Warga Timika Gelar Ritual Damai Usai Perang Panah

Reporter

Editor

Rabu, 6 Juni 2012 15:57 WIB

REUTERS/Herwig Prammer

TEMPO.CO, Timika - Kelompok warga Kwamki Lama, Timika, Papua, yang saling menyerang dengan senjata panah sejak Sabtu kemarin akhirnya bersedia melakukan berdamai. Perdamaian ini ditandai dengan ritual tradisi patah anak panah, pada Rabu, 6 Juni 2012.

Awalnya warga Kampung Harapan, Kwamki Lama, enggan melakukan ritual perdamaian. Sejumlah warga Kampung Harapan masih menganggp kematian Rony Ongomang dalam kecelakaan lalu lintas pada 21 mei 2012 merupakan pembunuhan.

Kemarahan warga Kampung Harapan yang masih terhitung saudara itu semakin memuncak setelah Demianus Ongomang tewas dipanah kelompoknya sendiri pada hari Minggu kemarin. Demianus dibunuh ketika mengendap-endap di belakang gereja.

Beberapa kali upaya damai berupa pendatanganan kesepakatan menghentikan pertikaian yang difasilitasi Kepolisian Resosr Mimika, tak membuahkan hasil. Kedua kelompok warga terus melakukan propaganda dan melakukan perang panah. Akibatnya jumlah korban luka terus berjatuhan.

Kepala Kepolisian Resor Mimika Ajun Komisaris Besar Denny Edward Siregar meminta keluraga yang bertikai sama-sama menandatangani kesepakatan damai. Denny mengancam akan menindak tegas pihak-pihak yang masih ingin bertikai. “Ini keluarga korban sudah setuju berdamai dan mengakhiri konflik, tetapi ada pihak laijn yang menghendaki terus perang,” katanya.

Perdamaian antar kedua kelomnpok warga semula dijadwalkan akan dilaksanakan pada Rabu pagi, sekitar pukul 09.00 waktu Papua. Tetapi warga Kampung Harapan masih terpecah. Sebagian setuju melaksanakan perdamaian, sebagaian masih menginginkan perang panah.

Puluhan pasukan Brigade Mobil Detasemen B Mimika sudah disiagakan di lapangan sepak bola Kwamki Lama untuk merazia panah. Terutama karena sebagian warga masih terus membawa anak panah dan terus melakukan provokasi untuk saling menyerang.

Menjelang Rabu sore, situasi Kwamki Lama sempat tegang karena warga Kampung Amole sudah setuju berdamai, tetapi warga Kampung Harapan masih enggan berdamai. “Waktu kita terbatas, kita harus segera melakukan perdamaian sebelum turun hujan. Saya minta wakil-wakil warga yang sudah ditunjuk untuk segera dating ke tempat perdamaian,” kata David Ongomang, kerabat Rony dan Demianus.

Menurut David, sesuai tradisi perang adat seharusnya prosesi perdamaian dilaksanakan dengan melakukan ritual belah bambu, panah babi, dan patah panah. ‘Tetapi karena pihak korban hanya warga Kampung harapan, sedang Kampung Amole tidak ada yang meninggal maka hanya akan dilakukan patah panah.” Kata David.
Sejak Rabu pagi sedikitnya 300 anggota Polres Mimika disiagakan di wilayah yang sering terlibat pertikaian adat ini. Sementara warga yang bertikai masing-masing berada di wilayah kampong mereka.

Setelah negosiasi yang cukup alot pada Rabu sore kedua kelompok yang bertikai bersedia berdamai. Pihak-pihak yang bertikai menyerahkan busur dan panah kepada gereja, yang selanjutnya menyerahkan senjata tradisional ini kepada Kapolres Mimika untuk dipatahkan. “Setelah patah panah ini tidak ada lagi pertikaian di antara warga Kwamki Lama, semua satu rumah, satu gereja,” kata Denny.

TJAHJONO EP

Berita terkait

Perang Suku di Papua Nugini Tewaskan 64 Orang, Mayat-mayat Tergeletak di Jalanan

19 Februari 2024

Perang Suku di Papua Nugini Tewaskan 64 Orang, Mayat-mayat Tergeletak di Jalanan

Papua Nugini dilanda perang suku terbesar dalam sejarah. PM Australia ikut resah.

Baca Selengkapnya

Mengenal Suku Dani Papua dan 4 Tradisi Mereka

10 Agustus 2023

Mengenal Suku Dani Papua dan 4 Tradisi Mereka

Suku Dani di Lembah Baliem. Papua memiliki banyak tradisi unik yang terus dipertahankan hingga sekarang dan menjadi warisan luhur bangsa kita.

Baca Selengkapnya

Mengenal Destinasi Wisata dan Kuliner Rwanda, Menyusuri Eksotika Negeri di Afrika Timur

2 Juli 2023

Mengenal Destinasi Wisata dan Kuliner Rwanda, Menyusuri Eksotika Negeri di Afrika Timur

Rwanda terkenal dengan keindahan alamnya. Destinasi wisata berupa ekowisata menjadi sektor yang berkembang pesat di Rwanda.

Baca Selengkapnya

150 Orang Tewas dalam Perang Suku di Sudan

21 Oktober 2022

150 Orang Tewas dalam Perang Suku di Sudan

Perempuan dan anak-anak ikut menjadi korban perang suku di Sudan. Kekacauan terjadi sejak kudeta pada Oktober 2021.

Baca Selengkapnya

Bamsoet: Perang Bubat Tak Ada dalam Prasasti

26 Agustus 2021

Bamsoet: Perang Bubat Tak Ada dalam Prasasti

Patut diduga naskah 'Kidung Sunda' dan 'Kidung Sundayana' memiliki motif memecah belah dua suku etnis terbesar bangsa Indonesia, Sunda dengan Jawa.

Baca Selengkapnya

Perang Suku di Sudan, 40 Orang Tewas

6 April 2021

Perang Suku di Sudan, 40 Orang Tewas

Pemerintah Sudan mengumumkan keadaan darurat di negara bagian Darfur Barat akibat perang antarsuku yang telah berlangsung selama tiga hari.

Baca Selengkapnya

Perang Antar Kampung, 16 Orang di Jayawijaya Terkena Panah

12 September 2020

Perang Antar Kampung, 16 Orang di Jayawijaya Terkena Panah

Perang tradisional ini terjadi antara masyarakat Kampung Wukahilapok dan Kampung Meagama di Kabupaten Jayawijaya.

Baca Selengkapnya

Perang Suku di Flores Timur, Enam Orang Dilaporkan Tewas

5 Maret 2020

Perang Suku di Flores Timur, Enam Orang Dilaporkan Tewas

Dua suku di Desa Sandosi, Kecamatan Witihama, Flores Timur saling bentrok memperebutkan lokasi tanah bernama Wulewata Bani.

Baca Selengkapnya

Kapolri Benarkan Terjadi Perang Suku di Papua, Dua Polisi Terluka

2 Oktober 2018

Kapolri Benarkan Terjadi Perang Suku di Papua, Dua Polisi Terluka

Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan suku-suku di Papua memang kerap memilih jalan perang untuk menyelesaikan masalah.

Baca Selengkapnya

Gerah atas Perang Suku, Jokowi Minta Pemda Turun ke Lapangan

26 September 2016

Gerah atas Perang Suku, Jokowi Minta Pemda Turun ke Lapangan

Perang suku terjadi karena aturan adat bahwa satu korban harus diganti dengan satu nyawa dari suku lawan.

Baca Selengkapnya