Wayang Cina-Jawa Dipentaskan Lagi

Reporter

Editor

Raihul Fadjri

Selasa, 30 September 2014 06:15 WIB

Pengunjung memainkan wayang kulit Cina yang dipamerkan di Wayang Goes To Campus, Balairung UI, Depok, Jawa Barat,(4/4). ANTARA/Indrianto Eko Suwarso

TEMPO.CO, Yogyakarta - Setelah vakum lantaran dalang sekaligus pembuat wayang Cina-Jawa (wacinwa), Gan Thwan Sing, meninggal dunia pada 1967, satu-satunya wayang kulit hasil akulturasi budaya Cina-Jawa itu akan dipentaskan lagi pada 6 Oktober 2014 di pendapa Museum Sonobudoyo, Yogyakarta.

Pementasan wacinwa dengan lakon Sie Jin Kui Ngumbara dan Sie Jin Kui Wiratamtama oleh dalang Ki Aneng Kriswantoro dari jurusan pedalangan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. “Kebetulan yang menyimpan koleksi wayang wacinwa hanya Museum Sonobudoyo dan Museum Uberlingen di Jerman,” kata Kepala Museum Sonobudoyo Riharyani, Senin, 29 September 2014.

Awalnya, orang Tionghoa, Gan Thwan Sing (1895-1967) yang tinggal di Jatinom, Klaten, Jawa Tengah, membuat wayang itu pada 1925. Perpaduan budaya Cina-Jawa terlihat dari boneka wayang dan lakonnya. Boneka wayang tak berbentuk seperti boneka dalam wayang potehi, melainkan wayang dari kulit kerbau. Bahkan kepala wayang bisa diganti sesuai karakternya. Lakon diambil dari kisah komik Cina, yaitu Sie Jin Kui, tetapi dibawakan dengan cara Jawa diiringi gamelan, kelir, dan sinden.

Gan membuat dua set wayang wacinwa masing-masing sekitar 200 anak wayang. Satu set wayang dengan lakon Sie Djin Koei Tjeng Tang (Sie Jin Kui menyerbu ke timur) koleksi Sonobudoyo, dan Sie Djin Koei Tjeng See (Sie Jin Kui menyerbu ke barat) yang disimpan di Jerman. “Museum sudah membuat replikanya. Itu untuk ditampilkan di hadapan publik,” kata Riharyani.

Uniknya, tak satu pun wayang wacinwa yang diberi nama sesuai penokohannya. Sehingga tim kecil yang terdiri dari staf Museum Sonobudoyo Danang Sujarwa, dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia Dwi Woro Retno Mastuti, dan Sasrita Kanya Pramasvati, serta akademikus jurusan pedalangan ISI Yogyakarta, Hanggar Budi Prasetya, menelusuri berdasar komik kisah Cina itu. Karena tak ada saksi sejarah dan pewaris pengetahuan wayang wacinwa, mengingat lima dalang sebagai pengganti Gan lebih dahulu meninggal. “Akhirnya hanya 50-an wayang yang berhasil diberi nama. Itu pun tak 100 persen yakin benar,” kata Hanggar.

Dia berharap pementasan kembali wayang wacinwa itu akan menambah referensi publik tentang identitas wayang. Kisah Sie Jin Kui juga dipentaskan dalam bentuk ketoprak lesehan dengan judul Sudira Tandhing dengan sutradara seniman ketoprak Bondan Nusantara pada 8 Oktober 2014 di Jogja Galery. Sedang pada 3-10 Oktober 2014 digelar pameran wacinwa di galeri barat laut Alun-alun utara itu.

PITO AGUSTIN RUDIANA

Baca juga:
Jokowi: Koalisi Merah Putih bagai Kerikil
Sesuai Target, Hendra/Ahsan Sabet Medali Emas
Raih Medali Emas Kedua, Indonesia Naik Rangking 14
Rooney Putuskan Pensiun di MU

Berita terkait

Bamsoet Dukung Rencana Touring Kebudayaan

10 hari lalu

Bamsoet Dukung Rencana Touring Kebudayaan

Bamsoet mendukung rencana touring kebudayaan bertajuk "Borobudur to Berlin. Global Cultural Journey: Spreading Tolerance and Peace".

Baca Selengkapnya

Cerita dari Kampung Arab Kini

12 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.

Baca Selengkapnya

Ingin Jadi Pusat Seni dan Budaya, Hong Kong Dirikan Museum Sastra

14 hari lalu

Ingin Jadi Pusat Seni dan Budaya, Hong Kong Dirikan Museum Sastra

Museum Sasta Hong Kong akan dibuka pada Juni

Baca Selengkapnya

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

15 hari lalu

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi

Baca Selengkapnya

Indonesia dan Jerman Sepakat Tingkatkan Kerja Sama Budaya

49 hari lalu

Indonesia dan Jerman Sepakat Tingkatkan Kerja Sama Budaya

Indonesia dan Jerman menandatangani Pernyataan Kehendak Bersama untuk meningkatkan dan mempromosikan hubungan budaya kedua negara.

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

52 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

56 hari lalu

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram

Baca Selengkapnya

3 Tradisi Unik Jelang Ramadan di Semarang dan Yogyakarta

56 hari lalu

3 Tradisi Unik Jelang Ramadan di Semarang dan Yogyakarta

Menjelang Ramadan, masyarakat di sejumlah daerah kerap melakukan berbagai tradisi unik.

Baca Selengkapnya

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

4 Maret 2024

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Terkini: Anies dan Ganjar Kompak Sindir Politisasi Bansos di Depan Prabowo, Ide BUMN Jadi Koperasi Pengamat Sebut Pernyataannya Dipelintir

5 Februari 2024

Terkini: Anies dan Ganjar Kompak Sindir Politisasi Bansos di Depan Prabowo, Ide BUMN Jadi Koperasi Pengamat Sebut Pernyataannya Dipelintir

Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan kompak menyindir politisasi bantuan sosial atau Bansos di depan Prabowo Subianto dalam debat Capres terakhir.

Baca Selengkapnya