Empat Primata di Indonesia Terancam Punah

Reporter

Kamis, 30 Januari 2014 20:17 WIB

Kukang Nycticebus Kayan (Sumber: WildBorneo.com.my)

TEMPO.CO, Malang--Lembaga perlindungan satwa ProFauna Indonesia memperingati Hari Primata yang jatuh pada 30 Januari dengan menggelar aksi di depan Balaikota Malang, Kamis 30 Januari 2014. Mereka mengkampanyekan ancaman kepunahan aneka jenis primata di Indonesia akibat menyempitnya habitat, perburuan dan dan perdagangan satwa. Badan konservasi Internasional (IUCN) menetapkan empat jenis primata endemik Indonesia paling terancam di dunia.

Empat satwa yang terancam punah itu ialah Orangutan Sumatera (Pongo abelii), Tarsius Siau (Tarsius tumpara), Kukang Jawa (Nycticebus javancus) dan Simakubo (Simias cocolor). "Total di dunia ada 25 jenis primata paling terancam," kata koordinator kampanye ProFauna Indonesia Swasti Prawidya Mukti.


Menurutnya, terdapat sekitar 200 jenis primata di dunia. Dari jumlah itu 40 jenis atau hampir 25 persen berada di Indonesia. Hari Primata ditetapkan berdasarkan aksi kampanye perlindungan primata di Jawa-Bali pada 2001 lalu, seiring dengan ancaman kelestarian primata yang terus meningkat.

Hilangnya habitat, kata Prawidya, menjadi penyebab utama ancaman kepunahan primata. Di Jawa, total hanya sekitar tiga persen hutan yang masih alami. Habitat asli primata berubah menjadi perkebunan, ladang dan permukiman. Kerusakan habitat menyebabkan satwa turun mencari pakan ke perkebunan sehingga menyebabkan konflik satwa dengan petani.

Dampaknya, satwa dianggap hama dan terjadi perburuan besar-besaran. Ada pula primata yang ditangkap hidup-hidup dan diperdagangkan. Perdagangan satwa dilakukan terang-terangan secara online. Sepanjang 2013 ProFauna mencatat sebanyak 40 kasus perdagangan satwa. Satwa yang diperdagangkan antara lain Kukang (Nycticebus sp), Surili (Presbytis comata), Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) dan Tarsius (Tarsius sp).

Kukang diperdagangkan karena bentuknya yang lucu dan jinak. Namun kukang yang ditangkap dari alam dicabuti taringnya untuk memberikan kesan jinak dan tak menggigit. "Sekitar 95 persen primata yang diperdagangkan hasil tangkapan di alam," katanya.

Untuk itu, mereka mengajak masyarakat membantu pelestarian dan kampanye stop perdagangan satwa. Memelihara primata, katanya, rawan menularkan berbagai jenis penyakit ke manusia. Seperti penyakit TBC, hepatitis dan herpes. Secara ekologi primana memiliki peranan menyebarkan benih di hutan.

Mereka menuntut aparat penegak hukum untuk serius menindak perdagangan primata dilindungi. Pelaku perdagangan bisa ditindak dengan Undang Undang nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, dengan ancaman hukuman penjara lima tahun dan denda Rp 100 juta.



EKO WIDIANTO

Advertising
Advertising

Berita terkait

Mengenal Dingiso, Kanguru Mirip Beruang yang Dianggap Sakral di Papua

17 Januari 2024

Mengenal Dingiso, Kanguru Mirip Beruang yang Dianggap Sakral di Papua

Di Papua ada kanguru yang bentuknya mirip beruang. Alih-alih suka melompat seperti kanguru darat, dingiso lebih banyak habiskan waktu di pohon.

Baca Selengkapnya

10 Fakta Kanguru Pohon, Satwa Langka dari Papua yang Tidak Suka Melompat

17 Januari 2024

10 Fakta Kanguru Pohon, Satwa Langka dari Papua yang Tidak Suka Melompat

Tidak semua kanguru suka melompat. Di Papua ada kanguru pandai memanjat yang hidup di pohon.

Baca Selengkapnya

Raline Shah Dituding Koleksi Satwa Langka, Disamakan dengan Karakter Petualangan Sherina 2

1 November 2023

Raline Shah Dituding Koleksi Satwa Langka, Disamakan dengan Karakter Petualangan Sherina 2

Raline Shah dan keluarganya diduga memburu serta memelihara satwa langka. Netizen ramai tunjukkan bukti jejak digital.

Baca Selengkapnya

Akibat Dua Singa Berkelahi, Taman Safari Indonesia Prigen Jadi Kondang

16 Februari 2023

Akibat Dua Singa Berkelahi, Taman Safari Indonesia Prigen Jadi Kondang

Dua ekor singa berkelahi hingga menabrak sebuah mobil Yaris merah di Taman Safari Indonesia Prigen, Jawa Timur menjadi sorotan belum lama ini.

Baca Selengkapnya

Anoa Telah Ditemukan Kembali di Hutan Sulawesi, Warga Diminta Menjaga

20 Januari 2023

Anoa Telah Ditemukan Kembali di Hutan Sulawesi, Warga Diminta Menjaga

Taman Hutan Raya Sinjai pastikan keberadaan anoa setelah menghilang 20 tahun lewat kamera intai. Perlu studi lanjutan untuk hitung populasi.

Baca Selengkapnya

Jurong Bird Park di Singapura Ditutup Setelah 52 Tahun Beroperasi, 3.500 Burung Langka Direlokasi

9 Januari 2023

Jurong Bird Park di Singapura Ditutup Setelah 52 Tahun Beroperasi, 3.500 Burung Langka Direlokasi

Jurong Bird Park yang dikelola Mandai Wildlife Reserve merupakan taman burung terbesar di Asia dan melindungi banyak satwa langka.

Baca Selengkapnya

BBKSDA Sita Sejumlah Satwa Langka dari Rumah Bupati Langkat

25 Januari 2022

BBKSDA Sita Sejumlah Satwa Langka dari Rumah Bupati Langkat

BBKSDA mendapatkan informasi kepemilikan satwa langka oleh Bupati Langkat nonaktif Terbit Rencana dari KPK usai mengeledah rumah yang bersangkutan

Baca Selengkapnya

KSDA Agam Terima Kura-kura Kaki Gajah Langka

1 September 2021

KSDA Agam Terima Kura-kura Kaki Gajah Langka

Resor KSDA Agam akan segera melepaskan kembali kura-kura kaki gajah langka itu ke habitatnya.

Baca Selengkapnya

Singa Jantan yang Viral di TikTok Diselamatkan Otoritas Kamboja

1 Juli 2021

Singa Jantan yang Viral di TikTok Diselamatkan Otoritas Kamboja

Petugas Kamboja menggerebek rumah di Phnom Penh untuk menyelamatkan seekor singa berusia 18 bulan yang telah dicabut taring dan cakarnya.

Baca Selengkapnya

Populasi Elang Jawa di Taman Burung TMII Bertambah, Satu Telur Menetas

12 Juni 2021

Populasi Elang Jawa di Taman Burung TMII Bertambah, Satu Telur Menetas

Setelah 7 Tahun, Taman Burung Taman Mini Indonesia Indah (TMII) akhirnya berhasil menetaskan telur elang Jawa.

Baca Selengkapnya