Kandidat Capres Dinilai Kurang Kritisi BUMN  

Reporter

Editor

Budi Riza

Senin, 16 Juni 2014 16:27 WIB

Kantor Kementerian Badan Usaha Milik Negara. jakarta.okezone.com

TEMPO.CO, Jakarta - Yenny Sucipto, Sekretaris Jenderal Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran, menyayangkan sikap Joko Widodo dan Prabowo yang tidak secara spesifik melihat kinerja Badan Usaha Milik Negara saat debat calon presiden, Ahad, 15 Juni 2014.

"Saya sangat menyayangkan mereka tidak menyinggung hal ini padahal bisa dikatakan kinerja BUMN belum memuaskan," ujarnya seusai mengisi seminar di kantor Fitra, Senin, 17 Juni 2014.

Dia mengatakan pengelolaan BUMN sangat penting sebab banyak dana yang bisa dimanfaatkan untuk rakyat, namun akhirnya diselewengkan oleh elite-elite yang tidak bertanggung jawab.

Yenny menambahkan terdapat penurunan bagian pemerintah atas laba BUMN. Pada tahun 2010 pemerintah memperoleh Rp 30,1 triliun, tahun berikutnya sebesar Rp 28,2 triliun. Tahun 2012 dan 2013 terjadi peningkatan masing-masing sebesar Rp 30,7 triliun dan Rp 33,5 triliun. (Baca: Sudi: Istana Tak Terlibat Penerbitan Tabloid Obor)

Dia menjelaskan bahwa bagian laba BUMN yang diterima oleh negara tidak sebanding dengan nilai penyertaan modal negara di 141 BUMN sebesar Rp 572,3 triliun dan 5 BUMN di bawah naungan Kementerian Keuangan sebesar Rp 16,4 triliun. "Kontribusi laba BUMN ke pemerintah hanya 24 persen, selebihnya laba ditahan dengan alasan ekspansi atau pengembangan usaha," katanya.

Pada tahun 2012 jumlah total laba yang ditahan mencapai Rp 407,5 triliun. Sekitar 15 BUMN disinyalir tidak menyetorkan laba, namun oleh pemerintah diberikan suntikan dana, salah satunya PT Garuda Indonesia. (Baca: Daftar Kata Favorit Prabowo-Jokowi di Debat Capres)

Dia juga mencatat dalam kurun waktu 2005 sampai 2011, ditemukan banyak kasus di BUMN yang merugikan negara Rp 20,4 triliun. Sementara pada induk perusahaan negara terdapat 5.850 kasus dengan total rugi Rp 20,1 triliun, dan anak perusahaan BUMN terdapat 583 kasus dengan kerugian Rp 319 miliar.

Kasus terakhir, PLN tahun ini tidak bisa membagi deviden ke pemerintah lantaran merugi. Padahal PLN merupakan penyumbang laba terbesar kedua setelah Pertamina.

Rapuhnya hal tersebut lantaran pemerintah belum mengatur secara jelas dan tegas. Sehingga Yenny mengibaratkan BUMN seperti sapi perahan elite politik.

AYU WANDARI

Berita Terpopuler:

Penumpang Garuda Indonesia Meninggal di Udara
Jokowi Dianggap Terlalu Banyak Mengulang KJP-KJS
Putra Prabowo Mengaku Tak Pernah Dikritik Ayahnya
Sony Xperia M2, Ponsel Hiburan Bergaya Premium

Berita terkait

Swasembada Gula dan Bioetanol, Kementerian BUMN Gabungkan Danareksa-Perhutani

3 hari lalu

Swasembada Gula dan Bioetanol, Kementerian BUMN Gabungkan Danareksa-Perhutani

Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara atau BUMN Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan keterlibatan Kementerian BUMN dalam proyek percepatan swasembada gula dan bioetanol.

Baca Selengkapnya

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

3 hari lalu

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

Tiga bulan pertama 2024, kredit BNI utamanya terdistribusi ke segmen kredit korporasi swasta.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel, Aria Bima Tegaskan Peran Penting BUMN untuk Penguatan Ekspor

4 hari lalu

Konflik Iran-Israel, Aria Bima Tegaskan Peran Penting BUMN untuk Penguatan Ekspor

Pemerintah harus cermat menerapkan strategi, salah satunya melalui diplomasi perdagangan

Baca Selengkapnya

Waka BIN Apresiasi Generasi Muda Hindu dalam Acara Dharma Santi Nasional

8 hari lalu

Waka BIN Apresiasi Generasi Muda Hindu dalam Acara Dharma Santi Nasional

Wakil Ketua Badan Itelijen Negara (BIN) I Nyoman Cantiasa mengapresiasi acara puncak Dharma Santi Nasional Hari Suci Nyepi Saka 1946.

Baca Selengkapnya

Terkini: Anggota DPR Tolak Penerapan Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat, TKN Prabowo-Gibran Sebut Susunan Menteri Tunggu Jokowi dan Partai

8 hari lalu

Terkini: Anggota DPR Tolak Penerapan Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat, TKN Prabowo-Gibran Sebut Susunan Menteri Tunggu Jokowi dan Partai

Anggota Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Sigit Sosiantomo mengatakan penetapan tarif tiket pesawat harus memperhatikan daya beli masyarakat.

Baca Selengkapnya

Menhub Budi Karya Minta Jepang Berkoordinasi dengan BUMN soal Pengembangan Konektivitas Transportasi IKN

8 hari lalu

Menhub Budi Karya Minta Jepang Berkoordinasi dengan BUMN soal Pengembangan Konektivitas Transportasi IKN

Menhub Budi Karya membahas rencana pengembangan jaringan transportasi di Ibu Kota Negara atau IKN Nusantara dengan Jepang.

Baca Selengkapnya

Cara Download Safe Exam Browser untuk Tes Online BUMN 2024

8 hari lalu

Cara Download Safe Exam Browser untuk Tes Online BUMN 2024

Berikut ini cara download Safe Exam Browser untuk tes online pertama Rekrutmen Bersama BUMN 2024 bagi perangkat Windows atau MacOS.

Baca Selengkapnya

Jadwal Lengkap Tes Rekrutmen Bersama BUMN 2024 dan Jenis Tesnya

8 hari lalu

Jadwal Lengkap Tes Rekrutmen Bersama BUMN 2024 dan Jenis Tesnya

Berikut ini jadwal lengkap tes Rekrutmen Bersama BUMN 2024, mulai dari trial test, tes online 1, tes online 2, hingga tes seleksi di BUMN.

Baca Selengkapnya

Profil Jalan Tol MBZ dan Sengkarut dalam Pembangunannya Ada Dugaan Korupsi

8 hari lalu

Profil Jalan Tol MBZ dan Sengkarut dalam Pembangunannya Ada Dugaan Korupsi

Pembangunan tol MBZ (Mohamed Bin Zayed) diusut Kejaksaan Agung. Berikut profil Jalan Tol MBZ yang sebelumnya bernama Jalan Layang Japek II.

Baca Selengkapnya

Dewan Kehormatan Minta Ketum PWI Patuhi Sanksi Ihwal Dugaan Penyelewengan Hibah BUMN

8 hari lalu

Dewan Kehormatan Minta Ketum PWI Patuhi Sanksi Ihwal Dugaan Penyelewengan Hibah BUMN

DK PWI telah memutuskan memberikan sanksi dan tindakan organisatoris terhadap Ketua Umum PWI Hendry Ch Bangun dan tiga pengurus PWI lainnya.

Baca Selengkapnya