TEMPO.CO, Jambi--Senin pekan lalu, sekitar pukul 07.00 WIB, Dodi, salah seorang warga Suku Anak dalam (SAD) berkeinginan untuk berburuh babi hutan. Namun sial, pagi itu Dodi malah bertemu sama seekor Harimau Sumatera (Pantera Tigris Sumatrae) yang akan bersiap-siap menerkamnya.
Badan Dodi gemetaran saking takutnya. Dodi lalu menarik pelatuk senjata api rakitan (kecepek) yang ada di tangannya. Si raja hutan pun langsung terjengkang, setelah timah panas mengenai bagian kepalanya. "Perasaan saya bercampur aduk ketika itu. Saya melihat harimau sudah roboh saya memberanikan diri untuk mendekat dan setelah yakin sudah mati lalu saya bawa ke pondok dan mengajak warga SAD lainnya mengulitinya, dagingnya kami bakar dan dimakan," kata Dodi.
Menurut Dodi, warga SAD sangat menghindari bertemu dengan harimau apalagi ingin membunuhnya. "Kami terpaksa memakan daging harimau, karena hari itu upaya berburu babi hutan tidak berhasil. Daripada tidak ada yang dimakan, terpaksa daging harimau itulah kami makan," ujarnya.
Dodi juga menceritakan, rasa daging harimau tidak beda dengan daging rusa, cuma setelah beberapa saat badan terasa panas. Tindakan Dodi diketahui warga lain yang sempat melintas di kawasan di Desa Pulau Bayur, Kecamatan Pamenang Selatan, Merangin, Jambi, lalu dilaporkan kepada pihak aparat kepolisian setempat. Dari informasi itulah, maka aparat kepolisian Resor Merangin, melaporkan kejadian tersebut kepada pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jambi.
Empat hari kemudian, Jumat, 13 September 2013, tim BKSDA di dampingi beberapa orang personil kepolisian dan TNI mencari tahu dan langsung menuju lokasi keberadaan Dodi dan sejumlah warga SAD lainnya. Saat itu petugas menemukan kulit harimau yang sedang dijemur tidak jauh dari pondok SAD tersebut.
Para petugas, kata salah seorang petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jambi, Sahron, menyatakan, jika pihaknya sempat melakukan negosiasi kepada warga SAD untuk meminta kulit dan tulang belulang harimau malang tersebut. Namun ditolak, karena Dodi dan rekan-rekan meminta tebusan sebesar Rp 150 ribu. "Kami sudah berupaya untuk mengambil kulit dan tulang belulang harimau tersebut yang masih tersisa, namun ditolak warga SAD," ujarnya.
Tim hanya membawa pulang tulang Harimau yang sudah terpisah dengan dagingnya itu. Tulang-tulang itu dimasukan dalam dalam karung. "Kita mengalami hambatan untuk menjerat pelaku, karena disamping terjadi perlawanan dari kelompok pelaku juga akibat para pelaku sendiri mengaku tidak tahu tentang undang-undang pelarangan membunuh binatang liar dan dilindungi tersebut," kata Sahron.
Padahal, dikatakan Sahron, dalam upaya melakukan pengusutan kasus ini pihaknya sudah dibantu aparat kepolisian dan TNI setempat. "Kita sudah dibantu aparat dari kepolisian dan TNI, tapi itu tadi memang sulit untuk memproses lebih lanjut, karena pelaku warga Suku Anak Dalam diajak berkomunikasi saja susah, kita tidak mengerti bahasa mereka," ujarnya.
Menurut Sahron, pihaknya pada awalnya mengetahui adanya pembantaian harimau dari laporan masyarakat. Bermodal laporan itu, pihak BKSDA bersama aparat penegak hukum lainnya langsung turun ke lokasi kejadian dan menemukan jika sekelompok warga Suku Anak Dalam sedang memasak dan memakan daging harimau yang telah mereka bunuh.
"Disana kita melihat langsung para warga Suku Anak Dalam sedang memakan daging harimau dan kulitnya ditemui dekat lokasi sedang dijemur para pelaku," katanya.
