Petugas mengikat dan menyegel sekoci penyelamat berwarna oranye di Pantai Timur Pangandaran, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat (7/2). 34 imigran asal Iran, Pakistan, dan Bangladesh yang berada dalam sekoci berhasil diamankan petugas saat terdampar di Pangandaran. TEMPO/Prima Mulia
TEMPO.CO, Banyuwangi - Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla) memperketat keamanan seluruh pesisir Indonesia dari imigran gelap. “Indonesia memperketat keamanan laut pasca-Australia menolak masuknya imigran yang mencari suaka,” kata Kepala Bidang Penyiapan Kebijakan Kegiatan Badan Kordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla) Kolonel Maritim Yansen Angkuw di Banyuwangi, Selasa, 18 Februari 2014.
Pengetatan keamanan, kata Yansen, dilakukan dengan meluncurkan call center pengaduan dan mengintensifkan koordinasi dengan aparat keamanan. Bakorkamla mencatat, pada 2013, rata-rata ada 25 kasus imigran per bulan yang masuk ke perairan Indonesia secara ilegal. "Indonesia menjadi transit para imigran yang akan menuju ke Pulau Christmas, Australia," ujarnya.
Menurut Yansen, ada tiga daerah yang menjadi pintu masuk imigran gelapa ke Indonesia, yakni Batam, Manado, dan Ambon. Para imigran itu berlayar ke Australia melalui Pulau Jawa.
Pada 2013, imigran gelap yang masuk mencapai puluhan ribu orang. Di Bogor, jumlah imigran gelap mencapai 5 ribu orang. Imigran terbanyak berasal dari Pakistan. "Itu baru di Bogor, belum daerah lain."
Sebelumnya, Deputi V Bidang Koordinasi Keamanan Nasional Kementerian Politik Hukum dan HAM Bambang Suparno mengatakan 60 ribu imigran gelap asal Timur Tengah dan Afrika siap berangkat ke Australia untuk mencari suaka. "Saat ini mereka masih berada di Malaysia dan siap masuk ke Indonesia untuk selanjutnya ke Australia," kata Bambang di Kupang, 6 Februari 2014.