Polisi mengamankan pengunjukrasa saat terjadi demo menolak rencana kenaikan BBM di Makassar, Sulawesi Selatan, 7 November 2014. ANTARA/Yusran Uccang
TEMPO.CO, Bandung - Demonstrasi penolakan kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi oleh ratusan mahasiswa dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Kota Bandung di halaman kantor DPRD Jawa Barat, Kota Bandung, Jumat, 21 November 2014, berakhir ricuh. Buntutnya, 14 mahasiswa mengalami luka-luka akibat pukulan dari oknum polisi.
"Kami dipukuli, ditendang, dan dikejar-kejar polisi lalu dimaki-maki dengan kata kotor," ujar Ketua HMI Jawa Barat Ali Santosa kepada Tempo, Jumat, 21 November 2014.
Ali mengatakan kini sejumlah mahasiswa yang menjadi korban tengah dirawat di Rumah Sakit Halmahera, Bandung. Korban yang dilarikan ke rumah sakit rata-rata menderita luka sobekan akibat pukulan benda tumpul. "Ada juga yang tangannya patah," ujar dia. Ia pun mengalami luka robek di bagian kepalanya akibat terkena pukulan.
Menurut dia, pada saat kejadian pihak pengamanan yang terdiri dari anggota Kepolisian Resor Kota Besar Bandung bertindak agresif dengan mengobrak-abrik massa. "Kami ini manusia berpendidikan, tak mungkin kami melakukan tindakan anarkis," ucapnya. Ia pun mengatakan aksi tersebut mengantongi izin dari pihak berwajib.
Aksi demonstrasi terjadi sekitar pukul 14.00 WIB di depan kantor DPRD Jawa Barat. Demonstran yang berjumlah 120 orang berunjuk rasa menuntut pemerintah untuk menurunkan kembali harga BBM. Mereka nilai kebijakan tersebut tidak tepat. Pasalnya, harga minyak dunia sedang turun selain itu kenaikan harga BBM berdampak pada kehidupan masyarakat kecil.
Kepala Kepolisian Resor Kota Besar Bandung Komisaris Besar Angesta Romano Yoyol mengatakan akan menindak anggotanya apabila benar melakukan tindakan di luar prosedur.
"Saya akan periksa dulu. Baik dari mahasiswa maupun anggota. Apabila anggota kami bersalah, kami akan berikan sanksi," ujar Kapolres yang baru saja dilantik menggantikan Kombes Mashudi saat menjenguk korban di Rumah Sakit Halmahera.
