Wisatawan melihat kubah lava atau biasa di sebut anak Gunung Kelud di kawasan wisata Gunung Kelud, Kabupaten Kediri, Jawa Timur (11 Agustus 2013). Saat ini kawasan wisata ini tertutup untuk wisata. TEMPO/Aris Novia Hidayat
TEMPO.CO, Malang - Ada sembilan desa di Kecamatan Ngantang dan Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang, Jawa Timur, yang berbatasan dengan Kabupaten Kediri bersiaga penuh mengantisipasi meletusnya Gunung Kelud.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang Hafi Lutfi mengatakan dari sembilan desa, tiga desa di Ngantang paling berpotensi terdampak bencana langsung bila Gunung Kelud meletus. Ketiga desa ini adalah Pandansari, Banturejo, dan Pagersari. "Bila Kelud erupsi, tiga desa itu yang pertama kali merasakan hujan abu dan material padat vulkanik," kata Hafi, Jumat, 7 Februari 2014. (Baca juga: Heboh Foto Kelud Meleleh Warga Siap Mengungsi)
Desa lain di Ngantang yang rawan terdampak letusan adalah Sidodadi dan Ngantru. Di Kasembon ada empat desa yang berpotensi terdampak langsung letusan Gunung Kelud, yaitu Kasembon, Bayem, Pondok Agung, dan Sukosari.
BPBD saat ini sedang mendata terperinci jumlah penduduk di sembilan desa dalam rangka manajemen penanganan bencana, terutama untuk memudahkan evakuasi.
Pemerintah Kabupaten Malang sudah berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Kediri dan Kabupaten Blitar untuk menghadapi kemungkinan meletusnya Kelud. Dalam pertemuan itu dibahas kondisi terakhir Kelud dan upaya-upaya koordinatif tiga pemerintah daerah di sekitar Kelud. Untuk tindakan praktis, ujar Lutfi, sepenuhnya bergantung pada kebijakan masing-masing pemerintah daerah.
Tempo mencatat, sebanyak 36 desa di tiga kabupaten tadi akan terdampak bencana bila Gunung Kelud meletus. Kewaspadaan tinggi pernah dilakukan saat aktivitas vulkanik gunung setinggi 1.731 meter dari permukaan laut itu meningkat pada 2007.
Meski tak jadi meletus hebat, Pemerintah Kabupaten Malang, misalnya, menetapkan desa-desa yang berdekatan dengan Gunung Kelud sebagai kawasan rawan bencana atau KRB. Status KRB pun disematkan lagi pada awal 2012 saat aktivitas vulkanik Gunung Kelud menggeliat.
