"Setelah diteliti ternyata benar proyektil tersebut berasal dari peluru yang dipakai dalam latihan menembak," kata Achmad kepada wartawan di Kupang, Jumat, 7 Maret 2014.
Guna mengembangkan penyelidikan itu, sebanyak empat orang perwira Den Bekang Korem 161 WS Kupang telah diperiksa intensif oleh penyidik Den Pom IX/I. Hasil otopsi jenazah Rosina, didapati proyektil dari peluru kaliber 95 milimeter menggunakan senjata FN 46.
Menurut dia, penyelidikan kasus ini juga melibatkan penyidik dari Den Pom Kodam IX/Udayana. “Ada tim Denpom dari Kodam, karena panglima juga memantau perkembangan penyelidikan kasus ini,” katanya.
Penyelidikan yang dilakukan berkaitan dengan pelaksanaan standar operasional prosedur (SOP) dalam latihan menembak tersebut. "Jika sudah dilakukan sesuai SOP, tentunya tidak ada sanksi kepada anggota yang berlatih menembak saat itu," katanya.
Dia mengatakan, kemampuan jarak tembak senjata yang digunakan ternyata bisa mencapai 500 meter lebih dari jarak normal 25 meter, sementara posisi korban saat tertembak berada pada 261 meter dari titik menembak.
Paman korban, Albert Neno menyatakan keluarga telah menerima kematian korban sebagai suatu musibah. "Keluarga sudah pasrah atas kepegian Rosina," katanya.
Namun, keluarga meminta agar TNI memperbaiki lapangan tembak Nasipanaf itu agar tidak timbul korban lagi saat latihan menembak di tempat itu. "Kalau bisa lapangan tembaknya diperbaiki agar tidak meresahkan warga sekitar," katanya.
Rosina tinggal bersama kedua orang tuanya di rumah mereka yang berdinding tembok, namun nampak sudah nampak tua. Di rumah yang berukuran 6x6 meter itu, masih tersisa tiga saudara korban dari lima bersaudara. Kakak Rosina belum lama meninggal.
