Hati-hati Racun Plastik di Indonesia

Reporter

Editor

Minggu, 1 Mei 2005 02:04 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Industri plastik di Indonesia memproduksi produk plastik yang mengandung racun lebih besar daripada di Jepang. Data dari Industri Petrokimia Jepang tahun 1998, Jepang memproduksi sekitar 30 persen produk plastik beracun dan 16 persen di antaranya mengandung klorin. Klorin adalah bahan beracun yang melepaskan dioksin jika sampah plastik dibakar. Dioksin sendiri adalah racun yang dapat menimbulkan kanker. Salah satu jenis produk plastik beracun yang banyak diproduksi ialah Polivinil Klorida (PVC). Jenis ini banyak diproduksi salah satunya untuk kemasan bahan makanan. "Karena harganya paling murah,"kata Lukas Adhiakso, pengamat lingkungan sekaligus pakar toksikologi lulusan University of Paisley, Skotlandia, usai jumpa pers peringatan Hari Bumi yang digelar WWF Indonesia, Jakarta, Sabtu (30/4).Menurut Lukas, plastik sebenarnya tidak membahayakan, terutama untuk yang tidak mengandung racun. "Tapi untuk jenis yang mengandung klorin, jika dibakar akan melepaskan dioksin-nya ke udara. Dioksin menyebabkan kanker,"katanya.Berkaitan dengan Hari Bumi tahun ini, WWF Indonesia mengangkat tema 'Bebaskan Sungai dari Sampah'. Menurut Lukas, Jakarta sendiri memproduksi sekitar 6 ribu ton sampah tiap hari, sedangkan Bank Dunia mencatat 25 ribu metrik diproduksi Jakarta per hari pada 2003 lalu.Sekitar 55 persen dari sampah, adalah sampah basah. "Sisanya campuran dari kertas, plastik, dan lainnya,"kata Lukas. Selain plastik, beberapa bahan pencemar lainnya juga berkontribusi dalam polusi sungai ini. Misalnya bahan sintetis, pestisida, kosmetik, sampo dan berbagai jenis pembersih rumah tangga. Karena bahan-bahan itu juga mengandung bahan petrokimia beracun.Prevalensi penyakit yang potensial memiliki kaitan dengan bahan kimia, meningkat tajam. WWF mencatat di Amerika Serikat pada 1980-1994, asma pada balita meningkat sebesar 160 persen. Pada periode 1975-1999, kanker pada anak-anak meningkat sebesar 26 persen, dengan peningkatan terbesar pada kasus leukemia (62 persen) dan sistem syaraf (50 persen). Menurut The American Cancer Society, hanya 5 persen hingga 10 persen dari semua jenis kanker yang berasal dari faktor keturunan, selebihnya karena bahan kimia. Di Indonesia, saat ini sati dari tiap 150 bayi yang dilahirkan menderita autisme.Untuk itu WWF Indonesia sendiri terus mengkampanyekan pola produksi-konsumsi hijau dan pengelolaan sampah yang bertanggung jawab. "Evaluasinya dapat dilihat dengan gambar Sungai Ciliwung untuk Hari Bumi tahun depan dibandingkan dengan saat ini,"kata Direktur Humas WWF Indonesia, Candra Kirana.Ami Afriatni

Berita terkait

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

8 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

BRIN Kembangkan Metode Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

29 hari lalu

BRIN Kembangkan Metode Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

Peneliti BRIN tengah mengembangkan metode baru daur ulang baterai litium. Diharapkan bisa mengurangi limbah baterai.

Baca Selengkapnya

Mengenal Antropomorfisme, Sifat Manusia yang Memberikan Empati ke Sekitarnya

45 hari lalu

Mengenal Antropomorfisme, Sifat Manusia yang Memberikan Empati ke Sekitarnya

Antropomorfisme memiliki arti pengenalan ciri-ciri manusia hingga empati kepada binatang, tumbuh-tumbuhan, atau benda mati.

Baca Selengkapnya

Alasan Masyarakat Adat Suku Awyu Mengajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

49 hari lalu

Alasan Masyarakat Adat Suku Awyu Mengajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

Masyarakat adat suku Awyu mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung dalam sengketa izin lingkungan perusahaan sawit PT ASL di Boven Digoel, Papua Selatan.

Baca Selengkapnya

4 Bulan DPO, Mantan Pejabat Pemkab Bangka Tersangka Kasus Perambahan Hutan Ditangkap KLHK

4 Maret 2024

4 Bulan DPO, Mantan Pejabat Pemkab Bangka Tersangka Kasus Perambahan Hutan Ditangkap KLHK

Tersangka Barlian merupakan aktor intelektual kasus perusakan dan perambahan hutan di kawasan hutan produksi Sungai Sembulan Bangka.

Baca Selengkapnya

Menteri Lingkungan Hidup Bertemu Dubes Norwegia Bahas Capaian Pengurangan Emisi

13 Februari 2024

Menteri Lingkungan Hidup Bertemu Dubes Norwegia Bahas Capaian Pengurangan Emisi

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya bertemu Duta Besar Norwegia Rut Kruger Giverin membahas capaian emisi.

Baca Selengkapnya

Pertemuan Anies Baswedan - Emil Salim, Mengenang Saat SMA Wawancara Menteri Lingkungan Hidup Itu

31 Januari 2024

Pertemuan Anies Baswedan - Emil Salim, Mengenang Saat SMA Wawancara Menteri Lingkungan Hidup Itu

Saat SMA, Anies Baswedan mewawancarai Emil Salim. Kini, mereka bertemu kembali untuk berdiskusi. Sehari sebelumnya, Ganjar bertemu Emil pula.

Baca Selengkapnya

Anies dan Ganjar Kompak Temui Emil Salim, Ada Apa?

29 Januari 2024

Anies dan Ganjar Kompak Temui Emil Salim, Ada Apa?

Capres Anies dan Capres Ganjar menemui mantan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Emil Salim jelang pencoblosan Pilpres. Ada apa?

Baca Selengkapnya

Temui Emil Salim, Ganjar Diskusi soal Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim

28 Januari 2024

Temui Emil Salim, Ganjar Diskusi soal Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim

Selain persoalan lingkungan, Ganjar mengatakan dirinya juga membahas pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan

Baca Selengkapnya

Tim Kampanye Anies Baswedan Serukan Revisi UU Cipta Kerja

25 Januari 2024

Tim Kampanye Anies Baswedan Serukan Revisi UU Cipta Kerja

Tim kampanye tiga pasangan capres-cawapres bicara tentang perlindungan lingkungan hidup. Timnas Anies Baswedan menilai UU Cipta Kerja harus direvisi.

Baca Selengkapnya