Beberapa personel TNI AU memeriksa pilot asing asal Australia setelah pesawatnya dipaksa mendaratkan oleh jet tempur Sukhoi di Pangkalan Udara Sam Ratulangi, Manado, Sulawesi Utara, 22 Oktober 2014. ANTARA FOTO
TEMPO.CO,Manado - Jacklyn Grame Paul dan Maclean Richard Wayne, pilot dan kopilot pesawat Australia yang dipaksa mendarat di Landasan Udara Sam Ratulangi, Manado, masih berada di mes otoritas Landasan Udara Sam Ratulangi. Mereka ogah makan. Kedua bule lanjut usia itu baru mau mau menyantap makanan yang disediakan ketika ditawari nasi goreng.
"Mungkin pertama kali datang masih takut. Tapi kami coba interaksi dengan baik dan kami tawari nasi goreng, dia akhirnya mau. Makanannya habis," kata petugas otoritas Landasan Udara Sam Ratulangi, Prajurit Satu Teguh, Kamis, 23 Oktober 2014. (Baca juga: Pesawat Australia Mendarat karena Diancam Ditembak )
Pesawat Australia yang diterbangkan Paul dan Wayne itu tidak memiliki izin terbang di wilayah udara Indonesia. Mereka dipaksa mendarat di Bandar Udara Sam Ratulangi Manado setelah dikawal selama empat jam oleh pesawat Sukhoi, Rabu lalu. (Baca juga: Sukhoi Kejar Pesawat Australia yang Nyelonong)
Menurut Teguh, awalnya, ketika ditawari nasi goreng, kedua pilot tersebut menanyakan apa itu nasi goreng. Ketika staf Landasan Udara Sam Ratulangi menjelaskan nasi goreng dalam bahasa Inggris, akhirnya mereka mau memakannya. Teguh membeli nasi goreng tersebut di warung tempat para staf biasa membeli makanan.