Anggota tim Densus 88 melakukan penggerebekan dan penangkapan teroris di salah satu rumah kontrakan di Kampung Batu Rengat, Bandung, Rabu (8/5). Tim Densus 88 bersama tim gabungan lainnya menggerebek sebuah kontrakan yang di dalamnya terdapat empat teroris yang juga menyandera dua anak. ANTARA/Fahrul Jayadiputra
TEMPO.CO, Semarang - Pengamat terorisme dari Yayasan Prasasti Perdamaian, Noor Huda Ismail memperkirakan, dalam waktu dekat, Detasemen Khusus 88 Antiteror akan melakukan serangkaian penangkapan lain segera setelah seorang terduga teroris, Muh Saiful Sabani alias Ipul, dicokok polisi pada Jumat, 9 Agustus 2013 pukul 22.45 WIB di Malioboro, Yogyakarta.
Keyakinan Huda didasarkan pada karakteristik anggota kelompok Sigit Indrajit di mana Ipul bergabung di dalamnya. Dalam analisanya, kelompok Sigit merupakan kelompok yang memaknai jihad di Indonesia secara lebih radikal dan progresif dibandingkan Jamaah Islamiyah (JI) ataupun Jama'ah Ansharut Tauhid (JAT). "Namun, militansinya kurang teruji," kata Huda kepada Tempo, Minggu 11 Agustus 2013.
Kelompok Sigit, merupakan kelompok yang terlibat rencana peledakan kedutaan Myanmar. Jaringan ini beranggotakan 30 orang lebih yang menggunakan facebook sebagai media komunikasi. Dari 30 lebih anggotanya, polisi baru menangkap 10 orang.
Kurangnya militansi anggota jaringan ini menyebabkan polisi mudah menangkap anggota jaringan yang lain. "Saya yakin, penangkapan Ipul segera diikuti penangkapan lainnya," ujarnya. "Ipul akan mudah dipaksa menyanyi".
Huda mencontohkan, saat Densus 88 menangkap salah satu anggota kelompok Sigit yang bernama William Maksum alias Acum di daerah Soreang, Bandung, pada 9 Mei 2013 lalu, dalam waktu 24 jam berikutnya polisi berhasil menangkap beberapa anggota jaringan yang lain di beberapa daerah, berdasarkan keterangan dari Maksum.
