Masyarakat Buyat Minta Relokasi

Reporter

Editor

Kamis, 2 Desember 2004 13:31 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Kasmir Tri Putra, Ketua Panitia Ad Hoc (PAH) II Dewan Pimpinan Daerah (DPD), berjanji akan mengawal proses hukum kasus Buyat. Dan "upaya pengawalan bisa dilakukan mulai hari ini," janjinya. Kasmir juga berjanji akan mulai mengadakan pendekatan informal ke Mahkamah Agung (MA) agar memproses kasus pencemaran ini dengan lebih baik. Selain itu, PAH II DPD juga berjanji akan mendorong Menteri Koordinasi Kesejahteraan Rakyat (Menkokesra) untuk berbuat sesuatu yang nyata bagi masyarakat korban Buyat.Beberapa poin ini mengemuka saat para wakil dari Forum Jaringan Peduli Buyat menemui PAH II DPD di Jakarta pagi ini, Kamis (2/12). Pertemuan yang berlangsung sekitar 90 menit ini dihadiri oleh empat anggota PAH II, dua diantaranya merupakan wakil dari Sulawesi Utara, yakni Aryanti Baramuli Putri dan Edwin Kawilarang. Arnold Lao, Dosen Universitas Sam Ratulangi Manado, seorang tokoh yang dituakan dalam forum, dalam pertemuan itu meminta dukungan politik dan hukum kepada DPD. Ia melaporkan bahwa Kejaksaan Tinggi Mando kurang serius menangani kasus ini. Yang paling mendesak menurut Arnold saat ini adalah masalah ekonomi dan kesehatan. Sebab kata Arnold, rakyat Teluk Buyat dan Ratatotok yang sebagian besar nelayan, kehilangan mata pencariannya akibat meledaknya kasus ini. Dari sisi kesehatan, saat ini menurut Arnold, sudah ada 17 orang kaum ibu yang mengalami pendarahan saat buang air besar. Syafrudin, seorang warga Buyat yang ikut hadir, meminta adanya jaminan ekonomi, juga keinginan agar pemerintah merelokasi penduduk dari daerah itu. “Tidak ada pilihan lain, kami harus pindah,” kata Anwar Sirman, warga Buyat lainnya.DR. Rignolda, ahli oseanografi Universitas Samratulangi yang sejak lama ikut meneliti pencemaran di Teluk Buyat menyatakan bahwa warga Buyat berada dalam posisi sulit. "Mereka selama ini menunggu statement pemerintah bahwa Buyat tercemar, bukan untuk mencari uang, tetapi agar selamat dari tuduhan berbohong," kata Rignolda menahan tangis. “Tolong selamatkan mereka, keluarkan dari lokasi itu," pintanya. Prakarma Raja Siregar, staf divisi kampanye Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) yang juga anggota tim terpadu kasus Buyat juga melaporkan bahwa ikan dan air minum yang disediakan PT Newmont Minahasa Raya yang berasal dari tiga sumur bor disana, mengandung kadar arsen yang cukup tinggi. Begitu juga air minum dari pipa di sumber lain PT Newmont, menurut Raja ternyata mengandung kadar logam Mangan yang melebihi ambang batas kewajaran. Raja kemudian meminta agar pemerintah daerah Sulawesi Utara menghentikan iklan yang menyatakan bahwa ikan Teluk Buyat layak dikonsumsi. Kasmir Tri Putra menanggapi aduan itu dan menyatakan bahwa pihak dari DPD Sulut sudah membawa hal ini ke forum DPD dan secara resmi ke paripurna DPD November kemarin. Selanjutnya masalah ini akan dibahas dalam rapat paripurna DPD 10 Desember mendatang.Suliyanti Pakpahan

Berita terkait

BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

26 hari lalu

BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

Pusat Riset Elektronika BRIN mengembangkan beberapa produk biosensor untuk mendeteksi virus dan pencemaran lingkungan.

