TEMPO.CO, Jayapura - Penembak pegawai negeri sipil Perhubungan Kodam XVII/Cenderawasih, Arwan, 30 tahun, diduga dilakukan pria misterius yang menumpangi ojek.
Saksi mata Sertu Eko, juru bicara Kodam XVII/Cenderawasih, dalam keterangannya kepada kepolisian mengatakan, diduga pelaku adalah pria tak dikenal yang diantar oleh korban.
Kronologi peristiwa, menurut saksi Sertu Eko, bermula pada Rabu, 6 Juni 2012, sekitar pukul 21.15 WIT, saat korban dan saksi sedang parkir dan akan melakukan kegiatan sampingan mereka sebagai tukang ojek di dekat jalan kantor Wali Kota Jayapura. Tiba-tiba muncul seseorang dengan tinggi sekitar 170 sentimeter, berkulit gelap, tanpa kumis dan jenggot.
Pria misterius tersebut menawar ojek dan minta diantarkan ke daerah belakang kantor Wali Kota Jayapura. Korban selanjutnya memenuhi permintaan dan mengantar. Sekitar pukul 21.30 WIT, korban dengan menggunakan sepeda motor, dalam keadaan terluka di leher sebelah kiri tembus rahang kanan, melaju dan tiba di pos jaga Wicen untuk meminta pertolongan. Korban melaporkan bahwa dirinya tertembak.
Selanjutnya korban dilarikan ke Rumah Sakit Marthen Indey untuk mendapat perawatan. Dari hasil identifikasi sementara Reskrim Polda Papua, korban ditembak dengan pistol dari jarak kurang lebih satu meter. “Benar, namanya Arwan, lewatnya di jalan kantor Wali Kota, tiba-tiba ada yang menembak,” kata Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih, Kolonel Infanteri Ali Hamdan Bogra, Rabu malam.
TNI, kata Bogra, saat ini telah menurunkan sejumlah personel untuk membantu kepolisian mengamankan Kota Jayapura dari penembak misterius. “Tadi langsung kita kejar pelakunya, tapi tidak dapat. Belum diketahui pelaku menggunakan senjata apa dan apa motifnya. Ini memang meresahkan masyarakat,” ujarnya.
Sebelumnya penembak misterius juga menembak seorang pelajar Sekolah Menengah Umum Kalam Kudus Jayapura, Gilberth Febrian Madika, Senin, 4 Juni 2012. Korban ditembak dalam perjalanan. Pada Selasa, 29 Mei 2012, seorang warga negara Jerman, Dietmer Pieper, 55 tahun, juga ditembak di Pantai Base G, Kota Jayapura.
JERRY OMONA
Berita terkait
Mabes Polri Belum Usut Penyebar Kabar Bohong Tolikara
25 April 2016
Kepolisian mengungkapkan kerusuhan di Tolikara Papua merupakan kabar bohong.
Baca SelengkapnyaPolri Bantah Ada Kerusuhan di Tolikara
25 April 2016
Polri mengakui ada seorang pegawai Dinas Kependudukan yang meninggal.
Baca SelengkapnyaTolikara Rusuh Lagi, 1 Tewas 95 Rumah Dibakar
24 April 2016
Konflik Tolikara ini sudah terjadi sejak 9 April 2016 dan berlangsung hingga hari
ini.
Rusuh Tolikara, Hasil Uji Balistik: Bukan Peluru Polisi
8 September 2015
Selain melakukan uji balistik, Polda Papua juga sudah menggelar sidang pelanggaran disiplin terhadap personel Polres Tolikara.
Baca SelengkapnyaJokowi Minta Pelaku Kerusuhan di Tolikara Diproses Hukum
11 Agustus 2015
Jokowi minta agar pelaku, aktor, maupun aparat yang salah prosedur penanganannya harus diperiksa dalam kasus Tolikara.
Baca SelengkapnyaPresiden GIDI Minta Penyidikan Kasus Tolikara Dihentikan
11 Agustus 2015
Presiden GIDI minta Kapolda Papua menyerahkan proses penyelesaian masalah tersangka kepada gereja dan umat muslim Tolikara.
Baca SelengkapnyaKomnas HAM: Temukan Aparat yang Menembak Warga Tolikara
10 Agustus 2015
Komnas HAM mendesak Menkopolhukam agar memerintahkan Kapolri dan Panglima TNI mengusut penembakan Tolikara.
Baca SelengkapnyaRusuh Tolikara, Komnas HAM Temukan 4 Pelanggaran
10 Agustus 2015
Komnas HAM menemukan empat indikasi pelanggaran HAM pada kerusuhan di Tolikara.
Baca SelengkapnyaHasil Investigasi Tolikara, Komnas: Ada 4 Pelanggaran HAM
10 Agustus 2015
Pemerintah memastikan kerusuhan di Kabupaten Tolikara, Papua, tidak dipicu oleh isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
Baca SelengkapnyaTolikara Pulih, Begini Proses Pembangunan Musala dan Ruki
10 Agustus 2015
Pembangunan 85 ruki dan musalah untuk menggantikan ruki dan musalah yang terbakar saat amuk massa pada 17 Juli lalu.
Baca Selengkapnya