Ilustrasi kekeringan. REUTERS/Mohamed Abd El Ghany
TEMPO.CO, Yogyakarta - Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul memetakan ratusan telaga yang selama ini dinilai tak bisa diandalkan untuk menyuplai kebutuhan air warga saat musim kemarau panjang. "Telaga-telaga itu akan kami ubah jadi embung penampung air agar lebih bermanfaat," kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Gunung Kidul Syarif Armunanto kepada Tempo, Sabtu, 13 September 2014. (Baca: Kekeringan, Warga Purbalingga Beli Air Bersih)
Syarif menuturkan Gunung Kidul sedikitnya memiliki 230 telaga yang tersebar hampir di seluruh kecamatan. "Tapi saat kemarau selalu terjadi kekeringan parah karena telaga yang mampu menghasilkan air hanya 70-an," katanya.
Kebanyakan telaga itu, kata Syarif, sudah mendangkal dan airnya kotor akibat pelumpuran yang terjadi seiring menyusutnya air. Warga pun sudah tak bisa memanfaatkannya lagi. (Baca: Ribuan Hektare Sawah di Indramayu Kekeringan)
Daripada tak berfungsi, Syarif menjelaskan, telaga-telaga itu hendak dipermanenkan sebagai embung dengan membuatkan konstruksi sarana penampung air. Luasannya bervariasi bergantung pada cekungan telaga yang bisa dibentuk dengan dinding beton. (Baca:Tak Dapat Jatah Air Bersih, Warga Bangkalan Protes)
"Kalau embung dari telaga itu jadi, rencananya kami buatkan kebun buah di dekatnya meniru konsep Gunung Nglanggeran, agar sekitar telaga tidak gersang dan air dapat terus dimanfaatkan secara produktif," dia menjelaskan.
Akhir tahun lalu, Raja Keraton Yogyakarta yang juga Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X meresmikan sebuah kawasan wisata dengan konsep kebun buah yang pengairannya didukung sebuah embung di kawasan Gunung Api Purba Nglanggeran Gunungkidul. Kebun buah ini menjadi destinasi wisata baru yang menggabungkan wisata alam dan agro.
Untuk revitalisasi telaga tak produktif ini, Gunungkidul membidik sedikitnya tiga telaga terlebih dulu. "Sasarannya telaga di kawasan selatan Gunungkidul yang dekat pesisir, seperti Pilangrejo," katanya. Anggaran awal yang disediakan untuk membangun tiga telaga menjadi embung dengan kedalaman rata-rata 4 meteran itu sekitar Rp 2 miliar. (Baca: Sungai di Indramayu Mengering, Panen Terancam)