Baca Selengkapnya

Limbah Tambak Udang Cemari Taman Nasional Karimunjawa, KLHK Tetapkan 4 Tersangka

44 hari lalu

Limbah Tambak Udang Cemari Taman Nasional Karimunjawa, KLHK Tetapkan 4 Tersangka

Gakkum KLHK menetapkan empat tersangka pencemaran lingkungan di Taman Nasional Karimunjawa. Kejahatan terkait limbah ilegal dari tambak udang.

Baca Selengkapnya

Pencemaran Lingkungan di Area Tambang Minyak, Guru Besar ITS Rekomendasikan Ini

14 Januari 2024

Pencemaran Lingkungan di Area Tambang Minyak, Guru Besar ITS Rekomendasikan Ini

Peningkatan aktivitas industri pertambangan menimbulkan risiko terjadinya pencemaran lingkungan.

Baca Selengkapnya

Sagu Disebut Bisa Jadi Bahan Pembalut dan Popok Ramah Lingkungan

12 November 2023

Sagu Disebut Bisa Jadi Bahan Pembalut dan Popok Ramah Lingkungan

Sampah pembalut dan popok dikenal kerap menjadi masalah. Sagu disebut-sebut bisa membuat dua benda itu ramah lingkungan

Baca Selengkapnya

Diduga Mencemari Lingkungan, PT GSA Dilaporkan ke Ombudsman

10 Oktober 2023

Diduga Mencemari Lingkungan, PT GSA Dilaporkan ke Ombudsman

Pabrik pengolahan jagung PT Global Solid Agrindo (PT GSA) dilaporkan warga ke Ombudsman karena diduga mencemari lingkungan.

Baca Selengkapnya

Besok Bersih Pantai Cibutun Loji Sukabumi, Begini Respons Pandawara Group Setelah Viral

5 Oktober 2023

Besok Bersih Pantai Cibutun Loji Sukabumi, Begini Respons Pandawara Group Setelah Viral

Pandawara Group mengunggah video terbaru yang berisi permohonan maaf hingga memberi klarifikasi terkait tujuan bersihkan Pantai Cibutun Loji Sukabumi

Baca Selengkapnya

Warga Karimunjawa Tolak Tambak Udang karena Mencemari Lingkungan

29 September 2023

Warga Karimunjawa Tolak Tambak Udang karena Mencemari Lingkungan

Warga Karimunjawa, Kabupaten Jepara menolak keberadaan tambak udang yang diduga mencemari lingkungan.

Baca Selengkapnya

5 Dampak Polusi Udara Terhadap Kulit, Di Antaranya Memicu Stres Oksidatif

28 Agustus 2023

5 Dampak Polusi Udara Terhadap Kulit, Di Antaranya Memicu Stres Oksidatif

Paparan polusi udara secara terus menerus meningkatkan risiko perubahan pigmentasi kulit seperti hiperpigmentasi atau peningkatan produksi melanin. Hal ini menyebabkan timbulnya masalah bintik atau bercak gelap pada kulit.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Akan Kenakan Pajak Pencemaran Lingkungan, Begini Bunyi Pasal 206 PP Nomor 22 Tahun 2021

18 Agustus 2023

Pemerintah Akan Kenakan Pajak Pencemaran Lingkungan, Begini Bunyi Pasal 206 PP Nomor 22 Tahun 2021

Pemerintah berencana kenakan pajak pencemaran lingkungan. Hal ini tertuang dalam Pasal 206 Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2021. Begini bunyinya.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik 27 Juli Diperingati Sebagai Hari Sungai Nasional

27 Juli 2023

Kilas Balik 27 Juli Diperingati Sebagai Hari Sungai Nasional

Hari Sungai Nasional merupakan bentuk apresiasi dan dorongan untuk meningkatkan kesadaran pentingnya menjaga kebersihan dan kelestarian sungai.

Baca Selengkapnya