Sindikat Penyelundup Manusia Beroperasi di Cisarua  

Reporter

Editor

Senin, 11 Juni 2012 14:52 WIB

Sekitar 108 warga Afganistan yang akan mencari suaka ke Australia, terdampar di Dusun Merak, Banyuputih, Situbondo, Jawa Timur, (5/5). TEMPO/Ika Ningtyas

TEMPO.CO, Cisarua - WAYTUKI. Hotel melati di jalur Puncak itu sekilas tak beda dengan penginapan sekelasnya. Selain kamar-kamar, juga ada beberapa bungalo. Yang khas, hampir setiap hari ada warga Iran menginap di sini. Menurut Roni, bukan nama sebenarnya, sebagian besar orang-orang dari negeri para mullah itu adalah pendatang ilegal. Waytuki menjadi tempat transit utama sebelum mereka disebar ke penjuru Cisarua.

Laporan utama Tempo edisi 11 Juni 2012 berjudul "Wajah Sindikat Manusia Perahu" menungkapkan, tokoh yang menghadirkan orang-orang yang bermaksud "hijrah" ke Australia itu adalah Habib. Nama asli lelaki 55 tahun itu Nabi Momini, warga Iran yang masuk Indonesia pada 2008. Penampilannya rapi, berpakain perlente dengan perhiasan emas di tangan dan lehernya. “Dia orangnya tajir-lah,” kata Roni dengan logat Zunda yang kental.

Roni mengenal Habib ketika datang ke rumah orang tuanya di Desa Batu Layang, Cisarua, pada 2009. Saat itu, lelaki dari suku Kurdi tersebut menitipkan satu kelurga Iran untuk tinggal di rumahnya. Karena ilegal, sewanya tergolong tinggi, Rp 400 ribu per hari.

Sejak itu, pemuda 20-an tahun ini bersedia bila diminta mencari rumah atau vila. Habib menghubunginya begitu para imigran telah berkumpul di Waytuki. Tak heran, di telepon genggam Roni tersimpan puluhan nomor penginapan. Untuk jasanya, Habib memberi dia komisi. “Jumlahnya tak tentu, Rp 100 ribu hingga sejutaan.”

Namun, sejak pertengahan bulan lalu, jejak Habib di Cisarua agak buram. Roni yang baru pulang awal April sehabis melancong ke Bali pun belum bertemu dengan bosnya. Berkendara mobil, dengan bantuannya, Tempo mendatangi rumah atau vila yang sempat ditinggali Habib. Agar tidak ketahuan, Roni bersembunyi di mobil. Sayang, sosoknya tak terlihat di tempat tinggalnya di Desa Cilambar, Desa Tugu Selatan, dan Desa Cibereum,

Terakhir, Tempo mendatangi Pondok Lala. Untuk mencapai vila di Kampung Sampay, Desa Tugu Utara itu mesti melalui jalan kecil, berkelok-kelok yang hanya cukup satu mobil. Di sana ada tiga rumah. Namun, saat itu yang tinggal hanya satu keluarga Iran dan penjaga vila.

Sepekan kemudian Tempo menghubungi tempat-tempat itu kembali. “Sudah satu setengah bulan Habib pindah,” kata Iyoy, penjaga Pondok Lala. Jawaban sama datang dari staf Hotel Waytuki yang ingin dipanggil dengan Laila. “Dahulu Habib sering bawa teman-temannya. Untuk urusan apa, kami tidak tahu.”

Selain Habib, Tempo mendapat satu nama lain dalam jaringan Iran, yakni As'ad alias Sayed As'ad. Salah satu imigran korban As'ad adalah Sarah, sebut saja demikian. Kepada Asa'ad, wanita perias dan juru tato asal Teheran itu sudah mengeluarkan US$ 40 ribu sebagai ongkos ke Australia dan tiga keluarganya. Uang tersebut diserahkan Sarah di dalam mobil ketika meninggalkan Hotel Prapanca, Jakarta Selatan.

Rupanya, upaya pelarian mereka terendus aparat. Di Cikidang, Jawa Barat, iring-iringan 10 mobil penumpang itu tertangkap polisi. Kapal yang hendak memberangkatkan mereka dari pelabuhan Sukabumi pun batal berangkat. “Uang saya sudah hilang dan As'ad tidak ada di antara kami yang tertangkap,” kata Sarah.

Menurut sumber Tempo, As'ad, pemuda 30-an tahun ini kerap berhubungan dengan kelompok Sayed Abbas. Selain di Jakarta, wilayah operasinya juga di Cisarua. Hubungan mereka simbiosis mutualisme. Abbas dengan jaringannya yang menggurita sedangkan As'sad mempunyai klien yang kaya raya.

Abbas menyangkal semua tuduhan tersebut. Namanya sekadar dicatut. Ia menunjuk Amanullah Rejai, orang yang menyelundupkannya ke Indonesia pada 1999. Melalui dia, Abbas pernah mencoba lari ke Australia dengan membayar US$ 4 ribu, tetapi gagal dan tertangkap di Merak sebelum mencapai kapal. Selain itu, Abbas juga menunjuk kelompok Sajjad Hussain.

Menurut Abbas, motif para pelaku berangkat dari perseteruan di negara asal. Secara ideologis, Abbas--Partai Mehrzad--mengaku berseberangan dengan Rejai yang tergabung dalam Partai Komunis Afganistan. Sementara dengan Sajjad, karibnya itu berkhianat setelah "diracuni" oleh Rejai. “Di sini saya bekerja jadi sopir taksi tembak, mengantar turis Arab, dan kerja serabutan lainnya. Tidak pernah menyelundupkan orang,” Abbas membela diri.

