DPRD Solo Panggil Dua Kubu Keraton yang Bertikai

Reporter

Editor

Rabu, 8 September 2004 16:46 WIB

TEMPO Interaktif, Solo: Konflik perebutan tahta di Keraton Surakarta Hadiningrat juga memunculkan keprihatinan di kalangan anggota DPRD Solo. Hingga anggota dewan memutuskan mengundang dua kubu berseteru itu, Rabu (8/9). Namun, undangan itu hanya dihadiri pihak KGPH Tedjowulan, sedangan dari kubu KGPH Hangabehi tidak hadir dengan alasan masih sibuk mempersiapkan acara jumenengan KGPH Hangabehi sebagai Raja Surakarta. Pihak KGPH Tedjowulan diwakili GPH Dipokusumo yang menjabat Pengageng Parentah Keraton dan GK Ratu Alit (Pengageng Kaputren). Selain diikuti hampir seluruh anggota DPRD Solo, acara dialog dengan trah Kerajaan Mataram itu juga diikuti Muspida plus seperti Kapolres Solo AKBP Lutfi Lubihanto, Dandim Surakarta Letkol Infantri Efendi, Wakapolwil Surakarta AKBP Endang Sujana. Sedangkan Walikota Solo diwakili Asisten I Sekda Bambang Haryono. Faried Badres dan Alqaf Hudaya selaku pimpinan dewan sementara, menjelaskan diundangnya kedua kubu adalah untuk didengarkan penjelasan mereka masing-masing soal duduk perkara munculnya konflik tersebut. Dengan mempertemukan mereka dalam satu forum, DPRD berharap setidaknya bisa memediasi terjadinya rekonsiliasi. Diakui Faried, gonjang-ganjing di keraton akan berpengaruh terhadap masyarakat khususnya di Surakarta. "Bagi masyarakat Jawa keraton masih dijadikan panutan karena itu jangan sampai konflik di keraton berpengaruh terhadap kondusifitas masyarakat Solo," tandas Faried. Dalam forum tersebut anggota dewan mempertanyakan permasalahan konflik perebutan tahta di kalangan putra-putri mendiang Sinuhun Pakoe Boewono XII. GPH Dipokusumo yang mendapat beragam pertanyaan mencoba menjelaskan duduk persoalannya hingga muncul dua penobatan raja. Dipokusumo memaparkan soal munculnya testamen dari Sinuhun PB XII yang dibubuhi cap jempol Sinuhun yang menjadi awal terjadi kemelut internal keraton. Sekelompok putra-putri Sinuhun mengklaim testamen itu berisi penunjukkan KGPH Hangabehi sebagai pengganti Raja Surakarta."Namun tidak sedikit putra-putri Sinuhun yang lain yang meragukannya. Termasuk juga adalah munculnya nama Gusti Behi (KGPH Hangabehi) belum sepenuhnya diterima semua kalangan putra-putri Sinuhun yang lain maupun kerabat lain, sehingga ini perlu dimusyawarahkan," ungkap Dipokusumo. Dipokusumo juga menceritakan prosedur dan mekanisme menjadi Raja Keraton Surakarta yang harus melalui sembilan elemen yang ada. Namun karena pihak KGPH Hangabehi berkukuh dan tidak bersedia berunding akhirnya pihak pengageng memunculkan calon raja lainnya. Dalam kesempatan itu, anggota DPRD meminta kedua kubu yang bertikai berusaha keras duduk bersama lagi guna menyelesaikan masalah di keraton. "Kami selaku wakil rakyat Solo terus terang prihatin. Namun terus terang kami tidak bisa turut campur menyelesaikan. Yang kami bisa hanyalah berharap agar semua kubu mau menyelesaikan secara kekeluargaan," papar Alqaf. Anggota dewan berharap konflik internal itu jangan sampai merembet kepada pertentangan fisik di kalangan para pendukungnya. "Kami menyadari kedua belah pihak kan punya pendukung masing-masing. Jangan sampai ini menajam dan memunculkan kericuhan," papar Faried. DPRD Solo juga meminta kepada jajaran pemerintah dan aparat penegak hukum terutama aparat keamanan untuk bersikap netral dalam menyikapi masalah perebutan tahta ini. "Baik Pemkot maupun kepolisian kami minta mengayomi dan melayani semua pihak dan jangan berpihak kepada salah satu. Konflik itu agar diselesaikan oleh keluarga besar keraton sendiri," tambah Alqaf Hudaya dari PAN yang juga menjadi pimpinan sementara DPRD. Muncul usulan dari sejumlah anggota DPRD agar Walikota Solo Slamet Suryanto mengeluarkan edaran yang ditujukan kepada elemen-elemen masyarakat agar tidak terlibat dalam pertikaian di keraton tersebut. Dalam kesempatan itu, GPH Dipokusumo dan GK Ratu Alit juga meminta jaminan keselamatan kepada aparat kepolisian jika sewaktu-waktu mereka pulang ke keraton. "Kami hanya khawatir dengan keselamatan kami," ungkap Dipokusumo yang belum tinggal kembali di keraton semenjak penobatan KGPH Tedjowulan sebagai pengganti PB XII 31 Agustus lalu. Anas Syahirul - Tempo News Room

