Massa Front Pembela Islam (FPI) dan Laskar Pembela Islam (LPI) membakar mobil pemadam kebakaran ketika mereka berdemo di depan Kedubes AS, Jalan Merdeka Selatan, Senin (17/9). TEMPO/Aditia Noviansyah
TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat terorisme, Mardigu Wowiek, mengatakan bahwa organisasi masyarakat Front Pembela Islam (FPI) memiliki paham yang mirip dengan kelompok radikal pelaku teror di Indonesia. Sebagai contoh, ormas FPI arogan dan merasa paling benar. "Paling miripnya, mereka membenci agama lain, sama seperti teroris," kata Mardigu saat dihubungi Tempo, Rabu, 12 November 2014.
Persamaan lainnya, dia melanjutkan, ormas FPI suka menyelesaikan permasalahan dengan cara mereka sendiri yang cenderung anarkis. Mereka seakan tak menghiraukan hukum yang berlaku di Tanah Air. "Bedanya dengan teroris, FPI tak punya keinginan untuk mengacak-acak NKRI," kata dia. (Baca: Bubarkan FPI, Pekerjaan Mudah bagi Kemendagri)
Berdasarkan persamaan tersebut, Mardigu melanjutkan, terdapat hubungan antara kelompok radikal pelaku teror dan ormas FPI. Menurut dia, FPI adalah tempat berkumpul yang aman bagi orang-orang yang berpaham radikal. Sebab kalau bergabung dengan kelompok teroris berisiko berurusan dengan polisi. (Baca: FPI Pernah Ditolak di Daerah-daerah Ini)
Kontroversi soal FPI kembali muncul setelah mereka melakukan aksi penolakan terhadap Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama selama beberapa pekan terakhir. FPI mempermasalahkan Ahok yang merupakan keturunan Tionghoa dan beragama Kristen. Dalam aksinya beberapa waktu lalu, demonstrasi FPI berakhir rusuh. (Baca: Dua Jalur Membubarkan FPI)
Akibat kejadian itu Ahok mengeluarkan surat rekomendasi pembubaran FPI Senin lalu. Surat yang dikirimkan ke Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Hukum dan HAM itu berisi empat poin alasan pembubaran FPI, di antaranya adalah FPI sering melakukan tindakan demonstrasi yang anarkis, menebarkan kebencian, dan menghalangi pelantikan gubernur, serta menimbulkan kemacetan lalu lintas, hingga telah melanggar konstitusi.
