TEMPO.CO, Bojonegoro - Masyarakat di Desa Nguken, Kecamatan Padangan, Bojonegoro, Jawa Timur, benar-benar menikmati berkah kekayaan sumber daya alam. Dengan alat seadanya, mereka bisa memanfaatkan gas alam yang muncrat dari sumur air untuk aktivitas memasak dan lainnya.
Seperti yang dilakukan keluarga Suwarti, 44 tahun. Saban hari, seperti tak bosan-bosannya, ia menanak jagung di dapur rumahnya di RT 01 RW 01 Desa Nguken. Pedagang nasi jagung itu menghabiskan sebagian besar harinya di dapur. Kegiatan memasak mulai pukul 3 dinihari dan baru berakhir sore, kadang berlanjut sampai malam saat banyak pesanan.
Tak terhitung berapa banyak bahan bakar dihabiskan kompor-kompornya. Tapi Suwarti tampak tak memusingkannya. Kepada Tempo, dia mengaku tak pernah keluar uang untuk membeli bahan bakar minyak atau gas. Ternyata suplai bahan bakar itu diperolehnya secara cuma-cuma. Api di tungku kompornya yang selalu menyala biru itu berasal dari gas alam di sumur pompa air miliknya. “Jadi memang gratis semuanya,” kata Suwarti kepada Tempo di rumahnya, Selasa pekan lalu.
Gas alam yang dimaksudkannya adalah gas yang menyembur dari perut bumi di pekarangan tanah keluarganya. Gas menyembur bersama-sama air dari sumur pompa sedalam 8 meter tersebut. Saat mesin pompa air dihidupkan secara otomatis, gas dari dalam tanah ikut naik. Oleh suaminya, air dan gas yang tersedot itu lantas dipisahkan dengan selang. Satu selang dialirkan ke bak mandi dan satu selang lainnya ke tungku masak di dapur. Agar pipa yang dialiri gas tidak terus keluar, dibuatlah keran untuk mengatur besar-kecilnya gas ke tungku api. “Prosesnya sederhana sekali.”
Fenomena gas alam dimanfaatkan oleh rumah tangga secara langsung bukan hal yang unik di desa ini. Di lingkungan RT 1 RW 01 saja sedikitnya ada lima kepala keluarga yang beruntung sumur pompanya menyemburkan gas dan dimanfaatkan untuk memasak. Satu sumur di antaranya dimanfaatkan secara bersama-sama oleh 15 KK yang rumahnya berdekatan. Serta satu KK lagi di RT 04 RW 01, yakni milik Kusnadi, yang juga kepada desa setempat.
Awalnya, penemuan gas secara tidak sengaja dilakukan Sujadi, suami Suwarti, saat mengebor sumur pada 1992 silam. Saat galian pipa masuk di kedalaman 8 meter air muncrat disertai suara desisan seperti gas. Ternyata itu benar-benar gas alam. Sujadi lantas membuat saluran pipa sedemikian rupa untuk memanfaatkan gas itu. Hal itu lalu ditiru oleh warga lain di kampungnya.
Meski mendapat potensi alam yang berlebih, warga Desa Nguken tak serta-merta mengeksploitasinya berlebihan. Terbukti, saat pertama ditemukan, hanya puluhan KK memanfaatkannya. Saat awal-awal aktivitas “eksploitasi” itu dilakukan, warga cenderung tertutup. Alasanya, mereka takut jika kegiatan itu dianggap ilegal. Sebagian takut risiko kebakaran bila bersentuhan dengan gas. (Baca selengkapnya di majalah Tempo Sisipan Jawa Timur)
SUJATMIKO
Berita terkait
Harga Produk Pertambangan Masih Fluktuatif
21 jam lalu
Harga komoditas produk pertambangan yang dikenakan bea keluar fluktuatif, konsentrat tembaga dan seng masih naik pada periode Mei 2024.
Baca SelengkapnyaBahlil Beri Sinyal Ormas Bisa Kelola Izin Tambang, Aspebindo: Modal untuk Mandiri
1 hari lalu
Aspebindo mendukung rencana pemerintah membagikan izin usaha pertambangan (IUP) kepada ormas keagamaan. Apa alasannya?
Baca SelengkapnyaRektor UPN Veteran Yogyakarta: Jumlah Pendaftar Prodi Teknik Pertambangan Naik 3 Kali Lipat
2 hari lalu
Rektor UPN Veteran Yogyakarta Irhas Effendi menyebut ada fenomena cukup menarik dari para peserta UTBK SNBT 2024 di kampusnya.
Baca SelengkapnyaLPDP Buka Beasiswa Prioritas ke NEU, CSU dan UST untuk Bidang Pertambangan
6 hari lalu
Tujuan beasiswa LPDP ini untuk mencetak tenaga kerja untuk memenuhi program hilirisasi industri berbasis tambang mineral di Indonesia.
Baca SelengkapnyaHari Bumi dan Hari Kartini, Petani Kendeng Ungkit Kerusakan Karst yang Memicu Banjir
8 hari lalu
Kelompak masyarakat peduli Pegunungan Kendeng memgangkat isu kerusakan lingkungan pada Hari Bumi dan Hari Kartini/
Baca Selengkapnya10 Perusahaan Timah Terbesar di Dunia, Ada PT Timah
10 hari lalu
Berikut ini deretan perusahaan timah terbesar di dunia berdasarkan jumlah produksinya pada 2023, didominasi oleh pabrik Cina.
Baca SelengkapnyaJATAM Laporkan Menteri Investasi Bahlil ke KPK, Ini Sebabnya
27 hari lalu
Jaringan Advokasi Tambang melaporkan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, apa penyebabnya?
Baca SelengkapnyaKorupsi Timah: Aturan Rujukan Penghitungan Kerugian Negara Rp 271 Triliun
28 hari lalu
Kasus dugaan korupsi di PT Timah, yang melibatkan 16 tersangka, diduga merugikan negara sampai Rp271 triliun. Terbesar akibat kerusakan lingkungan.
Baca SelengkapnyaRamai soal Korupsi Timah Rp 271 Triliun, Begini Fluktuasi Saham TINS dan Analisisnya
28 hari lalu
Pergerakan saham PT Timah Tbk. atau TINS terpantau berfluktuatif usai terkuaknya kasus korupsi tata niaga timah di wilayah IUP. Begini analisisnya.
Baca SelengkapnyaKasus Harvey Moeis Korupsi Timah, Peran Lobi-Lobi hingga Membeli Barang Mewah Miliaran
29 hari lalu
Pada Kamis, 4 April 2024, istri Harvey Moeis, selebriti Sandra Dewi mendatangi Kejaksaan Agung untuk menjalani pemeriksaan sebagai saksi
Baca Selengkapnya