Terdakwa kasus suap wisma atlet M. Nazaruddin (kanan) menjalani sidang dengan agenda pemeriksaan saksi di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Jumat (3/2). ANTARA/Yudhi Mahatma
TEMPO.CO , Jakarta:Rapi, trendi, dan murah senyum. Tak ada yang berubah pada diri Muhammad Nazaruddin, tersangka kasus suap proyek Wisma Atlet Jakabaring, Palembang. Namun ada ciri khas lain di setiap kemunculan Nazar di depan publik, yaitu baju bernuansa biru.
Entah saat pemeriksaan di Komisi Pemberantasan Korupsi, entah saat menjalani sidang di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, mantan Bendahara Umum Partai Demokrat itu selalu mengenakan pakaian dengan nuansa biru.
Apakah karena warna tersebut merupakan warna bekas partainya? Nazar hanya tersenyum. "Ya, kebetulan adanya memang ini. Stoknya yang kemarin kan memang ini," kata Nazar, yang memakai kemeja batik lengan panjang warna biru, sebelum mengikuti sidang kemarin.
Nazar didepak dari posisi bendahara umum pada medio 2011, setelah tersangkut kasus suap Wisma Atlet. Ia didakwa menerima success fee Rp 4,6 miliar dari proyek senilai Rp 191 miliar tersebut.
Lalu masih adakah Demokrat di hati Nazar? Ia tak mau menjawab dengan pasti. "Kalau Demokrat kan partai. Mungkin bisa bermanfaat bagi republik ini. Namanya partai, kan bisa memperbaiki republik," ujarnya.
Senyum kembali tersungging di bibir Nazaruddin menanggapi keputusan KPK kemarin, yang menetapkan mantan rekannya, Angelina Sondakh, sebagai tersangka kasus suap Wisma Atlet. Nazar mengatakan anggota Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat itu sejak awal memang layak ditetapkan sebagai tersangka karena menerima aliran duit Wisma Atlet.
"Yang saya sampaikan apa adanya. Karena saya enggak mau nambah-nambahin atau ngurangin. Saya kan udah bilang sejak kemarin, Angie layak tersangka," kata Nazar.
Nazar mengaku bisa memahami kondisi Puteri Indonesia 2011 itu, termasuk komentar Angie, yang merasa kasusnya direkayasa. "Saya kan merasa direkayasa. Saya tahu rasanya direkayasa," ucapnya.
