Presiden Jokowi (kiri) dan Wapres Jusuf Kalla sempat melepas dasi dan jasnya saat menaiki kereta kuda yang mengarak dari Bundaran Hi ke Istana Negara, Jakarta, 20 Oktober 2014. REUTERS/Bismo Agung
TEMPO.CO,Jakarta - Hasil sigi Lingkaran Survei Indonesia (LSI)-Denny J.A. menyatakan pamor pemerintah Joko Widodo-Jusuf Kalla merosot drastis dalam sebulan masa kerja karena kebijakan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
"Belum genap 100 hari pemerintahannya, pasca-kenaikan harga BBM, kepuasan publik terhadap Jokowi merosot drastis," kata peneliti LSI-Denny JA, Ade Mulyana, dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat, 21 November 2014. (Jokowi-JK Siap Tidak Populer)
Ade mengatakan, berdasarkan hasil survei quick poll yang dilakukan pada 18-19 November 2014 melalui random sampling terhadap 1.200 responden di seluruh Indonesia, kepuasan publik terhadap kepemimpinan Jokowi hanya 44,94 persen.
"Belum 100 hari, kepuasan terhadap pemerintahan Jokowi di bawah 50 persen. Ini peringatan bagi pemerintahan Jokowi-JK. Mereka yang tidak puas dengan kepemimpinan Jokowi-JK pun cukup besar, yaitu sebesar 43,82 persen," ujar Ade. (Baca: Inflasi Maksimal 2,58 Persen)
Dia menyatakan tren menurunnya kepuasan terhadap kepemimpinan Jokowi merata di semua segmen masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan, tinggal di perkotaan maupun desa, berpendidikan tinggi maupun rendah, serta wong cilik maupun kelas menengah-atas.
"Menurunnya kepuasan terhadap kepemimpinan Jokowi pun terjadi pada pemilih Jokowi-JK sendiri di pilpres lalu. Mereka yang mengaku pemilih Jokowi-JK hanya 48,59 persen yang menyatakan puas dengan kepemimpinan Jokowi, 42,58 persen tidak puas, sisanya tidak menjawab," ujarnya.
Alasan menurunnya kepuasan publik terhadap Jokowi antara lain kurangnya sosialisasi alasan kenaikan harga BBM serta meningkatnya harga kebutuhan pokok dan transportasi karena naiknya harga BBM.
Selain itu, publik ragu kompensasi kenaikan harga BBM akan sampai ke rakyat kecil.