Kontras: Polisi Lalai Cegah Bentrokan Lampung Tengah
Editor
Bobby Chandra
Jumat, 9 November 2012 16:09 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan, Haris Azhar, menyoroti kinerja kepolisian terhadap bentrok antarwarga di Lampung Tengah. "Kerusuhan tersebut hanya ekses besar dan buruk dari gejala umum di masyarakat, yaitu tidak percaya pada polisi," kata Haris saat dihubungi Tempo, Jumat, 9 November 2012.
Menurut dia, polisi tidak menjalankan mekanisme penegakan hukum guna mencegah terjadinya bentrokan tersebut. Bentrokan di Lampung Tengah secara jelas menunjukkan masyarakat tidak percaya kepada aparat penegak hukum. "Yang dituduh mencuri sapi dihakimi massa, bukan diserahkan ke polisi," ujar Haris.
Gejala seperti ini, ucap Haris, sudah umum terjadi di mana-mana. "Yang dituduh maling, dihabisi," katanya. Namun, ia melanjutkan, kali ini keluarga atau warga satu kampung dari korban yang dituduh maling merasa bahwa tindakan penghakiman massa sudah kelewatan dan akhirnya mereka berbalik marah.
Bentrokan antarwarga terjadi di Kecamatan Bekri, Lampung Tengah. Bentrokan yang pecah pada Kamis, 8 November 2012, ini menyebabkan sejumlah rumah milik warga Desa Kusumadadi terbakar. Massa yang membakarnya diduga berasal dari Kampung Buyut, Kecamatan Gunung Sugih, Lampung Tengah.
Bentrokan itu dipicu oleh terbunuhnya seorang warga Buyut yang dicurigai sebagai pencuri sapi milik warga Kusumadadi. Sebenarnya, warga sudah menyerahkan kasus pembunuhan warga yang diduga mencuri sapi itu ke polisi, kemarin. "Kami sepakat sudah menyerahkan semuanya ke polisi, tapi mereka tetap saja menyerang," kata Mujiman, warga Bekri.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Lampung, Ajun Komisaris Besar Sulistyaningsih, mengatakan pihaknya berusaha melerai bentrokan agar tidak jatuh korban. Ratusan aparat keamanan sudah dikerahkan ke lokasi bentrokan. Mereka berulang kali mengeluarkan tembakan peringatan ke udara untuk menghalau warga Desa Buyut yang terus merangsek menyerang kampung yang dihuni transmigran asal Pulau Jawa itu.
PRIHANDOKO