Mengintip Laboratorium Tempat Virus MerS Dibedah  

Reporter

Selasa, 26 Agustus 2014 07:42 WIB

Peneliti di ruang lab penelitian penyakit infeksi Prof. DR. Sri Oemijati, di Percetakan Negara, Jakarta, 14 Agustus 2014. Pemerintah persiapkan Bio Safety Laboratorium 3 tercanggih milik Kemenkes untuk hadapi epidemi penyakit menular yang melalui populasi manusia (Pandemi), seperti Ebola. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta-Meruyaknya wabah virus Ebola, juga munculnya kembali kasus baru virus MERS Cov, membuat Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, Profesor Tjandra Yoga Aditama, sibuk. Nyaris saban hari, ia mengirimkan update ihwal kedua penyakit itu kepada para wartawan di lingkungan Kementerian Kesehatan.

“Selain pembicaraan panjang tentang Ebola, MERS CoV juga harus jadi perhatian penting kita,” demikian Tjandra mengirim pesan lewat WhatsApp kepada Tempo, Ahad malam, 24 Agustus 2014 lalu. MERS CoV tak lain adalah Middle East Respiratory Syndrome, penyakit pernafasan akut parah yang disebabkan oleh Coronavirus. Gejala yang muncul bagi mereka yang terinfeksi virus ini adalah demam, batuk dan sesak nafas. (Baca: Lima Alasan MERS-CoV Lebih Penting daripada Ebola). (Baca: Lima Alasan MERS-CoV Lebih Penting daripada Ebola).


Perhatian pemerintah dalam menangani berbagai virus dan bakteri penyebab penyakit, termasuk MERS Cov, adalah mengoptimalkan fungsi laboratorium dengan pengamanan khusus. Di Indonesia, tempat penelitian yang lazim disebut sebagai laboratorium biosafety level 3 (BSL 3), antara lain, berada di Kementerian Kesehatan, tepatnya di Jalan Percetakan Negara No 23 Jakarta. Laboratorium ini diberi nama Laboratorium Penelitian Penyakit Infeksi Sri Oemijati.


Jum’at lalu, 22 Agustus 2014, Tempo mendapat kesempatan untuk masuk dan melihat jeroan laboratorium tempat para ahli membedah virus yang mematikan, termasuk MERS CoV dan flu burung. Inilah laporannya:


“Dilarang masuk bagi yang tidak berkepentingan.” Peringatan seperti lazim ditemukan pada tempat-tempat atau area yang aksesnya terbatas. Salah satu area terbatas itu adalah laboratorium, termasuk di Laboratorium Sri Oemijati. Itu sebabnya, siapapun yang hendak masuk ke laboratorium ini, termasuk para peneliti, ia harus melewati tiga pintu pengaman elektronik. (Baca: WNI Suspect MERS Dinyatakan Sembuh).


"Setiap peneliti pun harus steril jika ingin masuk ke ruang laboratorium," ujar Kepala Laboratorium BSL-3 Kemenkes, Ni Ketut Susilarini, kepada Tempo. Para peneliti yang masuk harus memakai alas kaki, masker, dan pakaian khusus saat meneliti di bilik-bilik khusus di dalam laboratorium BSL-3. Ada empat bilik di sini. Bilik-bilik itu digunakan untuk melakukan analisis mikro organisme, virologi, dan bakteriologi.

Di laboratorium ini, kata Susilarini, peneliti dari Kementerian Kesehatan meneliti virus dan bakteri penyakit infeksi pada manusia, termasuk MERS CoV dan flu burung. Di laboratorium yang diresmikan pada 1 Februari 2010 itu sudah ribuan sampel virus yang diduga sebagai H5N1, atau biasa dikenal dengan flu burung, diteliti. Dari total itu, hanya 197 kasus yang dinyatakan positif. Sedangkan dari 136 kasus yang diduga sebagai MERS CoV, semuanya negatif. (Baca: Kasus Terduga MERS di Jawa Barat Mereda).

Sebelum ada laboratorium BSL-3, Indonesia harus mengimpor sampel virus atau bakteri penyakit infeksi yang hendak diteliti ke Hong Kong. Kini, per 2014, sudah ada 11 laboratorium selevel dengan Laboratorium Penelitian Penyakit Infeksi Sri Oemijati yang tersebar di seluruh Indonesia. Di antaranya ada di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, dan di Salatiga, Jawa Tengah. “Semua laboratorium tersebut merujuk ke laboratorium pusat milik Kementerian Kesehatan ini,” kata Susilarini.

