TEMPO.CO, Surabaya - Peneliti Dosen Fakultas Pertanian Universitas Dr. Soetomo Surabaya, Fadjar Kurnia Hartati, menemukan 13 merek kerupuk nonprotein yang beredar di semua pasar tradisional di Kota Surabaya terindikasi mengandung bahan asam boraks. Fadjar mengatakan, hasil riset ini membuktikan lauk kerupuk yang harganya relatif murah dan terjangkau kalangan menengah ke bawah itu tidak aman dikonsumsi.
Menurut dia, asam boraks yang terkandung dalam kerupuk bisa memicu berbagai penyakit, seperti liver, gagal ginjal, gangguan sistem syaraf, kerja otak terganggu, dan disfungsi ereksi. "13 merek kerupuk terbukti valid mengandung boraks," kata Fadjar tanpa menyebut nama mereknya saat konferensi pers di Universitas Dr. Soetomo, Jumat, 4 Oktober 2013.
Fadjar dan anggota tim lain, Arlin Besari, sengaja meneliti kerupuk dari kelompok nonprotein. Sebab, harga kerupuk nonprotein lebih murah dan terjangkau oleh masyarakat bawah. Cara membuatnya pun hanya menggunakan tepung tapioka ditambah penyedap rasa, tanpa menggunakan kandungan protein yang terdapat dalam daging.
Sebelum menyatakan kerupuk mengandung borak, ia sudah memastikan 13 merek tadi dijual di semua pasar tradisional di Kota Surabaya. Apabila ada satu merek yang tidak dijual di pasaran, Fadjar tidak mengambilnya sebagai sampel penelitian.
Rektor Universitas Dr. Soetomo, Bachrul Amiq, menyambut positif temuan riset dari beberapa dosen di Unitomo. Menurut Bachrul, hasil riset ini sangat bermanfaat bagi masyarakat dan harus menjadi masukan untuk pemerintah agar mengawasi industri kerupuk.
DIANANTA P. SUMEDI
Berita terkait
Badan POM Beri Izin Kalbe Farma Edarkan Obat Anemia Efepoetin Alfa
26 Oktober 2023
Studi ini juga dilakukan di Eropa dan Asia untuk mendukung perluasan izin edar obat bagi pasien cuci darah dan non-dialisis.
Baca SelengkapnyaTemuan Zat Pemicu Kanker, YLKI Minta BPOM Periksa Kandungan Indomie
26 April 2023
YLKI berharap BPOM dapat memastikan apakah mi instan yang dijual di Taiwan juga beredar di Indonesia dan mengandung cemaran etilen oksida.
Baca SelengkapnyaBPOM dan Kominfo Pantau Penjualan Online Obat yang Mengandung EG dan DEG
23 Oktober 2022
BPOM menyatakan selalu melakukan patroli siber karena maraknya penjualan produk obat yang tidak aman.
Baca SelengkapnyaBPOM Catat 133 Obat Sirup Tidak Mengandung EG dan DEG, Aman Sepanjang Sesuai Aturan
23 Oktober 2022
BPOM menduga cemaran Etilen Glikol dan Dietilen Glikol berasal dari empat bahan tambahan yang digunakan dalam obat sirup.
Baca SelengkapnyaBio Farma Targetkan Vaksin Indovac Lolos Izin BPOM September 2022
22 Agustus 2022
Bio Farma menargetkan vaksin Indovac memperoleh izin penggunaan darurat dari Badan POM pada awal September 2022.
Baca SelengkapnyaPesan IDI dan BPOM dalam Memilih Kemasan Plastik Makanan
12 Agustus 2022
Masyarakat diminta memperhatikan label pada kemasan plastik makanan dan minuman sebagai investasi kesehatan untuk jangka panjang.
Baca SelengkapnyaTepis Isu MS Glow Produk Abal-Abal dan Repacking, Kosme: Tidak Benar
27 Maret 2022
Produk perawatan kulit MS Glow milik Crazy Rich Malang Gilang Widya Permana dan Shandy Purnamasari belakangan ini ramai dipertanyakan keasliannya.
Baca SelengkapnyaBadan POM Perketat Pengawasan Produk Kosmetik dan Jamu Tak Berstandar Mutu
16 Maret 2022
Badan POM berupaya menekan peredaran produk kosmetik dan jamu yang diproduksi tidak sesuai standar mutu dan keamanan.
Baca SelengkapnyaVaksin Booster Sinopharm Tersedia di 350 Klinik Kimia Farma
16 Februari 2022
Sebanyak 350 klinik Kimia Farma yang tersebar di seluruh Indonesia siap melaksanakan vaksinasi lanjutan atau booster dengan vaksin Sinopharm,
Baca SelengkapnyaSimak, Ini Efikasi dan Keamanan Vaksin Pfizer di Indonesia
28 Agustus 2021
Vaksin Pfizer yang telah diterbitkan oleh BPOM RI terbukti efektif dan aman digunakan.
Baca Selengkapnya