warga yang terkena erupsi Merapi 2010 di Daerah Istimewa Yogyakarta sebanyak 2040 unit. Di Magelang Jawa Tengah sebanyak 476 unit. "Memindahkan ribuan keluarga ke tempat baru itu tidak mudah," kata Paulus.

Hunian tetap bagi para warga yang awalnya tinggal di kawasan rawan bencana juga dilengkapi dengan 312 titik kegiatan infrastruktur prasarana untuk kegiatan pengurang risiko bencana. Selain itu, juga dibangun sebanyak 1.145 titik infrastruktur dasar yang tersebar di Sleman, Klaten, Boyolali dan Magelang.

Menurut Adjar Prayudi, Direktur Penataan dan Lingkungan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, membangun kembali daerah pascabencana tak mudah. Selain harus menyiapkan dana sangat besar, pelaksanaan rehabikitasi dan rekonstruksinya, juga memerlukan perencanaan dan perhitungan yang matang. Masyarakat juga dilibatkan secara penuh. "Kami memang kejam dalam melaksanakan pembangunan. Itu dibutuhkan supaya program pembangunan bisa tercapai seperti rencana," kata dia.

Ia menyontohkan, pendekatan relokasi pemukiman pascabencana atau relokasi untuk kebutuhan pembangunan seperti waduk, sudah sering dilakukan. Tetapi hal itu sering pula diwarnai konflik sosial antar sesama warga maupun dengan pemerintah. Seperti pembangunan waduk Kedungombo pada tahun 1980-an. Warga melawan dengan Gigih. Sehingga pembangunan tidak maksimal.

Penanganan paskaerupsi Merapi 2010 merupakan prestasi yang patut dihargai. Tidak lebih dari 4 tahun, sebanyak 2516 kepala keluarga telah direlokasi ke tempat aman dengan disiapkan hunian tetap san infrastruktur nya. "Prestasi ini patut dicatat sebagai kegiatan relokasi permukiman terbesar yang dilakukan melalui pendekatan partisipatif tanpa gejolak sosial," kata dia.

Setiap kepala keluarga yang direlokasi, mendapatkan bantuan Rp 30 juta untuk pembangunan rumah yang susah direncanakan oleh Rekompak, pelaksana pembangunan. Dana itu didapat dari berbagai sumber, dari negara maupun dari pendonor dari luar negeri.

MUH SYAIFULLAH

Berita terkait

Cerita dari Kampung Arab Kini

13 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.

Baca Selengkapnya

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

16 hari lalu

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

53 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

57 hari lalu

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram

Baca Selengkapnya

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

4 Maret 2024

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

20 Januari 2024

Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat 27 kejadian kerusakan dampak Badai Tropis Anggrek yang terdeteksi di Samudera Hindia.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

4 Januari 2024

Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

BMKG menjelaskan perkiraan cuaca Yogyakarta dan sekitarnya hingga akhir pekan ini, penting diketahui wisatawan yang akan liburan ke sana.

Baca Selengkapnya

Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

8 Desember 2023

Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

Gunung Merapi di perbatasan antara Jawa Tengah dan Yogyakarta mengeluarkan awan panas guguran.

Baca Selengkapnya

Kader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya

8 Desember 2023

Kader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya

Politikus PSI Ade Armando dipolisikan karena sebut politik dinasti di Yogyakarta. Ia dituduh langgar Pasal 28 UU ITE. Begini bunyi dan ancaman hukuman

Baca Selengkapnya

Begini Sejarah Panjang Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa

8 Desember 2023

Begini Sejarah Panjang Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki sejarah panjang hingga memiliki otonomi khusus. Berikut penjelasannya.

Baca Selengkapnya