Ratusan umat melakukan doa Pradaksina mengelilingi Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, (15/5). Mereka berdoa untuk kedamaian dan kesejahteraan manusia. TEMPO/Suryo Wibowo
TEMPO.CO, Magelang - Ribuan umat Buddha mengikuti puncak peringatan Waisak di halaman Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Rabu malam, 14 Mei 2014. Hadir dalam acara itu Wakil Presiden Boediono, Menteri Agama Suryadharma Ali, Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Wiendu Nuryanti, dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Wakil Presiden Boediono mengatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tak bisa hadir karena ada tugas kenegaraan. "Saya ingin sampaikan salam hangat Presiden pada saudara, " kata Boediono.
Perayaan Waisak tahun 2014 ini (2558 BE) mengusung tema "Kembangkan Brahmavihara untuk Kebahagiaan Semua Makhluk". Adapun subtemanya, "Senantiasa Berpandangan Terang dan Pikiran Luhur". Menurut Boediono, tema itu mengandung makna yang dalam. Tak hanya bagi bangsa Indonesia, namun juga seluruh umat manusia. "Buddha mengajarkan Dharma yang universal," kata dia.
Pesan Waisak dalam acara itu disampaikan oleh Bhiksu Tadisa Paramita Mahasthavira. Ia mengatakan Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Untuk menjadikan hidup yang harmonis, maka harus berpegang pada keberagaman. "Harus diwujudkan Bhineka Tunggal Ika," ujarnya.
Ketua Panitia Waisak Nasional Umat Buddha Indonesia Arief Harsono mengatakan perayaan Waisak tahun ini diisi dengan berbagai kegiatan. Di antaranya membersihkan tempat makam pahlawan di seluruh Indonesia dan pengobatan gratis yang digelar di halaman candi Borobudur.
Selain itu, ritual perayaan ini diawali dengan mengambil air suci dari Umbul Jumprit di Temanggung dan Grobogan, Merapen. Air itu lantas dibawa ke Candi Mendut di Magelang. Ia melanjutkan, Rabu pagi, para biksu menggelar ritual pindapata (upacara mengumpulkan makanan dan dana) di Magelang.
