TEMPO.CO, Kupang -- Sebanyak lima dari 12 nelayan Kampung Lamalera, Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis, 15 Agustus 2013 malam terbawa ikan paus saat menikamnya di perairan tersebut. Hingga pagi ini, lima nelayan masih dinyatakan hilang.
"Perahu itu mengangkut 12 nelayan dan terbawa ikan paus hingga ke perairan Alor," kata Mikhael Radjamuda Bataona, warga Lamalera yang dihubungi Tempo, Jumat, 16 Agustus 2013.
Perahu nelayan Lamalera itu, menurut dia, melihat hilarwel (paus pembunuh) yang terkenal ganas melintas di perairan Lamalera. Empat perahu nelayan mengejar ikan paus tersebut hingga ke tengah laut. Namun, tiga perahu lain memilih untuk kembali karena sudah berada di laut lepas.
Satu perahu bernama Gerobaulolo terus mengejar paus tersebut dan sempat menikam paus tersebut. Setelah menikam, paus tersebut membawa perahu mereka ke dasar laut sehingga para nelayan melompat menyelamatkan diri dengan melompat ke laut.
Posisi mereka waktu melompat berada di laut lepas menuju ke perairan Kabupaten Alor atau arah timur Lamalera. "Mereka sempat menunggu perahunya keluar dari dasar laut, tetapi perahu muncul sangat jauh sehingga tidak terjangkau," katanya.
Para nelayan itu pun berupaya dengan menyelamatkan diri dengan cara berenang ke daratan Kecamatan Atadei, Kabupaten Lembata. Tujuh orang berhasil selamat setelah terdampar di Atadei, sedangkan lima nelayan lainnya masih dalam pencarian. "Sampai dinihari tadi, lima nelayan masih dicari," katanya.
Warga Lamalera terkenal dengan budayanya mengejar ikan paus yang secara turun-temurun terus dipertahankan. Sebelum mengejar ikan paus pada 1 Mei setiap tahun akan digelar ritual adat.
Pantau Pemanfaatan Kuota BBL, KKP Manfaatkan Sistem Canggih
12 hari lalu
Pantau Pemanfaatan Kuota BBL, KKP Manfaatkan Sistem Canggih
Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik yang memuat hulu-hilir pengelolaan pemanfaatan BBL.