TEMPO.CO, Bandung -Greenpeace menandai saluran limbah pembuangan industri tak bertuan di aliran sungai Cihaur anak Sungai Citarum di Desa Cipeudeuy, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat dengan sebuah plang bertuliskan "Perhatian. Limbah Berbahaya Keluar Dari Sini!!!", Selasa, 11 Desember 2012.
Dari lokasi saluran limbah yang berdekatan dengan sawah tersebut, aktivis
Greenpeace menemukan bahan kimia logam berat berbahaya Kromium Heksavalen (Cr6+) dan Merkuri (Hg) yang bisa menyebabkan kanker. Serta senyawa kimia organik lainnya seperti Alkylphenol (BHT), Diethyl Phthalate (DEP), dan Dibutyl Phthalate (DBP) yang bisa menganggu kerja endokrin serta menganggu sistem reproduksi.
"Bahan kimia logam berat itu sifatnya tidak bisa diurai. Jika terus dilepas
ke lingkungan akan terakumulasi di jaringan makhluk hidup melalui rantai
makanan dan dapat menganggu kesehatan," kata Ahmad Ashov Birry, Juru Kampanye Air Bebas Racun Greenpeace Indonesia pada Tempo.
Menurut Ashov, adanya senyawa kimia di suatu lingkungan juga berdampak pada penurunan produktivitas pertanian masyarakat mencapai 1 - 1,5 ton per hektare per musim panen.
Sebelumnya, para aktivis telah menandai temuan saluran air limbah beracun pabrik tekstil di pinggiran Sungai Citarum, Desa Sukamaju, Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu, 5 Desember 2012.
Ashov mengatakan, penandaan yang dilakukan aktivis Greenpeace merupakan rangkaian penelitian dan pengambilan sampling air sejak bulan Juni - Oktober 2012 di sepuluh area industri yang tersebar dari hulu-hilir Sungai Citarum. Lokasi tersebut diantaranya, Majalaya, Rancaekek, Dayeuhkolot, Leuwigajah, Batujajar, Padalarang, Purwakarta, Karawang, dan Bekasi.
Sampel diuji ke Laboratorium Institute of Ecology Universitas Padjajaran Bandung dan Laboratorium Afiliasi Kimia Universitas Indonesia. "Dari sampel air di sepuluh titik, semuanya terindikasi bahan kimia berbahaya
yang berasal dari industri tekstil," katanya.
Greenpeace, kata Ashov, menghimbau pemerintah dan industri untuk segera berkomitmen menghentikan pembuangan limbah berbahaya ke Sungai Citarum.
Kepala Bidang Pengendalian dan Pencemaran Lingkungan Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jawa Barat, Suharsono, mengatakan kondisi Citarum sejak tahun 1999 hingga sekarang memang semakin tercemar. "Tekanan idustri dan penduduk mengakibatkan limbah industri dan domestik dari warga kian meningkat dan mencemari Citarum," kata Suharsono ketika dihubungi Tempo.
Menurut Suharsono, pembuangan limbah cair pada industri harus diawasi oleh pemerintah kabupaten dan kota. "Dinas perikanan, peternakan, kehutanan dan masyarakat juga harus bersinergi untuk memperkecil pembuangan limbah ke sungai," katanya.
RISANTI
Berita terkait
Undip dan Brin Kembangkan Pendeteksi Logam Berat dalam Limbah Industri
26 Oktober 2023
BRIN dan Universitas Diponegoro (Undip) menjalin kolaborasi riset untuk pengembangan metode alternatif pendeteksi logam di limbah industri.
Baca SelengkapnyaCerita Warga Bekasi Kena Penyakit Kulit karena Air PAM, Sempat Dikira Sebab Udara Kotor
19 September 2023
Menurut pelanggan Perumda Tirta Patriot itu, banyak warga Bekasi yang juga mengalami penyakit kulit karena air PAM, selain dirinya.
Baca SelengkapnyaKali Bekasi Tercemar Limbah Industri Hitam dan Bau, Suplai Air PAM 40 Ribu Pelanggan Sudah 3 Hari Terhenti
15 September 2023
Akibat suplai air PAM terhenti 3 hari, warga Bekasi terpaksa beli air isi ulang dan tidak mandi untuk menghemat air.
Baca SelengkapnyaKali Bekasi Tercemar Limbah Industri, Suplai Air PAM Warga Terganggu
11 Agustus 2023
Perumda Tirta Patriot mengambil air Sungai Kalimalang sebagai penetral untuk dicampur dengan air baku Kali Bekasi.
Baca SelengkapnyaMengenal Limbah B3, Begini Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Limbah Elektronik dan Industri
30 November 2022
Limbah B3 dibagi menjadi limbah elektronik dan fashion. Hal ini menjadi permasalahan utama yang akan menyerang kondisi manusia dan lingkungan dalam keseharian.
Baca SelengkapnyaRatusan Ribu Ikan Bandeng Nelayan Semarang Mati, Diduga Tercemar Limbah Industri
6 Juli 2022
Warga menduga kematian ikan bandeng di keramba tersebut akibat limbah dari Kawasan Industri Lamicitra.
Baca SelengkapnyaGrup MIND ID Uji Coba Aplikasi Pengelola Limbah Tambang
31 Maret 2022
Aplikasi MASTERMINE diharapkan dapat menghasilkan nilai efisiensi 10-20 persen dari total biaya pengolahan air limbah tambang.
Baca SelengkapnyaMahasiswa Universitas Brawijaya Riset Bulu Ayam Penyerap Limbah Industri Tekstil
29 Juli 2021
Pengelolaan limbah cair tekstil pascaproduksi ditujukan untuk menghilangkan atau mereduksi kadar bahan pencemar sehingga limbah cair industri memenuh
Baca SelengkapnyaKLHK Ungkap Penyebab 59 Persen Sungai di Indonesia Tercemar Berat
28 Juli 2021
KLHK menuturkan 59 persen sungai di Indonesia masih dalam kondisi tercemar berat.
Baca SelengkapnyaDua Anggota Ormas Nyaris Bentrok di Tambun Bekasi
2 Juni 2021
Diduga, kedua ormas itu berselisih soal pengelolaan limbah industri otomotif di sana.
Baca Selengkapnya