Para pelaku mengaku membunuh harimau dengan cara ditembak menggunakan senapan api rakitan (kecepek). "Harimau Sumatera yang ditembak itu berjenis kelamin jantan dengan ukuran panjang sekitar 1,5 meter dan berat 80 kilogram, berusia sekitar 6 tahun," ujar Sahron.
Warga suku anak dalam bahkan mengancam, bila aparat berwenang ingin merampas barang bukti berupa kulit dan tulang belulang, harus ditebus seharga Rp150 juta. Jika tidak para pelaku akan melakukan perlawanan.
Kasus serupa untuk kedua kalinya kurun waktu dua bulan terakhir, yakni 19 Agustus lalu, dua ekor singa dan sekor Harimau Sumatera diracun dan mati di Kebun Binatang Taman Rimbo Kota Jambi.
SYAIPUL BAKHORI
Terhangat:
Tabrakan Anak Ahmad Dhani | Info Haji | Penembakan Polisi
Baca juga:
Lima Tweet yang Mengguncang Dunia
Enam Jenis Ikan yang Sebaiknya Dihindari
Ini Hasil Lengkap Pertandingan Liga Champions
Ahok Tak Takut Ditinggal Jokowi Jadi Presiden
Berita terkait
Wanita India Bergulat Lawan Harimau Pakai Tongkat Lalu Berselfie
6 April 2018
Seorang wanita India bertarung melawan Harimau dengan bersenjatakan tongkat, selamat lalu berselfie dengan luka di sekujur tubuh.
Baca SelengkapnyaAnak Harimau Sumatera yang Ditemukan di Bengkalis Akhirnya Mati
27 Mei 2017
Sehari setelah ditemukan pada 24 Mei lalu, anak Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae)akhirnya mati karena dehidrasi berat dan malnutrisi.
Baca SelengkapnyaKematian Harimau Sumatera Diselidiki, Kuburannya Digali Lagi
27 Mei 2017
Ditemukan bukti-bukti bagian tubuh harimau, seperti alat kelamin, kumis dan kulit diambil warga setelah dibunuh dengan tombak dan golok.
Baca SelengkapnyaCerita Warga Bengkalis Temukan Seekor Anak Harimau di Kebun Karet
27 Mei 2017
Anak harimau yang ditemukan lemah itu tidak sakit, hanya mengalami dehidrasi yang cukup berat dan terdapat luka di tubuhnya.
Baca SelengkapnyaHarimau Sumatera Masuk Kampung, Warga Panik, BBKSD: Numpang Lewat
24 Mei 2017
Harimau Sumatera yang masuk permukiman warga di Indragiri Hilir mulai menyerang ternak, bahkan mengejar warga yang melintas.
Baca SelengkapnyaHarimau 'Bertamu' di Tengah Permukiman, Warga Indragiri Hilir Resah
24 Mei 2017
Seekor harimau Sumatera (panthera tigris sumatrae) masuk ke tengah permukiman warga Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau.
Baca SelengkapnyaTiga Anak Harimau Sumatera Lahir di Taman Margasatwa Bukittinggi
3 Mei 2017
Salah satu Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) koleksi Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) Kota Bukittinggi,melahirkan tiga anak.
Baca SelengkapnyaKlinik untuk Harimau Sumatera Dibangun di Bengkulu
31 Maret 2017
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu-Lampung memulai proses pembangunan klinik harimau Sumatera (Phantera tigris sumatra).
Baca SelengkapnyaPopulasi Harimau Indonesia Terkikis 70 Persen dalam 25 Tahun
31 Juli 2016
Saat ini populasi harimau di Indonesia hanya 300-400 ekor.
Baca SelengkapnyaKonflik Harimau dengan Warga Sumatera Barat Sering Terjadi
12 Juni 2016
Sejak awal 2016, setidaknya terjadi tiga kasus konflik karena harimau memakan tumbuhan di ladang, juga memangsa sapi warga.
Baca Selengkapnya