TEMPO Interaktif, Jakarta - Tim Laboratorium Forensik Kepolisian masih membutuhkan waktu untuk mengungkap kasus dan para pelaku penembakan di Papua. Untuk mengungkapnya, Tim Labfor Kepolisian tidak hanya meneliti proyektil dari tempat kejadian, tetapi juga turun meneliti di tempat kejadian.
"Waktu penelitiannya tidak sebentar karena harus melakukan olah tempat kejadian," kata Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri, Saud Usman Nasution, saat ditemui, Rabu, 9 November 2011. Dalam proses olah TKP ini diharapkan dapat ditemukan jenis senjata, lokasi penembak, dan bukti lainnya.
Akan tetapi, Saud menyatakan, Mabes Polri belum menerima hasil temuan tim Labfor terkait beberapa penembakan yang terjadi. Ia juga enggan untuk memaparkan hasil tim Labfor yang telah menemukan petunjuk dari olah TKP yang dilakukan sejak sebulan lalu. "Ini bagian dari penyelidikan, jadi tidak mungkin di-publish seandainya pun kami ketahui," katanya.
Dalam peristiwa penembakan ini, menurut Saud, Tim Labfor pasti mengalami kesulitan untuk mencari saksi dan menentukan pelaku. Di Papua, menurut Saud, ada banyak kelompok penembak gelap yang berasal dari masyarakat bersenjata. Kelompok ini tersebar dan sangat menguasai medan di Papua.
Pengungkapan dan pengejaran juga tidak menemukan hasil dengan cara menggunakan anggota polisi yang berasal dari Papua. Secara geografis tiap medan berbeda, para penembak ini sangat dikenal mampu menghilang di hutan karena memahami dengan baik medan dan terbiasa dengan situasi dan cuaca Papua.
Salah satu penemuan Tim Labfor adalah waktu kematian korban penembakan pada Kongres Papua III. Saud menyatakan, mayat-mayat ditemukan pukul 09.00 pada keesokan hari di pegunungan, sekitar 400 meter dari lokasi Kongres.
Berdasarkan otopsi, waktu kematian para korban ini adalah pukul 01.00 atau 02.00 waktu setempat atau delapan jam setelah pengamanan Kongres. "Pada korban ada luka tembak dan pukulan benda tumpul, tapi belum diketahui siapa pelakunya," katanya. Ia juga menyatakan, temuan ini semakin menegaskan dugaan penembakan anggota Kongres tidak dilakukan anggota polisi.
Khusus di Freeport, Saud menyatakan beberapa penembakan sejak tahun 2009-2011. Ia juga memaparkan beberapa korbannya, antara lain dua orang aggota polisi yang meninggal, 20 orang polisi mengalami luka, tujuh orang karyawan meninggal dan 19 lainnya mengalami luka-luka.
FRANSISCO ROSARIANS
Berita terkait
Mabes Polri Belum Usut Penyebar Kabar Bohong Tolikara
25 April 2016
Kepolisian mengungkapkan kerusuhan di Tolikara Papua merupakan kabar bohong.
Baca SelengkapnyaPolri Bantah Ada Kerusuhan di Tolikara
25 April 2016
Polri mengakui ada seorang pegawai Dinas Kependudukan yang meninggal.
Baca SelengkapnyaTolikara Rusuh Lagi, 1 Tewas 95 Rumah Dibakar
24 April 2016
Konflik Tolikara ini sudah terjadi sejak 9 April 2016 dan berlangsung hingga hari
ini.
Rusuh Tolikara, Hasil Uji Balistik: Bukan Peluru Polisi
8 September 2015
Selain melakukan uji balistik, Polda Papua juga sudah menggelar sidang pelanggaran disiplin terhadap personel Polres Tolikara.
Baca SelengkapnyaJokowi Minta Pelaku Kerusuhan di Tolikara Diproses Hukum
11 Agustus 2015
Jokowi minta agar pelaku, aktor, maupun aparat yang salah prosedur penanganannya harus diperiksa dalam kasus Tolikara.
Baca SelengkapnyaPresiden GIDI Minta Penyidikan Kasus Tolikara Dihentikan
11 Agustus 2015
Presiden GIDI minta Kapolda Papua menyerahkan proses penyelesaian masalah tersangka kepada gereja dan umat muslim Tolikara.
Baca SelengkapnyaKomnas HAM: Temukan Aparat yang Menembak Warga Tolikara
10 Agustus 2015
Komnas HAM mendesak Menkopolhukam agar memerintahkan Kapolri dan Panglima TNI mengusut penembakan Tolikara.
Baca SelengkapnyaRusuh Tolikara, Komnas HAM Temukan 4 Pelanggaran
10 Agustus 2015
Komnas HAM menemukan empat indikasi pelanggaran HAM pada kerusuhan di Tolikara.
Baca SelengkapnyaHasil Investigasi Tolikara, Komnas: Ada 4 Pelanggaran HAM
10 Agustus 2015
Pemerintah memastikan kerusuhan di Kabupaten Tolikara, Papua, tidak dipicu oleh isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
Baca SelengkapnyaTolikara Pulih, Begini Proses Pembangunan Musala dan Ruki
10 Agustus 2015
Pembangunan 85 ruki dan musalah untuk menggantikan ruki dan musalah yang terbakar saat amuk massa pada 17 Juli lalu.
Baca Selengkapnya