Gagal, Water Bombing Atasi Asap Pekat di Riau
Editor
Maria Rita Hasugian
Jumat, 14 Maret 2014 06:32 WIB
TEMPO.CO, Pekanbaru - Kabut asap sisa kebakaran lahan di Riau kian pekat. Jarak pandang terbatas 300 meter mengakibatkan helikopter water bombing gagal beroperasi karena pilot kesulitan menjangkau titik api.
"Hari ini merupakan hari paling buruk, jarak pandang sangat tidak memungkinkan untuk terbang," kata Kepala Satgas Pemadaman Api Operasi Udara Kolonel Pnb Andyawan kepada wartawan, Kamis malam, 13 Maret 2014, di Posko Penanggulangan Bencana Asap Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin, Pekanbaru. (Baca: Kabut Asap di Riau Sudah Membahayakan Kesehatan)
Menurut Andyawan, tidak hanya water bombing, pesawat modifikasi cuaca pun tidak bisa lepas landas akibat asap. Maka, dalam satu hari ini, tidak satu pun pesawat yang mampu memadamkan api lewat udara. Meski demikian, kata dia, pihaknya sudah memetakan untuk operasi esok hari, jika jarak pandang masih pendek. Pemadaman lewat udara diupayakan dengan strategi tidak melawan arah angin yang membawa asap.
Pantauan satelit, kata Andyawan, menunjukkan arah angin bergerak dari utara ke selatan. Untuk selanjutnya, pemadaman akan dilakukan secara bertahap, dimulai dari wilayah utara Pulau Rupat dan Dumai. "Wilayah Dumai jarak pandang sangat bagus, 1500 meter," ujarnya.
Sementara itu, untuk operasi penyemaian garam buatan, bakal dilakukan menggunakan pesawat Hercules yang terbang langsung dari Jakarta. Penyemaian garam akan dilakukan pada ketinggian 5000 kaki.
Kabut asap pekat yang mengepung Pekanbaru, Rabu, 12 Maret 2014, melumpuhkan aktivitas warga. Seluruh lembaga pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, diliburkan. Aktivitas penerbangan di Bandara Sultan Syarif Kasim II terpaksa ditutup hingga tiga hari ke depan. Hari ini, jarak pandang sangat pendek dibanding hari sebelumnya, yakni 100-500 meter. Sebanyak 86 penerbangan, baik keberangkatan maupun kedatangan, batal terbang. (Baca:Semua Lembaga Pendidikan di Pekanbaru Diliburkan)
"Kabut asap hari ini sangat mengganggu jarak pandang, tidak memungkinkan untuk melakukan penerbangan," kata Duty Manajer Bandara SSK II Pekanbaru Baiquni kepada Tempo.
RIYAN NOFITRA