Arkeolog: Sriwijaya Menjajah Hingga Madagaskar

Reporter

Editor

Sunu Dyantoro

Sabtu, 19 Oktober 2013 19:25 WIB

Seorang anak buah kapal (ABK) melintas di depan deretan kapal Phinisi yang bersandar di dermaga Pelabuhan Paotere, Makassar, Senin (18/4). Pelabuhan Paotere masih dipakai sebagai pelabuhan perahu-perahu rakyat seperti Phinisi, Lambo, kapal-kapal motor nelayan dan pedagang antar pulau juga menjadi pusat niaga nelayan, dengan adanya fasilitas Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang dibangun pemerintah setempat. TEMPO/Subekti

TEMPO.CO, Magelang - Arkeolog Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Daud Aris Tanudirjo, menyebut pelaut Kerajaan Sriwijaya di Palembang menjelajah hingga mencapai Madagaskar di timur Benua Afrika sekitar abad ke-6 atau ke-7. “Ini terjadi saat kerajaan Sriwijaya berjaya di Laut Cina Selatan dan Samudera Hindia,” kata Daud dalam seminar membahas Kemampuan Maritim Nusantara, Sabtu, 19 Oktober 2013. Ini merupakan rangkaian acara Borudur Writers and Cultural Festival di Hotel Manohara, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, 17-20 Oktober 2013.

Menurut Daud, bahasa Malagis di Madagaskar menjadi bukti dampak kolonialisasi pelaut Austronesia. Ia mengatakan Austronesia merujuk pada peradaban maritim wilayah nusantara atau mengacu pada wilayah geografis yang penduduknya menuturkan bahasa Austronesia. Secara geografis ini berada di belahan bumi mulai dari Taiwan dan Hawai di bagian utara hingga Selandia Baru di selatan. Pada bagian barat Austronesia menjangkau hingga Madagaskar. Sedangkan, di bagian timur meliputi hingga Pulau Paskah di selatan Samudera Pasifik, masuk wilayah Chili.

Bahasa Malagis mirip dengan Bahasa di sekitar Sungai Barito, Kalimantan Selatan. Bukti lain adalah hasil penelitian arkeolog Kamerun di Benua Afrika menemukan fitolit pisang atau unsur silika seperti kaca dalam tanaman. Fitolit itu ditemukan sekitar 2.500 tahun lalu. Selain pisang, padi juga mengandung fitolit.

Daud menyebut fitolit yang arkeolog temukan di Kamerun memiliki banyak kemiripan dengan tanaman yang tumbuh di nusantara. Ada juga persamaan bentuk alat musik, yakni kecapi dan seruling. Bukti itu, kata Daud menggambarkan peran pelaut Austronesia dalam penjelajahan Samudera Hindia sejak awal zaman logam atau akhir masa Neolitik. Pelaut Austronesia melakukan perjalanan jarak jauh karena perahu atau kapal mereka cukup tangguh mengarungi lautan.

Daud mengatakan kolonialisasi Sriwijaya terhadap Madagaskar terjadi karena banyak pendatang dari nusantara terutama yang kini sebagian besar wilayah Indonesia, membangun pos penguasaan wilayah. Mereka jumlahnya semakin berkembang dan membawa pengaruh peradaban terhadap Madagaskar. Kolonilasi Sriwijaya terhadap Madagaskar bukan dalam pengertian penjajahan seperti yang dilakukan Belanda ke Indonesia. Kolonialisasi yang Daud maksud lebih merujuk pada kuatnya pengaruh orang-orang Sriwijaya terhadap peradaban Madagaskar.

SHINTA MAHARANI

Berita terkait

UGM Raih 25 Bidang Ilmu Peringkat QS WUR 2024, Apa Itu?

18 hari lalu

UGM Raih 25 Bidang Ilmu Peringkat QS WUR 2024, Apa Itu?

Apa itu QS World University Rankings (WUR) yang menobatkan UGM meraih 25 bidang ilmu dalam pemeringkatan ini?

Baca Selengkapnya

Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

37 hari lalu

Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

Pencabutan publikasi penelitian Gunung Padang didahului investigasi oleh penerbit bersama pemimpin redaksi jurnal.

Baca Selengkapnya

Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Buntut Pencabutan Artikel Gunung Padang, Fitur Edit Gambar dan Stiker AI WhatsApp, Suara Kontra Arkeolog Asing

38 hari lalu

Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Buntut Pencabutan Artikel Gunung Padang, Fitur Edit Gambar dan Stiker AI WhatsApp, Suara Kontra Arkeolog Asing

Topik tentang pencabutan artikel Gunung Padang bisa mencoreng nama penulis dan reviewer menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.

Baca Selengkapnya

Rencana Tim Peneliti Situs Gunung Padang Setelah Pencabutan Publikasi dari Jurnal

42 hari lalu

Rencana Tim Peneliti Situs Gunung Padang Setelah Pencabutan Publikasi dari Jurnal

Tim peneliti situs Gunung Padang akan mengirimkan penelitian yang dicabut Willey Online Library ke jurnal lagi, namun dalam bentuk berbeda.

Baca Selengkapnya

Arkeolog Situs Gunung Padang Tak Hormati Vonis Pencabutan Laporan dari Jurnal, Kenapa?

42 hari lalu

Arkeolog Situs Gunung Padang Tak Hormati Vonis Pencabutan Laporan dari Jurnal, Kenapa?

Tim peneliti Gunung Padang sedang berkoordinasi apakah akan menempuh mekanisme pengaduan ke komite etik yang mewadahi jurnal internasional.

Baca Selengkapnya

Publikasi Ilmiah Situs Gunung Padang Dicabut dari Jurnal, Ini Alasannya

43 hari lalu

Publikasi Ilmiah Situs Gunung Padang Dicabut dari Jurnal, Ini Alasannya

Wiley Online Library mengumumkan mencabut publikasi artikel ilmiah berisi hasil penelitian situs megalitik Gunung Padang di Cianjur dari jurnalnya.

Baca Selengkapnya

KKP dan UGM Sepakati Kerja Sama Bidang Kelautan

55 hari lalu

KKP dan UGM Sepakati Kerja Sama Bidang Kelautan

Kerja sama melibatkan sejumlah fakultas di UGM.

Baca Selengkapnya

Peneliti UI Datangi Lokasi Temuan Batu Berlapis Dikira Situs Kuno di Rejang Lebong

4 Maret 2024

Peneliti UI Datangi Lokasi Temuan Batu Berlapis Dikira Situs Kuno di Rejang Lebong

Tim peneliti UI bergabung dengan peneliti dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VII Bengkulu-Lampung

Baca Selengkapnya

Arab Saudi Temukan Ribuan Artefak pada Awal Periode Islam

6 Februari 2024

Arab Saudi Temukan Ribuan Artefak pada Awal Periode Islam

Di antara temuan arkeologi itu adalah artefak-artefak dari Masjid Usman bin Affan pada abad ke 7 hingga ke 8 sebelum masehi

Baca Selengkapnya

Hampir 1.000 Pegawai UGM Terima Penghargaan Purnabakti dan Kesetiaan

18 Januari 2024

Hampir 1.000 Pegawai UGM Terima Penghargaan Purnabakti dan Kesetiaan

Sebanyak 907 dosen dan tenaga kependidikan di lingkungan Universitas Gadjah Mada atau UGM menerima penghargaan kesetiaan dan purnabakti.

Baca Selengkapnya