GKR Hemas Luncurkan Biografi

Reporter

Editor

Grace gandhi

Kamis, 1 November 2012 06:05 WIB

TEMPO/Nickmatulhuda

TEMPO.CO , Yogyakarta: Peringatan hari ulang tahun ke-60 Gusti Kanjeng Ratu Hemas, Permaisuri Raja Keraton Yogyakarta, ditandai dengan peluncuran buku berjudul GKR Hemas: Ratu di Hati Rakyat di Hotel Aston, Yogyakarta, kemarin. Buku setebal 268 halaman itu dibuat tim penulis dan staf pribadi GKR Hemas, Faraz Umaya. Buku itu mengisahkan perjalanan Tatiek Drajad, nama kecil Hemas, sebelum dan setelah menikah dengan Sultan Hamengku Buwono X.

Buku itu menampilkan komentar dari orang luar keraton dan pandangan dari anak-anak Hemas. Hadir sebagai pembicara dalam peluncuran itu, di antaranya, rohaniwan Katolik Romo G. Budi Subanar, Sukardi Rinakit, yang juga menulis kata pengantar, dan budayawan Bakdi Sumanto.

Sultan, dalam buku itu, menggambarkan permaisurinya, yang berasal dari kalangan luar keraton, sempat mengalami keterkejutan budaya. Misalnya, Hemas sering tak menengok saat dipanggil “Kanjeng Ratu” karena lupa sudah menyandang gelar itu.

Adik kandung Sultan, GBPH Joyokusumo, menilai Hemas bukan pembaharu budaya di Keraton Yogyakarta tapi pendobrak. Contohnya, saat prosesi pernikahan putri bungsunya, Hemas menjemput sendiri besan dan menantu. Padahal, sesuai dengan aturan di keraton, yang seharusnya menjemput adalah orang semacam bupati atau wali kota.

Bakdi Sumanto menyayangkan buku itu, sebagai biografi, tak menampilkan wawancara langsung dengan Hemas. “Wawancara yang mendalam akan membuat buku ini lebih mengungkap bagaimana sepak terjang Hemas selama ini,” kata dia.

Sedangkan Budi Subanar menilai buku ini kurang mengupas sebab-akibat yang membuat Hemas menjadi figur seperti sekarang. “Mungkin disebutkan Hemas muda, di buku ini, adalah orang yang suka kebut-kebutan di jalan, tapi tikungan hidup penting yang dilalui Hemas tidak terungkap,” kata dia. Buku ini, ujar Subanar, tiba-tiba menampilkan kerindangan pohon tapi tak diketahui akarnya.

Menurut Faraz Umaya, wawancara tetap dilakukan. Tapi, katanya, Hemas cenderung pasif untuk menghindari sikap narsis. “Penyusunannya dengan model mewawancarai teman terdekatnya, kemudian diklarifikasi ke GKR Hemas,” kata dia. Saat buku diluncurkan, Hemas mengaku belum tahu isi buku itu.

PRIBADI WICAKSONO



Berita Terkait:
Soal Pengukuhan, Sultan Tunggu UU Keistimewaan

Pengukuhan Sultan Hamengku Buwono X Bakal Molor

Pengukuhan Sultan Yogya Dikhawatirkan Molor

Yogyakarta Menolak Keistimewaan Sekadar Cek Kosong

DPR Belum Pasti Loloskan Dana Keistimewaan Yogya

Berita terkait

Kisah Pencak Silat Merpati Putih, Bela Diri Keluarga Keraton yang Dibuka ke Masyarakat Umum

31 hari lalu

Kisah Pencak Silat Merpati Putih, Bela Diri Keluarga Keraton yang Dibuka ke Masyarakat Umum

Sejumlah teknik dan jurus pencak silat awalnya eksklusif dan hanya dipelajari keluarga bangsawan. Namun telah berubah dan lebih inklusif.

Baca Selengkapnya

Nyepi Di Candi Prambanan, Polisi Berkuda Patroli dan Tiga Akses Masuk Dijaga Bregada

53 hari lalu

Nyepi Di Candi Prambanan, Polisi Berkuda Patroli dan Tiga Akses Masuk Dijaga Bregada

Kawasan Candi Prambanan Yogyakarta tampak ditutup dari kunjungan wisata pada perayaan Hari Raya Nyepi 1946, Senin 11 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Sultan HB X Beri Pesan Untuk Capres Pasca-Coblosan: Semua Perbedaan dan Gesekan Juga Harus Selesai

14 Februari 2024

Sultan HB X Beri Pesan Untuk Capres Pasca-Coblosan: Semua Perbedaan dan Gesekan Juga Harus Selesai

Sultan HB X seusai mencoblos hari ini memberikan pesan agar usai Pemilu, semua permasalahan, perbedaan antarcapres selesai.

Baca Selengkapnya

Tahun Ini Usia Cirebon Lebih Muda, Apa Sebabnya?

9 Januari 2024

Tahun Ini Usia Cirebon Lebih Muda, Apa Sebabnya?

Melalui hasil rapat panitia khusus disepakati ulang tahun Cirebon jatuh pada 1 Muharram 849 Hijriah

Baca Selengkapnya

3 Keraton di Cirebon Ini, Masukkan dalam Daftar Kunjungan Wisata Sejarah

2 November 2023

3 Keraton di Cirebon Ini, Masukkan dalam Daftar Kunjungan Wisata Sejarah

Cirebon punya berbagai destinasi wisata sejarah yang patut dikunjungi, di antaranya 3 Keraton, yakni Keraton Kasepuhan Cirebon, Kanoman, Kacirebonan.

Baca Selengkapnya

Keraton-Keraton di Indonesia Potensial Jadi Bagian dari Wellness Tourism

20 September 2023

Keraton-Keraton di Indonesia Potensial Jadi Bagian dari Wellness Tourism

Tanri Abeng menggelar talkshow yang membahas tentang wellness tourism dikaitkan dengan keberadaan 56 keraton di Indonesia.

Baca Selengkapnya

UNESCO Tetapkan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai Warisan Dunia, Panggung-Kraton-Tugu

19 September 2023

UNESCO Tetapkan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai Warisan Dunia, Panggung-Kraton-Tugu

UNESCO menetapkan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai warisan dunia dari Indonesia pada Sidang ke-45 Komite Warisan Dunia atau World Heritage.

Baca Selengkapnya

Destinasi Wisata 3 Keraton di Cirebon: Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan

29 April 2023

Destinasi Wisata 3 Keraton di Cirebon: Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan

Di Cirebon, terdapat 3 keraton yang memiliki sejarah yang unik, yakni Keraton Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan. Ini destinasi wisata di Cirebon.

Baca Selengkapnya

Catatan Peristiwa Memanas Keraton Surakarta dalam Kaleidoskop 2022

28 Desember 2022

Catatan Peristiwa Memanas Keraton Surakarta dalam Kaleidoskop 2022

Peristiwa konflik internal Keraton Surakarta yang memanas mewarnai pemberitaan media massa menjelang akhir tahun 2022

Baca Selengkapnya

Tiga Penjual Batik di Yogyakarta

15 Oktober 2022

Tiga Penjual Batik di Yogyakarta

Jika Anda ingin mencari kain batik dengan corak gaya modern, maka sangat direkomendasikan untuk pergi berbelanja di Batik Rumah Suryowijayan.

Baca Selengkapnya