SBY Dinilai Gagal Menambah Lahan Sawah  

Reporter

Editor

Eni Saeni

Selasa, 22 April 2014 17:40 WIB

Anak-anak melintasi lahan bekas persawahan yang telah dibebaskan untuk di jadikan Waduk Giri Kencana di Cilangkap, Jakarta Timur (4/4). Tempo/Dian Triyuli Handoko

TEMPO.CO, Denpasar - Target pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk menambah luas lahan sawah di Indonesia gagal total. Bahkan luas lahan selama sepuluh tahun masa pemerintahannya justru menurun.

Pakar pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB), Dwi Andreas Santosa, mengatakan pada 2004 SBY mencanangkan penambahan luas lahan sawah hingga 7 juta hektare. "Saat itu di Indonesia luas lahan sawah masih sekitar 7,9 juta hektare," katanya pada seminar pertanian organik di Gianyar, Bali, Selasa, 22 April 2014. (Baca: Pemerintah Dikritik Gagal Mengelola Pertanian)

Namun, setelah sepuluh tahun masa pemerintahannya, luas lahan sawah justru menurun hingga hanya 7,3 juta hektare. Hal itu menunjukkan semakin lemahnya peran sektor pertanian dalam pembangunan bangsa dan kurangnya perhatian pemerintah.

Andreas setuju petani juga makin terbebani oleh tingginya pajak bumi dan bangunan (PBB) sehingga petani lebih baik menjual lahannya. Karena itu, lembaganya pernah memberikan penghargaan khusus kepada Idham Samawi pada saat menjabat Bupati Bantul karena berani memberikan subsidi pajak kepada petani.

Menurut dia, kebijakan pemerintah yang mengacu pada konsep ketahanan pangan tanpa mempedulikan asal-muasal bahan pangan harus diubah menjadi konsep kedaulatan pangan. Kedaulatan pangan mengedepankan peran petani dalam menyediakan kebutuhan pangan sehingga mengurangi ketergantungan pada impor bahan pangan dari negara luar.

Ahli pertanian organik dari Universitas Udayana, Luh Kartini, mengatakan pertanian organik harus menjadi alternatif pada masa depan. Sebab, masyarakat tidak hanya dicukupi pangannya, tapi juga mendapat pangan yang sehat.

Saat ini penggunaan pupuk kimia dalam proses produksi pertanian merupakan ancaman yang serius terhadap kesehatan masyarakat seperti terlihat dalam perkembangan penyakit kanker. Pertanian organik juga akan mengembalikan budaya pertanian yang menghargai alam dan menyeimbangkan kehidupan.

Pertanian konvensional dengan pupuk kimia, kata dia, telah menyebabkan kematian mikroorganisme dalam tanah, mencemari sungai, dan mengotori udara. "Itu semua tak akan terjadi bila pertanian organik yang dikembangkan," ujarnya.

ROFIQI HASAN

Berita Terpopuler
Anang Hermansyah Melenggang ke Senayan
PNS Pemilik Rp 1,3 T Diduga Setor ke Perwira TNI
KPK Tetapkan Hadi Poernomo sebagai Tersangka

Berita terkait

Peneliti BRIN Pertanyakan Benih Padi Cina Mampu Taklukkan Lahan Kalimantan

3 hari lalu

Peneliti BRIN Pertanyakan Benih Padi Cina Mampu Taklukkan Lahan Kalimantan

BRIN sampaikan bisa saja padi hibrida dari Cina itu dicoba ditanam. Apa lagi, sudah ada beberapa varietas hibrida di Kalimantan. Tapi ...

Baca Selengkapnya

Terkini: Usulan BTN Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, Pro Kontra Rencana Buka Lahan 1 Juta Ha untuk Padi Cina

7 hari lalu

Terkini: Usulan BTN Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, Pro Kontra Rencana Buka Lahan 1 Juta Ha untuk Padi Cina

BTN mengusulkan skema dana abadi untuk membiayai program 3 juta rumah yang dicanangkan oleh pasangan Capres-cawapres terpilih Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Pro Kontra Rencana Pemerintah Buka Lahan Sejuta Hektar di Kalimantan untuk Padi Cina

7 hari lalu

Pro Kontra Rencana Pemerintah Buka Lahan Sejuta Hektar di Kalimantan untuk Padi Cina

Rencana pemerintah membuka lahan sejuta hektar di Kalimantan Tengah untuk proyek penanaman padi Cina dinilai tidak perlu.

Baca Selengkapnya

Lahan Sejuta Hektar untuk Padi Cina: Upaya Luhut, Keheranan Pakar IPB dan Contoh Sukses di Gurun Dubai

9 hari lalu

Lahan Sejuta Hektar untuk Padi Cina: Upaya Luhut, Keheranan Pakar IPB dan Contoh Sukses di Gurun Dubai

Menko Luhut mengatakan, Cina bersedia untuk mengembangkan pertanian di Kalimantan Tengah dengan memberikan teknologi padinya.

Baca Selengkapnya

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

9 hari lalu

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

Kepala Eksekutif OJK Friderica Widyasari Dewi memberikan sejumlah tips yang dapat diterapkan oleh ibu-ibu dalam menyikapi isi pelemahan rupiah.

Baca Selengkapnya

Wacana Sawah Padi Cina 1 Juta Hektare di Kalimantan, Guru Besar IPB: Tidak Masuk Akal

9 hari lalu

Wacana Sawah Padi Cina 1 Juta Hektare di Kalimantan, Guru Besar IPB: Tidak Masuk Akal

Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) mengkritik wacana penggunaan lahan 1 juta hektare di Kalimantan untuk adaptasi sawah padi dari Cina.

Baca Selengkapnya

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah, Jika Diminta

10 hari lalu

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah, Jika Diminta

Bulog mengaku siap jika diminta pemerintah menjadi off-taker gabah dari kerjasama pertanian Indonesia dan Cina

Baca Selengkapnya

Luhut Gandeng Cina Kembangkan Teknologi Penanaman Padi di Kalteng: Tinggal Cari Partner Lokal

11 hari lalu

Luhut Gandeng Cina Kembangkan Teknologi Penanaman Padi di Kalteng: Tinggal Cari Partner Lokal

Luhut Pandjaitan menyatakan bahwa Cina bersedia turut memberikan teknologi padinya ke Indonesia

Baca Selengkapnya

Harta Kekayaan Megawati, SBY, dan Jokowi Saat Akhir Menjabat Presiden RI, Siapa Paling Tajir?

34 hari lalu

Harta Kekayaan Megawati, SBY, dan Jokowi Saat Akhir Menjabat Presiden RI, Siapa Paling Tajir?

Harta kekayaan Jokowi Rp 95,8 miliar selama menjabat. Bandingkan dengan harta kekayaan presiden sebelumnya, Megawati dan SBY. Ini paling tajir.

Baca Selengkapnya

Mentan Galakkan Pompanisasi 500 Ribu Hektare di Jawa, Siapkan Anggaran Rp 5,8 Triliun

44 hari lalu

Mentan Galakkan Pompanisasi 500 Ribu Hektare di Jawa, Siapkan Anggaran Rp 5,8 Triliun

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman bakal melakukan pompanisasi pada 500 ribu hektare lahan tadah hujan di Pulau Jawa.

Baca Selengkapnya