Berita terkait

Kisah Pencak Silat Merpati Putih, Bela Diri Keluarga Keraton yang Dibuka ke Masyarakat Umum

25 hari lalu

Kisah Pencak Silat Merpati Putih, Bela Diri Keluarga Keraton yang Dibuka ke Masyarakat Umum

Sejumlah teknik dan jurus pencak silat awalnya eksklusif dan hanya dipelajari keluarga bangsawan. Namun telah berubah dan lebih inklusif.

Baca Selengkapnya

Nyepi Di Candi Prambanan, Polisi Berkuda Patroli dan Tiga Akses Masuk Dijaga Bregada

47 hari lalu

Nyepi Di Candi Prambanan, Polisi Berkuda Patroli dan Tiga Akses Masuk Dijaga Bregada

Kawasan Candi Prambanan Yogyakarta tampak ditutup dari kunjungan wisata pada perayaan Hari Raya Nyepi 1946, Senin 11 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Sultan HB X Beri Pesan Untuk Capres Pasca-Coblosan: Semua Perbedaan dan Gesekan Juga Harus Selesai

14 Februari 2024

Sultan HB X Beri Pesan Untuk Capres Pasca-Coblosan: Semua Perbedaan dan Gesekan Juga Harus Selesai

Sultan HB X seusai mencoblos hari ini memberikan pesan agar usai Pemilu, semua permasalahan, perbedaan antarcapres selesai.

Baca Selengkapnya

Tahun Ini Usia Cirebon Lebih Muda, Apa Sebabnya?

9 Januari 2024

Tahun Ini Usia Cirebon Lebih Muda, Apa Sebabnya?

Melalui hasil rapat panitia khusus disepakati ulang tahun Cirebon jatuh pada 1 Muharram 849 Hijriah

Baca Selengkapnya

3 Keraton di Cirebon Ini, Masukkan dalam Daftar Kunjungan Wisata Sejarah

2 November 2023

3 Keraton di Cirebon Ini, Masukkan dalam Daftar Kunjungan Wisata Sejarah

Cirebon punya berbagai destinasi wisata sejarah yang patut dikunjungi, di antaranya 3 Keraton, yakni Keraton Kasepuhan Cirebon, Kanoman, Kacirebonan.

Baca Selengkapnya

Keraton-Keraton di Indonesia Potensial Jadi Bagian dari Wellness Tourism

20 September 2023

Keraton-Keraton di Indonesia Potensial Jadi Bagian dari Wellness Tourism

Tanri Abeng menggelar talkshow yang membahas tentang wellness tourism dikaitkan dengan keberadaan 56 keraton di Indonesia.

Baca Selengkapnya

UNESCO Tetapkan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai Warisan Dunia, Panggung-Kraton-Tugu

19 September 2023

UNESCO Tetapkan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai Warisan Dunia, Panggung-Kraton-Tugu

UNESCO menetapkan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai warisan dunia dari Indonesia pada Sidang ke-45 Komite Warisan Dunia atau World Heritage.

Baca Selengkapnya

Destinasi Wisata 3 Keraton di Cirebon: Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan

29 April 2023

Destinasi Wisata 3 Keraton di Cirebon: Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan

Di Cirebon, terdapat 3 keraton yang memiliki sejarah yang unik, yakni Keraton Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan. Ini destinasi wisata di Cirebon.

Baca Selengkapnya

Catatan Peristiwa Memanas Keraton Surakarta dalam Kaleidoskop 2022

28 Desember 2022

Catatan Peristiwa Memanas Keraton Surakarta dalam Kaleidoskop 2022

Peristiwa konflik internal Keraton Surakarta yang memanas mewarnai pemberitaan media massa menjelang akhir tahun 2022

Baca Selengkapnya

Tiga Penjual Batik di Yogyakarta

15 Oktober 2022

Tiga Penjual Batik di Yogyakarta

Jika Anda ingin mencari kain batik dengan corak gaya modern, maka sangat direkomendasikan untuk pergi berbelanja di Batik Rumah Suryowijayan.

Baca Selengkapnya