Bekas kamar Anas Urbaningrum saat nyantri di Pondok Pesantren Al Kamal, Desa Kunir, Kecamatan Wonodadi, Blitar (5/2). Anas dikenal sebagai santri cerdas dan alim. TEMPO/Hari Tri Wasono
TEMPO.CO, Blitar - Dugaan suap yang melilit Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum tak hanya mengejutkan keluarga. Guru mengaji dan teman-temannya di Pondok Pesantren Al Kamal Blitar, Jawa Timur, turut kaget dengan kasus itu.
Hj. Sumbulatin, pengasuh Pondok Pesantren Al Kamal, Desa Kunir, Kecamatan Wonodadi, Kabupaten Blitar, mengaku sangat terkejut dengan kasus korupsi yang melilit santrinya. Di mata dia Anas merupakan anak yang sangat berbakti dan tidak macam-macam saat nyantri di pondoknya selama tiga tahun. "Saya terus istigfar saat melihat Anas di televisi," kata perempuan yang akrab disapa Bu Nyai ini, Minggu, 5 Februari 2012.
Sumbulatin mengaku tak percaya Anas terlibat kasus korupsi yang menggegerkan ini. Dia diduga menerima uang panas dari Muhammad Nazaruddin dalam pembangunan Wisma Atlet di Jakabaring Palembang bersama anggota DPR RI dari Fraksi Demokrat Angelina Sondakh.
Semasa belajar di Pondok Pesantren Al Kamal, Anas dikenal pendiam dan alim. Sehari-hari anak pasangan Mughni dan Sriati ini diisi dengan kegiatan belajar di madrasah tsanawiyah dan ngaji. Bahkan Anas tidak pernah tampak dalam aktivitas kenakalan remaja yang dilakukan teman-teman sebayanya. "Jauh dari sifat nakal dan curang," kata Bu Nyai.
Anas sendiri sudah seperti anak bagi Sumbulatin dan keluarganya. Selama tiga tahun dia mondok di rumah itu dan menempati sebuah kamar kecil di depan masjid. Maka dengan leluasa Sumbulatin bisa memantau aktivitas santrinya selama 24 jam.
Sejak perkara itu kerap ditayangkan di televisi, Sumbulatin mengaku tak tenang. Dia selalu beristigfar saat wajah santrinya itu muncul dan dituding terlibat menerima uang panas. Meski cemas, perempuan yang sudah berusia lanjut ini tetap mengikuti perkembangan berita tersebut.
Sikap yang sama disampaikan Hj. Miattu Habbah, guru madrasah Anas Urbaningrum yang juga pengasuh Pondok Pesantren Al Kamal. Dia tak menduga anak didiknya bisa terlibat perkara itu karena jauh dari sifatnya yang tawadu. "Bapaknya juga kiai kampung, tak ada potongan koruptor," kata Miattu.
Namun jika di kemudian hari Anas benar-benar terbukti melakukan perbuatan itu, Miattu hanya bisa berdoa. Dia meminta Anas bisa berintrospeksi diri dan membersihkan hartanya sesegera mungkin. Sebab bagaimana pun Anas sudah dianggap keluarga besar Pondok Pesantren Al Kamal.
