Seorang pengunjung melihat deretan Pekerja Seks Komersia (PSK) yang menutup wajah dengan masker di sebuah wisma di kawasan lokalisasi Gang Dolly, Surabaya (19/6). Sehari usai deklarasi penutupan lokalisasi Dolly dan Jarak, tetap beroperasi dan memberikan layanan esek esek di lokalisasi terbesar di Asia Tenggara ini. TEMPO/Fully Syafi
TEMPO.CO,Lumajang - Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Kabupaten Lumajang Sulikati mengatakan 2 dari 28 pekerja seks komersial (PSK) asal Lumajang yang pernah bekerja di lokalisasi prostitusi Dolly, Surabaya, meninggal.
Sulikati tidak menyebutkan nama kedua PSK tersebut. Penyebab kematian mereka pun tidak dia jelaskan. Dia hanya mengatakan mereka meninggal karena sakit. Adapun usia kedua PSK itu masih tergolong muda.
Menurut Sulikati, meninggalnya dua PSK asal Lumajang itu diketahui berdasarkan hasil pelacakan yang dilakukan petugas kesejahteraan sosial Dinas Sosial Kabupaten Lumajang.
Pelacakan, Sulikati menjelaskan, dilakukan beberapa hari seusai deklarasi penutupan lokalisasi Dolly serta pemberian santunan kepada para PSK Dolly.
Sebelum penutupan lokalisasi Dolly, Dinas Sosial Kabupaten Lumajang menerima daftar nama penghuni lokalisasi yang berasal dari Lumajang. Berdasarkan daftar yang diberikan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur, terdapat 28 orang yang berasal dari Kabupaten Lumajang. Mereka merupakan warga dari 16 kecamatan di Lumajang.
Dari pelacakan itulah diketahui 2 dari 28 PSK asal Lumajang meninggal. "Kami tidak tahu penyebab mengapa keduanya meninggal dunia,” kata Sulikati, Kamis, 18 September 2014.
Selain meninggalnya dua orang tersebut, menurut pelacakan petugas, dua PSK lain pindah ke Bali.
Sulikati belum bisa memastikan apakah semua PSK asal Lumajang sudah kembali ke kampung asal masing-masing. Petugas Dinas Sosial Kabupaten Lumajang sulit memastikan hal tersebut. Apalagi alamat tiga orang di antara mereka tidak diketahui.