Kapolri Jenderal (Pol) Timur Pradopo. TEMPO/Imam Sukamto
TEMPO.CO, Solo - Kepala Polri Jenderal Timur Pradopo menengarai motif pelaku teror di Solo adalah balas dendam. Hal itu membuat mereka menggunakan pos polisi sebagai target sasaran penyerangan.
Menurut Pradopo, motif pelaku teror untuk melakukan penyerangan tersebut cukup wajar. "Selama ini Polri melakukan penegakan hukum untuk kejahatan terorisme," katanya saat ditemui di Surakarta, Jawa Tengah, Sabtu, 1 September 2012. Dia menegaskan jika serangkaian teror di Solo tidak memiliki motif politis.
Pada Jumat malam tadi, terjadi baku tembak antara Densus 88 dengan kelompok teroris di Jalan Veteran, Solo. Seorang pengendara sepeda motor disergap petugas Densus di tengah jalan. Pengendara tersebut melawan dengan tembakan. Tiga orang tewas dalam baku tembak tersebut, terdiri dari dua orang dari pihak terduga teroris dan satu orang petugas Densus 88.
Tiga aksi teror di Solo, Jawa Tengah, terjadi di pos polisi. Sebanyak tiga korban jatuh dari pihak kepolisian. Bahkan, seorang korban meninggal dunia dalam serangan terakhir yang berlangsung Kamis sore di pos polisi Pasar Modern Singosaren, Solo. Polisi yang tengah berjaga, Bripka Dwi Data Subekti, tewas tertembus empat peluru yang dilepaskan pelaku dari jarak dekat.
Sebelumnya, serangan pertama terjadi pada 17 Agustus lalu yang bertepatan dengan perayaan Hari Kemerdekaan. Pengendara sepeda motor memberondong Pos Pengamanan Lebaran 05 Gemblekan dengan sembilan tembakan. Dua polisi terluka akibat serangan itu. Sehari kemudian, serangan terjadi lagi terhadap pos pengamanan di kawasan Gladak. Serangan tak memakan korban, tetapi pengendara motor melempar benda sejenis granat ke pos tersebut.
Meski memiliki motif balas dendam, Pradopo mengatakan kelompok yang ditangkap semalam merupakan kelompok baru. Rata-rata memiliki usia yang masih muda. Polisi juga belum menemukan keterkaitan kelompok tersebut dengan jaringan teroris lama. Polisi telah menyita peralatan senjata api yang dimiliki oleh kelompok teroris. Senjata api itu diduga telah digunakan dalam serangkaian aksi teror yang dilakukan selama dua pekan terakhir.
"Barang-barang tersebut telah disita seusai penangkapan," kata Jenderal Timur. Barang-barang yang disita berupa satu pucuk pistol, tiga magasin, 43 butir peluru kaliber 9 mm, sembilan hollow point 9 mm, satu telepon genggam, serta surat-surat kendaraan.
Disebut Berbaur dengan Warga Saat Kontak Senjata, TPNPB OPM: Kami Kan Perang Gerilya
2 hari lalu
Disebut Berbaur dengan Warga Saat Kontak Senjata, TPNPB OPM: Kami Kan Perang Gerilya
TPNPB-OPM, menjelaskan soal penyerangan markas Kepolisian Sektor Homeyo di Distrik Homeyo, Kampung Pogapa, Intan Jaya, Papua Tengah, sebagai perang gerilya.
Jasa Raharja dan Korlantas Polri Upayakan Kelancaran Lalu lintas dan Zero Accident di HUT RI
3 hari lalu
Jasa Raharja dan Korlantas Polri Upayakan Kelancaran Lalu lintas dan Zero Accident di HUT RI
Direktur Utama Jasa Raharja, Rivan A. Purwantono, bersama Kepala Korps Lalu Lintas Polri, Aan Suhanan, meninjau kesiapan pengamanan dan pengawalan upacara HUT RI ke-79, di Kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN).