Sejumlah siswa memasang mesin pada kerangka mobil Kiat Esemka di Solo Techno Park, Kamis (5/1). Meski belum ada izin produksi mobil Kiat Esemka karya SMK 2 dan SMK Warga, mendapat respon dari masyarakat sangat baik terbukti pesanan yang masuk sudah ratusan unit dalam waktu kurang dari sepekan. TEMPO/Andry Prasetyo
TEMPO.CO, Surakarta - Para siswa perakit mobil Kiat Esemka berharap mendapat beasiswa untuk memperdalam ilmu di bidang otomotif atau perakitan mobil.
Siswa kelas XII Otomotif F Sekolah Menengah Kejuruan Warga Surakarta, Rimbawan Setiadi, 17 tahun, berharap ada tawaran beasiswa untuk melanjutkan studi.
"Saya ingin kuliah di teknik otomotif. Inginnya kuliah di ITB (Institut Teknologi Bandung)," ujarnya kepada Tempo, Minggu 8 Januari 2012.
Keinginan lainnya adalah meneruskan sekolah di negara yang punya sejarah mumpuni di bidang otomotif seperti Jerman. "Nanti ilmu yang didapat bisa dibagi ke siswa lain di Indonesia," katanya.
Sayangnya hingga kini dia belum menerima tawaran beasiswa dari mana pun. "Yang ada tawaran bekerja dari perusahaan-perusahaan. Tapi saya inginnya kuliah," ucapnya.
Siswa SMK warga Surakarta lainnya, Yunior Oki, menyatakan hal serupa. Dia mengaku sudah mendapat banyak tawaran bekerja dari perusahaan.
"Saya ingin kuliah untuk memperdalam ilmu. Kalau sudah benar-benar pintar otomotif, baru bekerja," katanya. Yunior berharap bisa meningkatkan kompetensinya di otomotif, khususnya perakitan mesin.
Dia ingin kuliah di Teknik Otomotif Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. "Tapi sampai sekarang belum ada tawaran beasiswa," ujarnya.
Guru SMK 2 Surakarta Kasmadi mendukung pemberian beasiswa pendidikan bagi siswa perakit Kiat Esemka. "Agar kemampuan siswa meningkat," katanya.
Dia menyebut selama ini memang sudah ada beasiswa bidik misi dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. "Tapi pengalaman selama ini, jarang ada siswa dari otomotif yang dapat beasiswa. Sebab mereka lebih ahli di praktek, sedangkan bidik misi lebih ke nilai," ujarnya.
Dia berharap ada beasiswa yang langsung diberikan kepada mereka yang ahli praktek, tapi lemah di mata pelajaran secara keseluruhan. "Bisa saja mereka jago bikin mobil, tapi tidak bisa bahasa Inggris atau yang lainnya," ujarnya.