Menyulap Tembakau Jadi Insektisida

Reporter

Editor

Jumat, 13 Juli 2012 03:29 WIB

TEMPO/Fully Syafi

TEMPO.CO , Jakarta: Peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur, Harwanto, mengatakan ekstrak limbah daun tembakau (Nicotiana Tabacum L.) dapat dipakai sebagai insektisida nabati untuk membasmi ulat bawang merah Spodoptera exigua Hubner (Lepidoptera:Noctuidae) yang selama ini merugikan petani.

Harwanto yang melakukan penelitiannya di Laboratorium Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada dan Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur itu menuturkan, profil kromatografi limbah daun tembakau jenis Madura yang diekstrak dengan pelarut aquades berbeda dengan pelarut lain terdapat senyawa bioaktif terlarut 100 persen nikotin (C10H14N2).

Dari hasil itu didapat pula tingkat kesamaan dengan indeks 94 yang mempunyai toksisitas 83 persen (efektif) dengan mekanisme, baik melalui mulut maupun kontak, untuk larva instar II Spodoptera exigua.

“Ekstrak limbah daun tembakau itu berpengaruh terhadap mortalitas dan perkembangan S.exigua dan tidak berpengaruh terhadap variabel reproduksi," kata Harwanto di Yogyakarta.

Menurut dia, ekstrak limbah daun tembakau yang mempunyai kandungan nikotin tinggi di Indonesia masih terbatas penelitiannya dan belum banyak diungkap secara mendalam. Pendalaman itu khususnya dari aspek ilmiah terhadap respon S.exigua pada skala laboratorium, terutama untuk tingkat toksisitas dari berbagai pelarut, mortalitas dan perkembangan, aktivitas makan, efisiensi konsumsi pakan, dan perkembangan dan penekanan produksi.

Harwanto menambahkan, banyak contoh bahan alam yang sudah terkenal digunakan sebagai insektisida nabati, antara lain daun tembakau dengan kandungan nikotinnya, tepung bunga piretrum dengan kandungan piretrin, akar tuba dengan kandungan rotenon, dan mimba dengan kandungan azadiraktin.

Dengan adanya penelitian yang ada dan terus dikembangkan, dia berharap keberadaan ulat bawang merah sebagai hama utama tanaman itu semakin berkurang. Penelitan itu juga untuk meluaskan penggunaan insektisida nabati yang lebih aman mengingat selama ini untuk mengatasi hama itu petani umumnya masih bertumpu pada insektisida kimia sintetik.

“Pemakaian kimia sintetik berlebihan akan menimbulkan dampak buruk, yakni terjadinya pencemaran lingkungan, resurjensi, resistensi, dan musnahnya organisme bukan sasaran,” kata dia.

PRIBADI WICAKSONO

Berita terpopuler lainnya:
Membaca Taktik Umpan Pendek Ala Jokowi
Ini Kunci Keunggulan ''Sementara'' Jokowi

Putaran Kedua, Jokowi-Basuki Diprediksi Menang

Ini Rahasia Kemenangan Jokowi

Gara-gara Kaleng Pepsi Ronaldinho Diputus Coca Cola

Lonceng Gereja yang Menganggu Manchester City

Berita terkait

BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

26 hari lalu

BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

BRIN sebut tiga alasan mengapa daur ulang baterai litium sangat penting. Satu di antaranya alasan ramah lingkungan.

Baca Selengkapnya

Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

26 September 2023

Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

Universitas Gadjah Mada atau UGM masuk dalam jajaran top 50 dunia pada THE Impact Rankings 2023.

Baca Selengkapnya

Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

20 Juli 2023

Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

Pemimpin Stanford University, salah satu kampus yang paling bergengsi di AS, mundur setelah ditemukan kekurangan dalam penelitiannya tentang saraf.

Baca Selengkapnya

2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

14 Juli 2023

2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan dua syarat agar sebuah penemuan dapat disebut sebagai inovasi.

Baca Selengkapnya

Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

14 April 2023

Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

Tiga peneliti Unpad membagikan pengalamannya terkait pengalaman publikasi artikel ilmiah pada jurnal internasional bereputasi tinggi.

Baca Selengkapnya

Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

6 April 2023

Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

Ilmuwan ITB Djoko T. Iskandar meneliti kepunahan reptil dan kaitannya dengan usaha konservasi tetrapoda.

Baca Selengkapnya

Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

26 Maret 2023

Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

Tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) merancang alat deteksi lima jenis malaria.

Baca Selengkapnya

Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

22 Maret 2023

Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

Dosen teknik geologi ITB meneliti keruntuhan tubuh Gunung Anak Krakatau sebagai tolok ukur pemodelan tsunami akurat.

Baca Selengkapnya

Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

17 Januari 2023

Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

Psikolog UI Anna Armeini Rangkuti mengidentifikasi ada empat motif utama silence mahasiswa terhadap kesaksian adanya kecurangan akdemik.

Baca Selengkapnya

Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

13 September 2022

Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

Simak tips menulis esai ilmiah yang baik dari Universitas Airlangga.

Baca Selengkapnya