Laboratarium BSL-3 dibangun dengan tujuan keamanan penelitian. Menurut Susilarini, laboratorium yang dalam pembangunannya menghabisnya dana kurang lebih Rp 40 miliar ini memiliki sistem dan alat penelitian khusus untuk mendalami virus dan bakteri infeksi pada manusia. Sebelumnya, hanya ada laboratorium dengan pengamanan tingkat dua, yang hanya mampu meneliti dasar virus dan bakteri infeksi tanpa pengamanan ekstra. (Baca: 688 Warga Arab Saudi Terinfeksi MERS).

Meski begitu, peneliti tak serta-merta dapat menggunakan laboratorium BSL-3 tiap ada sampel virus atau bakteri yang ingin diteliti. "Harus masuk ke laboratorium penunjang dulu," ujar Susilarini. Ada tiga laboratorium penunjang untuk itu, yakni untuk mikro organisme (patogea), virologi, dan bakteriologi, dan satu laboratorium pengawasan.

Dalam laboratorium penunjang tersebut ada tiga alat inti untuk persiapan "pembedahan" sampel virus. Antara lain, yaitu PCR (Polymerase Chain Reaction) untuk menggandakan DNA, DNA Sequencing untuk mengurutkan DNA yang digandakan, dan biological safety cabinet untuk mengurai sampel DNA virus atau bakteri yang ingin diteliti.

"Proses 'pembedahan' akhir baru dilakukan di laboratorium BSL-3," kata Susilarini. Proses akhir juga menggunakan biological safety cabinet dengan teknologi pengamanan yang lebih tinggi.

Biasanya proses "pembedahan" dilakukan selama dua hari setelah sampel virus atau bakteri datang. Menurut Susilarini, tiap hasil penelitian akan disimpan guna catatan bagi penelitian selanjutnya. Hingga saat ini, belum ada sampel virus Ebola yang "mampir" dan “dibedah” di laboratorium ini. "Belum ada kasusnya di Indonesia," ujar Susilarini. (Baca juga: Korban Meninggal Akibat MERS Hampir 300 Orang).

AMRI MAHBUB | ODELIASINAGA | DWI WIYANA


Advertising
Advertising




TERPOPULER
Hari Ini, Tim Advokasi Prabowo Lapor ke Komnas HAM
Polisi Panggil Pengurus Gerindra Soal Garuda Merah
ISIS Rebut Pangkalan Militer Suriah
Ini Saran Komnas HAM kepada Tim Advokasi Prabowo



Berita terkait

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

2 hari lalu

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

Tautan phishing itu berisi permintaan verifikasi data kesehatan pada SATUSEHAT.

Baca Selengkapnya

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

5 hari lalu

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

Direktorat Jenderal Bea dan Cuka (Bea Cukai) mendapat kritik dari masyarakat perihal sejumlah kasus viral.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

7 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

11 hari lalu

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

Kementerian Kesehatan membantu warga terdampak Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara dengan penyediaan masker.

Baca Selengkapnya

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

11 hari lalu

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes mengirimkan tim khusus ke area banjir Musi Rawas Utara. Salah satu tugasnya untuk antisipasi penyakit pasca banjir.

Baca Selengkapnya

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

21 hari lalu

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

Kementerian Kesehatan mencatat hipertensi menjadi penyakit yang paling banyak ditemui di Pos Kesehatan Mudik Idulfitri 1445 H/2024 M.

Baca Selengkapnya

3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

38 hari lalu

3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

Wamenkes mengatakan perlunya fokus dalam tiga langkah penanganan penyakit ginjal kronis. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Edy Wuryanto Ingatkan Pemerintah Antisipasi Demam Berdarah

39 hari lalu

Edy Wuryanto Ingatkan Pemerintah Antisipasi Demam Berdarah

Banyak rumah sakit penuh sehingga pasien tidak tertampung. Masyarakat miskin kesulitan akses pelayanan kesehatan.

Baca Selengkapnya

Guru Besar FKUI Rekomendasikan Strategi Memberantas Skabies

58 hari lalu

Guru Besar FKUI Rekomendasikan Strategi Memberantas Skabies

Dalam pengukuhan Guru Besar FKUI, Sandra Widaty mendorong strategi memberantas skabies. Penyakit menular yang terabaikan karena dianggap lazim.

Baca Selengkapnya

WHO Laporkan Kasus MERS di Arab Saudi, Dua Orang Tewas

20 Februari 2024

WHO Laporkan Kasus MERS di Arab Saudi, Dua Orang Tewas

Terdapat empat kasus MERS-CoV yang dikonfirmasi, dua diantaranya berujung pada kematian dan dilaporkan ke WHO oleh Arab Saudi

Baca Selengkapnya