Meirika Franola alias Ola di Pengadilan Negeri Tangerang dalam kasus narkoba, Tangerang, 11 Agustus Tahun 2000. DOK/TEMPO/Robin Ong
TEMPO.CO, Jakarta - Kisah dramatis adu tembak polisi dengan sindikat narkotik 12 tahun silam kembali muncul setelah Meirika Franola alias Ola mendapat grasi yang memicu polemik. Dari mulut Ola, polisi menggerebek kontrakkan di Cinere sehingga menewaskan lima orang, termasuk Tajudin alias Tony alias Mouza Sulaiman Domala, suami Ola.
Seperti dilansir majalah Tempo edisi 3 September 2000, Tony disinyalir merupakan anggota komplotan sindikat narkotik internasional. Tony juga diduga berperan sebagai koordinator bagi sebagian warga Nigeria yang menjadi pengedar narkotik di Indonesia. Toh, bukan perkara gampang untuk mengungkap jaringan narkotik Tony. Organisasinya rapi dan selalu lolos dari pengusutan petugas.
Baru pada 12 Januari 2000, petualangan Ola berakhir di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkerang. Aksi Ola dan dua sepupunya yang menyelundupkan serbuk putih dan bubuk kuning tercium petugas Kepolisian Daerah Metro Jaya. Sebelumnya, rantai hitam mereka terkuak setelah polisi meringkus pelaku narkotik di Cianjur. Pada hari yang sama, Tony, sang suami, bersama empat temannya tewas dalam baku tembak dengan polisi yang menyergap. Posisi Tony di rumah kontrakannya di kawasan Cipete, Jakarta Selatan, diketahui polisi dari keterangan Ola.
Bekas Kepala Direktorat Reserse Metro Jaya, Senior Superintenden Alex Bambang Riatmodjo, yang memimpin operasi penangkapan Ola dan sepupunya di Cengkareng, mengatakan, Ola terhitung pemain sandiwara yang andal. "Ola sangat profesional dalam menjalankan tugasnya. Dia pintar berbohong, berperilaku manis, dan lemah lembut," kata Alex Bambang.
Alex mengaku tak percaya bahwa keterlibatan Ola dalam perdagangan narkotik semata karena terpaksa. "Yang namanya terpaksa itu tidak akan keterusan," katanya. Bahkan, berdasarkan penyelidikan polisi, dunia hitam itu sudah digeluti Ola saat menjadi deejay, sebelum menikah dengan Tony. Belakangan, dugaan Alex dibenarkan pula oleh jaksa Mursidi dan hakim Asep.
