SBY Disadap di London, BIN Jamin Tak Balas di APEC  

Senin, 29 Juli 2013 16:41 WIB

Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Letjen TNI Marciano Norman. TEMPO/Dwianto Wibowo

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Intelijen Nasional Marciano Norman mengaku lembaganya tidak akan melakukan penyadapan terhadap semua pemimpin negara dan delegasi yang hadir dalam pertemuan tingkat tinggi Asia Pasific Economic Cooperation (APEC) pada Desember 2013 di Bali. BIN menghormati dan menjamin keamanan informasi dan komunikasi selama pertemuan kepada para negara tamu.

"Kami memberi jaminan insiden penyadapan di Konferensi Tingkat Tinggi G20 pada 2009 di London tidak akan terjadi di Indonesia," kata Marciano Norman saat ditemui di kantor Presiden, Senin, 29 Juli 2013.

Sesuai dengan tata hubungan internasional, menurut dia, setiap pemimpin dan delegasi negara harus mendapatkan jaminan keamanan dalam kunjungan ke negara lain. Keamanan tidak hanya meliputi kegiatan, tetapi juga pemberitaan dan informasi.

Berkaitan dengan penyadapan SBY di London, BIN sendiri mengklaim sedang melakukan evaluasi terhadap tingkat keamanan informasi. BIN berupaya terus meningkatkan kemampuan dan teknologi mereka agar dapat mengimbangi perkembangan teknik penyadapan negara-negara tetangga.

"Kalau tidak dilakukan, kita dengan mudah akan mengalami kebocoran informasi," kata dia. Peningkatan kemampuan dan keamanan ini, menurut Marciano, dilakukan dengan kerja sama dan pengembangan bersama kementerian terkait, seperti Kementerian Komunikasi dan Informatika. "Saya rasa kita memang harus meningkatkan kembali," kata Marciano.

SBY dan delegasi Indonesia dikabarkan menjadi korban penyadapan intelijen Inggris saat KTT G20 di London. Data tersebut kemudian tersebar dan dimanfaatkan pemerintah Australia untuk kepentingan politik, terutama dalam proses pencalonan Australia menjadi anggota Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Pemerintah mengetahui informasi penyadapan terhadap Presiden melalui dua media Australia, yaitu The Age dan The Sydney Morning Herald yang berada di bawah Fairfax Media. Dalam pemberitaan media itu, dikabarkan pemerintah Australia mengambil keuntungan terhadap hasil penyadapan Indonesia oleh agen intelijen Inggris. Ketika itu, Perdana Menteri Australia Kevin Rudd memperoleh hasil penyadapan atas SBY, Perdana Menteri India Manmohan Singh, dan Presiden Cina (waktu itu) Hu Jintao.

FRANSISCO ROSARIANS

Topik Terpanas:
Anggita Sari
| Bisnis Yusuf Mansur | Kursi Panas Kapolri | Hormon Daging Impor | Bursa Capres 2014

Berita Terpopuler:

7 Pengacara Bermasalah versi ICW

Suap MA, KPK Bidik Pelaku Selain Mario dan Djodi

Rachell Dougall, Teman Ratu Narkoba Kerobokan?

Pengacara Mario: KPK Jangan Umbar Wacana

ICW: Pengadilan Tipikor Siaga Satu

Berita terkait

Waka BIN Apresiasi Generasi Muda Hindu dalam Acara Dharma Santi Nasional

3 hari lalu

Waka BIN Apresiasi Generasi Muda Hindu dalam Acara Dharma Santi Nasional

Wakil Ketua Badan Itelijen Negara (BIN) I Nyoman Cantiasa mengapresiasi acara puncak Dharma Santi Nasional Hari Suci Nyepi Saka 1946.

