TEMPO.CO, Bangka Tengah - Pembahasan masalah bisnis timah oleh sejumlah tokoh masyarakat Bangka Belitung (Babel) yang berlangsung di Hotel Aston Sol Marina, Bangka, Kamis, 20 Maret 2014, tidak boleh dihadiri wartawan. Acara digelar oleh mereka yang tergabung dalam Paguyuban Masyarakat Peduli Babel (PMPB).
Salah seorang pembicara, Rusli Rachman, tiba-tiba meminta para wartawan meninggalkan ruang pertemuan. Padahal, kehadiran wartawan karena diundang secara resmi. Saat itu wartawan sudah berada di dalam ruang tempat pertemuan berlangsung.
Meskipun mendapat protes dari wartawan, Rusli tetap meminta wartawan keluar dengan dalih hal-hal yang bersifat rahasia dalam pembicaraan terungkap ke masyarakat umum melalui media. "Kita minta wartawan keluar dulu. Kalau wartawan di sini, perdebatan dan ada hal-hal negatif dimuat di media. Nanti hasilnya saja yang dimuat. Kalau ikut diskusi, nanti salah membuat kesimpulan," kata Rusli.
Dalam ruang pertemuan, di antaranya tampak hadir mantan Wali Kota Pangkalpinang Zulkarnain Karim, mantan Wakil Gubernur Babel Suryadi Saman, serta para pelaku bisnis timah di Babel. Berdasarkan informasi yang dihimpun wartawan, pertemuan itu digelar untuk menggugat masalah pertimahan di Bangka Belitung. Dari hasil pertemuan itu para tokoh masyarakat itu akan membuat pernyataan yang akan disampaikan kepada PT Timah.
Para wartawan pun menyatakan kekecewaannya. Sebab, pengusiran itu tidak pernah disangka karena wartawan merasa diundang oleh panitia pertemuan. "Kami hadir di sini karena ada undangan resmi. Kenapa disuruh keluar? Kalau tidak diperkenankan masuk, seharusnya dari awal,” ujar salah seorang wartawan sambil mengajak wartawan lainnya keluar dari ruangan.