TEMPO.CO, Jakarta - Dalam kunjungan kerja ke Spanyol dan Inggris pada 2-7 Desember 2012, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional dan Kepala Bappenas, Armida S. Alisjahbana, juga berkesempatan untuk mempelajari industri pertahanan Inggris pada 6 Desember 2012. Armida mengunjungi Departemen UK Trade and Investment (UKTI) di London dan Defense Science Technology Laboratory (DSTL) and Investment di Porton Down, dekat dengan Salisbury.
Dalam pertemuan dengan Defense Science Technology, Armida juga bertemu dengan Menteri untuk Peralatan, Penyokong, dan Teknologi Pertahanan dari Kementerian Pertahanan Inggris, Philip Dune, MP.
Menurut Armida, industri pertahanan Inggris memberi kesempatan bagi usaha kecil dan menengah (UKM) untuk terlibat dalam pembuatan produk-produk senjata dan alat pertahanan lainnya.
Selain itu, perusahaan-perusahaan di luar Inggris juga dapat terlibat dalam pembuatan produk, tentunya melalui proses pengadaan yang menunjukkan bahwa memang produk mereka adalah yang terbaik.
“Pemerintah Inggris sudah mulai mengurangi subsidinya kepada industri pertahanan Inggris. Nah, ini yang membedakan dengan Indonesia, di mana Indonesia baru membangun industri pertahanan sehingga bantuan dari pemerintah masih dibutuhkan," kata Armida kepada Tempo, sambil makan pagi dengan beberapa rombongan pejabat Kementerian PPN dan KBRI London, Jumat, 7 Desember, di Hotel Intercontinental Park Lane, London.
Saat ditanya oleh Tempo mengenai potensi kerja sama pertahanan dengan pemerintah Inggris terkait dengan kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Armida mengatakan bahwa potensi yang besar adalah di pembelian mesin pesawat.
“Walaupun saya bukan ahlinya, saya melihat potensi yang paling besar adalah mesin pesawat, misalnya dari perusahaan Rolls and Royce. Karena produsen mesin pesawat di dunia sangat sedikit saingannya, mungkin hanya Pratt & Whitney dari Amerika Serikat” kata Armida.