Baca Selengkapnya

Marak Korban dan Modus Baru: Layanan Pinjol Ilegal Bisa Dihukum 10 Tahun Penjara dan Denda Rp 1 Triliun

5 hari lalu

Marak Korban dan Modus Baru: Layanan Pinjol Ilegal Bisa Dihukum 10 Tahun Penjara dan Denda Rp 1 Triliun

Selain 537 entitas pinjol ilegal, Satgas PASTI juga menemukan 48 konten penawaran pinjaman pribadi dan 17 entitas yang menawarkan investasi.

Baca Selengkapnya

TPNPB-OPM Menyatakan Bertanggung Jawab Atas Pembunuhan Seorang Intel BIN

24 hari lalu

TPNPB-OPM Menyatakan Bertanggung Jawab Atas Pembunuhan Seorang Intel BIN

Juru bicara TPNPB OPM Sebby Sambom, menyatakan pihaknya bertanggung jawab atas pembunuhan seorang intel BIN.

Baca Selengkapnya

Respons Yusril Soal Anggota Timnya Minta MK Panggil Kepala BIN

26 hari lalu

Respons Yusril Soal Anggota Timnya Minta MK Panggil Kepala BIN

Yusril mengatakan, anggotanya yang meminta agar MK memanggil Kepala BIN Budi Gunawan di sidang sengketa Pilpres 2024 adalah tindakan spontan.

Baca Selengkapnya

Diperiksa Komnas HAM soal Kematian Munir, Usman Hamid Berharap Dalang Pembunuhan Segera Diungkap

44 hari lalu

Diperiksa Komnas HAM soal Kematian Munir, Usman Hamid Berharap Dalang Pembunuhan Segera Diungkap

Menurut Usman Hamid, hasil penyelidikan tim pencari fakta sudah lengkap sehingga ia berharap Komnas HAM segera mengumumkan dalang pembunuhan Munir.

Baca Selengkapnya

Gara-gara Percakapan Telepon Bocor, Jerman dan Rusia Saling Tuduh

54 hari lalu

Gara-gara Percakapan Telepon Bocor, Jerman dan Rusia Saling Tuduh

Ini adalah kedua kalinya dalam seminggu terakhir Moskow mengecam apa yang mereka lihat sebagai bukti niat Barat untuk menyerang Rusia secara langsung.

Baca Selengkapnya

Rusia Panggil Duta Besar Jerman Soal Rencana Bantuan Militer ke Ukraina

55 hari lalu

Rusia Panggil Duta Besar Jerman Soal Rencana Bantuan Militer ke Ukraina

Kemlu Rusia memanggil Dubes Jerman untuk Moskow Alexander Graf Lambsdorff menyusul publikasi kebocoran penyadapan percakapan rahasia militer Jerman

Baca Selengkapnya

Selain ASN, TNI, dan Polri, Jokowi Juga Minta BIN Netral di Pemilu 2024

7 Februari 2024

Selain ASN, TNI, dan Polri, Jokowi Juga Minta BIN Netral di Pemilu 2024

Pernyataan Jokowi itu muncul setelah kritik yang disampaikan oleh Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Sukarnoputri soal netralitas TNI-Polri.

Baca Selengkapnya

Mantan Kabinda Papua Barat dan Eks Kepala BPN Sorong Jadi Tersangka Pemalsuan Sertifikat Tanah

4 Februari 2024

Mantan Kabinda Papua Barat dan Eks Kepala BPN Sorong Jadi Tersangka Pemalsuan Sertifikat Tanah

Polisi juga menetapkan istri eks Kepala BPN Sorong sebagai tersangka dalam kasus pemalsuan sertifikat tanah. Satu terlapor lain adalah seorang caleg.

Baca Selengkapnya

PPATK Jabarkan Jumlah dan Instansi Ihwal Transaksi Janggal Dana Kampanye Pemilu 2024

10 Januari 2024

PPATK Jabarkan Jumlah dan Instansi Ihwal Transaksi Janggal Dana Kampanye Pemilu 2024

PPATK sudah mengirimkan hasil analisisnya itu ke KPK, Bawaslu, BIN, Polri, dan OJK.

Baca Selengkapnya