Mohamad Mahdi, pengacara Abbas, menyatakan sangkaan penyelundup terhadap kliennya tak berdasar, juga keputusan Mahkamah Agung yang memvonis dua tahun enam bulan penjara. Merujuk pada Pengadilan Negeri Serang dan Pengadilan Tinggi Banten, semestinya Abbas bebas demi hukum. “Saksi kunci Firman Kelana hanya ada di Berita Acara Pemeriksan, tak hadir di persidangan,” kata Mahdi.

Alasan yang sama datang dari Hamonangan Saragih. Pengacara Sajjad itu menyatakan, kliennya juga menjadi korban pencatutan nama. Buktinya, kata dia, Australia menarik permintaan ekstradisi lantaran semua saksi mencabut kesaksiannya.

TIM TEMPO



Berita Terpopuler Lainnya:
Menelusuri Sindikat Manusia Perahu
Pedagang Karpet Penyelundup Manusia Perahu
Nelayan Pengirim Manusia Perahu Dibayar Rp 10 juta
Jalur Tikus Manusia Perahu Sampai ke Indonesia

Berita terkait

Polemik Pengungsi Rohingya di Indonesia, Berikut Negara yang Menolak Kedatangan Mereka

18 Desember 2023

Polemik Pengungsi Rohingya di Indonesia, Berikut Negara yang Menolak Kedatangan Mereka

Keberadaan pengungsi Rohingya di Aceh mulai menambah masalah. Beberapa negara telah melakukan penolakan terhadap mereka.

Baca Selengkapnya

Peringatan Terakhir Pakistan, Ratusan Ribu Pengungsi Afghanistan Harus Angkat Kaki

26 Oktober 2023

Peringatan Terakhir Pakistan, Ratusan Ribu Pengungsi Afghanistan Harus Angkat Kaki

Keputusan itu diambil setelah warga Afghanistan diketahui terlibat dalam kejahatan, penyelundupan dan serangan terhadap pemerintah dan tentara.

Baca Selengkapnya

Jumlah Imigran Gelap yang ke Italia Naik Dua Kali Lipat

17 Agustus 2023

Jumlah Imigran Gelap yang ke Italia Naik Dua Kali Lipat

Italia mencatat ada 89.158 imigran gelap yang tiba di Negara Pizza itu periode Januari sampai Juli 2023 atau naik dua kali lipat

Baca Selengkapnya

PM Giorgia Meloni Mencoba Bangun Aliansi untuk Mengatasi Imigran Gelap

23 Juli 2023

PM Giorgia Meloni Mencoba Bangun Aliansi untuk Mengatasi Imigran Gelap

Giorgio Meloni berusaha membentuk aliansi luas negara-negara untuk mengatasi imigran gelap dan memerangi perdagangan manusia.

Baca Selengkapnya

Malaysia Pulangkan 12.380 Migran Gelap, Kebanyakan dari Indonesia, Filipina, Myanmar

1 April 2023

Malaysia Pulangkan 12.380 Migran Gelap, Kebanyakan dari Indonesia, Filipina, Myanmar

Malaysia akan memulangkan 12.380 warga negara asing karena melanggar aturan keimigrasian tahun ini.

Baca Selengkapnya

Usir Imigran Ilegal Afrika, Presiden Tunisia Menolak Tuduhan Rasisme

6 Maret 2023

Usir Imigran Ilegal Afrika, Presiden Tunisia Menolak Tuduhan Rasisme

Presiden Tunisia menolak tuduhan rasisme dan menunjukkan kemungkinan konsekuensi hukum bagi para pelaku serangan terhadap imigran ilegal.

Baca Selengkapnya

PM Inggris Bakal Bertindak Keras terhadap Imigran Gelap: Cukup Sudah

14 Desember 2022

PM Inggris Bakal Bertindak Keras terhadap Imigran Gelap: Cukup Sudah

Inggris berencana menggarap undang-undang baru untuk mencegah imigran yang melintasi Selat Inggris untuk tinggal di negara itu.

Baca Selengkapnya

46 Imigran Gelap Tewas di Kontainer, Petugas Menemukan Tumpukan Mayat

28 Juni 2022

46 Imigran Gelap Tewas di Kontainer, Petugas Menemukan Tumpukan Mayat

Petugas menemukan "tumpukan mayat" 46 imigran gelap dan tidak ada tanda-tanda air di dalam truk, yang ditinggalkan di sebelah rel kereta api

Baca Selengkapnya

46 Imigran Gelap Tewas dalam Kontainer di AS, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong

28 Juni 2022

46 Imigran Gelap Tewas dalam Kontainer di AS, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong

Kasus kematian 46 imigran gelap dalam kontainer di San Antonio, terungkap setelah seorang saksi men dengar ada suara teriakan minta tolong.

Baca Selengkapnya

50 TKI Ilegal Indonesia Ditangkap Polisi Begitu Mendarat di Selangor

28 Januari 2022

50 TKI Ilegal Indonesia Ditangkap Polisi Begitu Mendarat di Selangor

Polisi Malaysia menangkap 50 orang imigran gelap asal Indonesia ketika mendarat di pesisir Bagan Pasir, Selangor.

Baca Selengkapnya