TEMPO Interaktif, Surakarta - Para pencari kerja di bursa kerja yang diselenggarakan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta harus membayar Rp 20 ribu untuk masuk ke lokasi acara. Adanya pungutan tersebut dikeluhkan para pencari kerja.
Edi Priyambodo, 25 tahun, misalnya. Pencari kerja yang datang ke Student Center UNS itu mengaku berkeberatan dengan tiket masuk Rp 20 ribu di atas. Semestinya bursa kerja diselenggarakan gratis karena diikuti oleh mereka yang belum punya pekerjaan. “Tapi mau bagaimana lagi. Terpaksa harus bayar,” kata lulusan teknik informatika ini.
Ketua Career Development Center UNS Surakarta, Kusnandar, mengakui ada biaya masuk Rp 20 ribu. Tapi uang itu digunakan sebagai pengganti biaya kartu anggota. "Nantinya setiap pemegang kartu anggota akan mendapat pemberitahuan atau informasi lowongan kerja," kata Kusnandar ketika ditemui Tempo di lokasi acara, Kamis, 8 Desember 2011.
Bursa kerja yang digelar di Student Center UNS itu diikuti oleh 32 perusahaan dari berbagai bidang, seperti perbankan, telekomunikasi, pembiayaan, otomotif, dan industri rokok. Bursa kerja berlangsung mulai hari ini hingga 10 Desember mendatang.
Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Surakarta Singgih Yudoko mengatakan pihaknya sudah pernah mengingatkan UNS perihal penarikan biaya bagi pencari kerja. “Sebelumnya mereka pernah bikin acara serupa dan ada tiket masuk. Waktu itu sudah kami ingatkan agar tidak diulangi lagi,” katanya.
Sayangnya, ketika kejadian serupa terulang, dia tidak bisa berbuat banyak. Sebab acara tersebut diadakan oleh pihak di luar pemerintah. “Tidak ada kewajiban untuk izin penyelenggaraan. Juga tidak ada aturan yang mengatur penghentian paksa kegiatan karena menarik biaya,” ucap Singgih.
Menurut Singgih, kebijakan menarik tiket masuk atau tidak diserahkan kepada penyelenggara yang bersangkutan. Pihaknya hanya bisa mengimbau agar para penyelenggara bursa kerja tidak menambah beban para pencari kerja dengan menarik tiket masuk.
UKKY PRIMARTANTYO
Berita terkait
Dampak Perang Gaza, Angka Pengangguran di Palestina di Atas 50 Persen
46 hari lalu
ILO memperkirakan jika perang Gaza masih berlanjut sampai akhir Maret 2024, maka angka pengangguran bisa tembus 57 persen.
Baca Selengkapnya2 Ribu Siswa SMA Program Double Track di Jawa Timur Dapat Pelatihan Digital
28 Februari 2024
Ribuan peserta itu terdiri dari siswa asal 52 SMAN maupun SMA swasta, serta remaja dari 10 lembaga non formal di Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaRupiah Pekan Ini Berpotensi Menguat, Apa Pemicunya?
26 Februari 2024
Pengamat Pasar Uang, Ariston Tjendra, mengatakan rupiah bisa bergerak ke arah Rp 15.500 per dolar AS pada pekan ini.
Baca SelengkapnyaPhiladelphia Jadi Kota 'Zombie', Apa Penyebabnya?
24 Februari 2024
Wilayah Philadelphia di Amerika Serikat kini heboh karena disebut Kota 'Zombie', Kenapa?
Baca SelengkapnyaGenerasi Muda di Cina Kini Lebih Senang Rebahan, Ogah Kerja Keras
15 Februari 2024
Di tengah melemahnya perekonomian Cina, generasi muda di sana lebih senang rebahan dibandingkan bekerja keras.
Baca SelengkapnyaPengungsi Ukraina di Jerman Belum Terserap Sektor Tenaga Kerja
7 Februari 2024
Hanya 25,2 persen pengungsi Ukraina di Jerman yang saat ini berstatus bekerja. Angka itu cukup kecil jika dibanding negara Eropa lainnya.
Baca SelengkapnyaSomalia, Negara Paling Korup di Dunia Versi Transparency International
1 Februari 2024
Transparency International telah merilis hasil Indeks Persepsi Korupsi. Berikut profil Somalia, negara paling korup di dunia.
Baca SelengkapnyaAnies Janji Evaluasi UU Cipta Kerja, Bandingkan Tingkat Pengangguran Era Jokowi Vs SBY
29 Januari 2024
Calon Presiden nomor urut satu Anies Baswedan berjanji bakal mengkaji ulang UU Ciptaker yang tidak memberikan rasa keadilan untuk pekerja kerah biru.
Baca SelengkapnyaCak Imin: Kesejahteraan Bukan untuk Segelintir Elite, Bukan untuk yang Ingin Berkuasa Terus-menerus
24 Januari 2024
Cawapres Muhaimin Iskandar atau Cak Imin menegaskan pemerataan pembangunan menjadi salah satu prioritas program jika AMIN terpilih pada Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaAnies Baswedan Sebut Investasi di Batam Padat Modal: Akibatnya Banyak Pengangguran
20 Januari 2024
Anies Baswedan menyebut karakter investasi di Batam yang padat modal menyebabkan banyak pengangguran karena tenaga kerja tidak terserap.
Baca Selengkapnya