Lobi Pembahasan Pimpinan Komisi DPR Berjalan Alot  

Reporter

Editor

Budi Riza

Selasa, 14 Oktober 2014 16:51 WIB

Wakil Ketua Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Aria Bima. TEMPO/Subekti

TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari koalisi pro-Jokowi mengatakan lobi-lobi mekanisme pemilihan ketua komisi di DPR berjalan alot. Penyebabnya, pimpinan DPR menginginkan pemilihan ketua komisi dilakukan dalam bentuk paket, bukan musyawarah mufakat.

"Sepertinya pimpinan dan koalisi pro-Prabowo masih keberatan kalau, misalnya, pimpinan itu dibikin proporsional musyawarah mufakat," kata Miriam S. Hariani dari Fraksi Partai Hati Nurani Rakyat pada wartawan seusai rapat, Selasa, 14 Oktober 2014. (Baca: Ketua DPR: Pemilihan Pimpinan Komisi Agenda Akhir)

Miriam mengatakan keinginan untuk langsung memilih ketua komisi lewat sistem paket digagas oleh pimpinan DPR dari koalisi pro-Prabowo. "Jadi, sepertinya, dalam tanda kutip, ada keinginan dari mereka untuk paket. Tapi kan kami menolak," kata Miriam.

Menurut Miriam, pimpinan menjanjikan forum musyawarah sekali lagi sebelum paripurna. Namun kepastian tentang forum itu masih menjadi tanda tanya bagi Miriam. Sebab, pimpinan terlanjur mengetok palu, padahal anggota rapat masih sibuk menyantap hidangan makan siang.

"Maunya kami konsultasi dulu seperti ini, musyawarah, tapi sepertinya dingin saja menanggapinya," kata Miriam (Baca: Ketua DPR: Jumlah Komisi Tetap 11)

Anggota Fraksi Partai Indonesia Perjuangan, Aria Bima, membenarkan rapat konsultasi memang menyepakati kesempatan lobi sekali lagi sebelum pemilihan digelar. "Nanti akan diadakan lobi lagi pimpinan Dewan dan pimpinan fraksi untuk menentukan jalan musyawarah mufakat di dalam sistem paket. Setelah Rabu, ya," ujar Aria.

PDIP, tutur dia, memang termasuk pihak yang menginginkan pemilihan digelar secara musyawarah mufakat. Sebab, kata Aria, voting dilakukan jika musyawarah gagal mencapai mufakat.

Menurut dia, PDIP siap melakukan musyawarah dengan fraksi lain. "Paketnya yang dimusyawarahkan. Komposisinya diambil secara musyawarah. Kalau enggak, voting," ujar Aria. Namun, hingga rapat konsultasi usai, belum ada titik temu antara dua pihak yang berseberangan.

Rapat hari ini, tutur Aria, akhirnya hanya mengesahkan satu agenda yang pasti, yakni soal jumlah komisi. Selanjutnya, soal pemilihan pimpinan komisi, nama-namanya bakal diumumkan saat paripurna nanti. Baru kemudian nama-nama tersebut dikembalikan ke komisi untuk dilakukan pemilihan.

Dalam kondisi saat ini, ujar Aria, cukup sulit bagi PDIP dan anggota koalisi pro-Jokowi lainnya untuk mendapat kursi pimpinan komisi. Menurut dia, PDIP bisa saja kembali kehilangan kesempatan emas mengisi kursi pimpinan. "Mungkin," kata Aria.

FEBRIANA FIRDAUS

Baca juga:
Rabu,Polisi Gelar Perkara Lamborghini Hotman Paris
Berkas Novel FPI Siap Dilimpahkan ke Kejaksaan
Pergerakan IHSG Diperkirakan Tertahan
Sopir Bus Maut Harapan Jaya Melarikan Diri







Berita terkait

Ketahui 3 Aturan Baru Tentang Kepala Desa Dalam UU Desa

10 jam lalu

Ketahui 3 Aturan Baru Tentang Kepala Desa Dalam UU Desa

Pemerintah akhirnya mengesahkan UU Desa terbaru yang telah diteken Jokowi dan diwacanakan perubahannya sejak Mei 2022. Apa saja aturan barunya?

Baca Selengkapnya

Permintaan Tambah Masa Jabatan Kepala Desa Dikabulkan, Kok Bisa?

11 jam lalu

Permintaan Tambah Masa Jabatan Kepala Desa Dikabulkan, Kok Bisa?

Permintaan para kepala desa agar masa jabatannya ditambah akhirnya dikabulkan pemerintah. Samakah hasilnya dengan UU Desa?

Baca Selengkapnya

DPR Agendakan Rapat Evaluasi Pemilu 2024 dengan KPU pada 15 Mei

12 jam lalu

DPR Agendakan Rapat Evaluasi Pemilu 2024 dengan KPU pada 15 Mei

KPU sebelumnya tidak menghadiri undangan rapat Komisi II DPR karena bertepatan dengan masa agenda sidang sengketa Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

1 hari lalu

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

Amnesty mendesak DPR dan pemerintah membuat peraturan ketat terhadap spyware yang sangat invasif dan dipakai untuk melanggar HAM

Baca Selengkapnya

KPK Temukan Dokumen dan Bukti Elektronik soal Proyek Pengadaan Rumah Dinas saat Geledah Kantor Setjen DPR

2 hari lalu

KPK Temukan Dokumen dan Bukti Elektronik soal Proyek Pengadaan Rumah Dinas saat Geledah Kantor Setjen DPR

KPK menemukan beberapa dokumen yang berhubungan dengan proyek dugaan korupsi pengadaan perlengkapan rumah dinas DPR dalam penggeledahan.

Baca Selengkapnya

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

3 hari lalu

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

Presiden Partai Buruh Said Iqbal menyakini partainya masuk ke Senayan pada pemilu 2029 mendatang.

Baca Selengkapnya

KPK Geledah Gedung Setjen DPR, Simak 5 Poin tentang Kasus Ini

3 hari lalu

KPK Geledah Gedung Setjen DPR, Simak 5 Poin tentang Kasus Ini

KPK melanjutkan penyelidikan kasus dugaan korupsi pengadaan sarana kelengkapan rumah jabatan anggota DPR RI tahun anggaran 2020

Baca Selengkapnya

Reaksi DPR Soal Arab Saudi Izinkan Pemegang Semua Jenis Visa Lakukan Umrah

3 hari lalu

Reaksi DPR Soal Arab Saudi Izinkan Pemegang Semua Jenis Visa Lakukan Umrah

DPR menyatakan kebijakan Arab Saudi bertolak belakang dengan Undang-Undang tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah.

Baca Selengkapnya

Ditolak Partai Gelora untuk Gabung Kubu Prabowo, PKS Tak Masalah Jadi Koalisi atau Oposisi

4 hari lalu

Ditolak Partai Gelora untuk Gabung Kubu Prabowo, PKS Tak Masalah Jadi Koalisi atau Oposisi

Partai Gelora menyebut PKS selalu menyerang Prabowo-Gibran selama kampanye Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Gerindra Klaim Suaranya di Papua Tengah Dirampok

4 hari lalu

Gerindra Klaim Suaranya di Papua Tengah Dirampok

Gerindra menggugat di MK, karena perolehan suaranya di DPR RI dapil Papua Tengah menghilang.

Baca Selengkapnya