Lahan pertanian warga tertutup abu vulkanik letusan Gunung Kelud, di desa Pandansari, Malang,Sabtu (15/2). Sebanyak empat desa di Kecamatan Ngantang dan Kasembon menjadi KRB 3, sehingga seluruh warga harus diungsikan. TEMPO/Fully Syafi
TEMPO.CO,Jakarta - Udara yang dipenuhi abu vulkanik dari letusan Gunung Kelud membuat jarak pandang di sejumlah wilayah di Jawa Tengah dan Jawa Timur berkurang drastis. Di sejumlah tempat yang berselimut abu, jarak pandang hanya sekitar 5-20 meter. Akibatnya, masinis kereta api harus menurunkan kecepatan hingga 40 kilometer per jam ketika melewati wilayah itu.
"Karena kecepatan berkurang, jadwal kedatangan kereta jadi molor juga," kata Kepala Humas PT KAI Daerah Operasi I Jakarta, Agus Komarudin. "Ada yang telat 20 menit, 40 menit, tapi dirata-rata telatnya 62 menit."
Abu vulkanik tak cuma mengganggu pandangan masinis. Beberapa kabin kereta pun disusupi abu Gunung Kelud itu, terutama gerbong kereta bisnis. Untuk mengantisipasi terhirupnya abu vulkanik oleh penumpang, PT KAI menyediakan masker.
"Masker dibagikan untuk penumpang yang berangkat dari Jakarta ataupun Jawa," kata Agus.
Pasca-letusan Gunung Kelud, jumlah penmpang kereta api meningkat hingga sepuluh persen. Pelonjakan ini terjadi karena sejumlah bandar udara di Jawa Tengah dan Jawa Timur ditutup akibat abu vulkanik. Meski jumlah penumpang meningkat, PT KAI tidak menyediakan tambahan gerbong. Sebab, menurut Agus, setiap akhir pekan sejumlah kereta sudah mendapatkan tambahan gerbong.
"Kereta dari dan menuju Jawa Tengah serta Timur tersedia 25.064 tempat duduk. Pada hari normal, terjual sembilan puluh persen tiket dari jumlah bangku itu," kata Agus. "Penambahan penumpang sejumlah sepuluh persen masih dapat diangkut dengan kereta yang ada."