Seorang bocah keluarga korban jatuhnya helikopter jenis Mi-17 milik TNI AD berjalan diantara peti mati yang telah disiapkan di Bandara Juata, Tarakan, Kaltim, Minggu (10/11). 13 orang dilaporkan meninggal dunia dan enam lainnya luka-luka. ANTARA/Siyah
TEMPO.CO, Samarinda - Warga sipil asal Desa Apau Ping, Mendan Bilung, yang terluka saat jatuhnya helikopter MI-17 TNI, meninggal setelah mendapat perawatan medis di RSUD Kota Tarakan, Kalimantan Utara, Senin, 11 November 2013 sekitar pukul 18.10 WITA. Mendan Bilung sempat dirawat di ruang ICU rumah sakit pelat merah itu sejak Ahad malam.
"Mendan Bilung meninggal karena luka bakar hingga 90 persen di tubuhnya," kata Kepala Penerangan KODAM VI Mulawarman, Kolonel Infanteri Legowo Jatmiko dihubungi dari Samarinda, Senin, 11 November 2013.
Dengan meninggalnya Mendan Bilung, secara keseluruhan jumlah korban meninggal menjadi 14 orang dari 19 penumpang helikopter MI-17 milik TNI AD. Hingga kini masih ada 5 orang yang masih mendapat perawatan medis. Tiga warga sipil dan dua anggota TNI AD.
Helikopter MI-17 jatuh di perbatasan negara RI-Malaysia di Desa Apau Ping, Kecamatan Bahau Ulu, Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara, Sabtu, 9 November 2013. Heli mengangkut 19 orang dan 1,8 ton material bangunan.
Rencananya, material bangunan untuk membangun Pos Pengamanan Perbatasan Bulan. Dari 19 penumpang, 10 orang di antaranya warga sipil dari Desa Apau Ping. Warga sipil akan dipekerjakan untuk membangun pos.
Heli jatuh sesaat ketika hendak mendarat di helipad tak jauh dari lokasi pos pamtas Bulan. Heli ditemukan dengan kondisi terbakar.