Sejumlah Kapal Perang TNI-AL membentuk formasi Perang dalam Latihan Puncak Armada Jaya di Wilayah Sangatta, Kalimantan Timur, Kamis (10/11). Latihan Armada Jaya ditujukan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya konflik di daerah Alur Laut Kepulauan Indonesia yang merupakan perbatasan dengan negara tentangga dengan melibatkan 4000 ribu personil AL, 23 kapal Perang, 3 pesawat cassa, 3 Helikopter, 1600 pasukan Pendarat Marinir, dan 93 kendaraan Tempur. TEMPO/Seto Wardhana
TEMPO.CO, Jakarta - Peserta konvensi calon presiden Partai Demokrat, Gita Wirjawan, menilai protes yang disampaikan Singapura ihwal penamaan KRI Usman Harun tidak bisa dijadikan alasan untuk ikut campur urusan negara lain. Dia menganggap Indonesia berhak menghormati tokoh yang dianggap pahlawan.
"Protes Singapura tidak boleh menjadi alat intervensi ke persoalan domestik Indonesia," kata Gita melalui pesan singkat, Jumat, 7 Februari 2014.
Gita mengatakan meski protes ini memicu ketegangan, Indonesia dan Singapura diminta tetap menjaga hubungan bilateral. Syaratnya, kata dia, Singapura harus menghormati kedaulatan negara lainnya.
Angkatan Laut Indonesia bakal menamakan kapal perangnya KRI Usman Harun untuk mengenang Usman Haji Muhammad Ali dan Harun Said. Keduanya berperan dalam pengeboman sebuah kompleks perkantoran di pusat Kota Singapura pada Maret 1965 (baca: Tragedi di Balik Penamaan KRI Usman Harun ). Usman Haji Muhammad Ali dan Harun Said dieksekusi di Singapura atas peran mereka dalam pengeboman di MacDonald House Orchrad Road.
Namun pemerintah Singapura tidak setuju dengan pemberian nama KRI Usman Harun. Menteri Luar Negeri Singapura K. Shanmugam menyampaikan keberatannya kepada Marty Natalegawa. Menurut Shanmugam, penamaan itu akan melukai perasaan rakyat Singapura, terutama keluarga korban. (Lihat juga: Singapura Protes Nama KRI Usman Harun)