Provinsi Jambi Minta Hujan Buatan

Reporter

Editor

Rabu, 14 September 2011 15:29 WIB

Kabut asap kiriman dari 204 titik api di Sumatra. ANTARA/Iggoy el Fitra

TEMPO Interaktif, Jambi - Pemerintah Provinsi Jambi telah mengusulkan agar pemerintah pusat memberikan bantuan pembuatan hujan buatan untuk provinsi ini. Usulan disampaikan melalui Kementerian Kehutanan.

"Kita sudah menyampaikan keinginan tersebut agar hujan buatan juga dilaksanakan di Jambi mengingat banyaknya kawasan lahan dan hutan yang terbakar," kata Gubernur Jambi, Hasan Basri Agus, Rabu, 14 September 2011.

Pemerintah pusat, kata Hasan, sudah memprogramkan adanya hujan buatan di dua daerah di wilayah Sumatera, yakni Provinsi Sumatera Selatan dan Riau. "Namun, kita melihat kondisi yang ada, Jambi pun sudah menganggap sudah harus dilakukan hal serupa karena kabut asap tidak hanya telah mengganggu aktivitas masyarakat, tapi juga kesehatan warga," ujarnya.

Gubernur mengakui, jika program hujan buatan ini membutuhkan biaya yang mahal. Khusus di dua provinsi tetangga Jambi itu saja, sedikitnya akan membutuhkan biaya Rp 10,5 miliar.

"Kita telah mengajukan bantuan dana sebesar Rp 700 juta supaya keinginan kita untuk melakukan hujan buatan di daerah ini segera terealisasi," katanya.

Kabut asap di Jambi sangat mengganggu aktivitas penerbangan di Bandara Sultan Taha Jambi karena jarak pandang pada saat pagi hari berkisar 600-800 meter sehingga pesawat tidak bisa mendarat dan berangkat.

Sejak 10 hari terakhir, pesawat yang menuju dan meninggalkan Bandara Sultan Taha hanya bisa dilakukan pada saat siang hari. Tidak hanya itu, aktivitas pelayaran laut dan sungai pun sudah terganggu.

Kabut asap ini tidak menutup kemungkinan akan bisa menggagalkan rencana kunjungan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono di Jambi, yakni tanggal 21-23 September 2011.

Berdasarkan data Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Provinsi Jambi, Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) Kota Jambi kian buruk. “Angka ISPU mencapai 152-170 PSI pada posisi pukul 08.00 WIB pagi tadi,” ujar Sumardi, Kabid Sarana Fisik dan Pemantauan BLHD Provinsi Jambi.

Data perhitungan BLHD Provinsi Jambi, ISPU Kota Jambi pada pukul 01.00 WIB hingga pukul 08.00 WIB kemarin masing-masing adalah 133 PSI, 137 PSI, 140 PSI, 140 PSI, 141 PSI, 142, PSI, 147 PSI dan terkahir 152 PSI. “Sore kemarin justru bertambah parah, angkanya mencapai 170 PSI,” katanya.

Tidak saja udara tercemar, akibat kemarau tahun ini warga Kota Jambi juga kesulitan mendapatkan air bersih. Menurut keterangan pihak Perusahaan Daerah Air Minum setempat, permintaan air minum melalui tangki terus mengalami peningkatan karena sumur milik warga sudah banyak mengalami kekeringan.

Begitu juga dengan lahan pertanian masyarakat. Di beberapa kabupaten dinyatakan ratusan, bahkan ribuan hektare tanaman padi warga kekeringan dan terancam gagal panen, antara lain seperti di Kabupaten Muarojambi, Kerinci, Tanjungjabung Timur dan beberapa kabupaten lainnya.

SYAIPUL BAKHORI

Berita terkait

Kominfo Siapkan Jaringan dalam World Water Forum, Harapkan Solusi Pengelolaan Air

33 hari lalu

Kominfo Siapkan Jaringan dalam World Water Forum, Harapkan Solusi Pengelolaan Air

Kominfo bertugas memastikan jaringan telekomunikasi di Forum Air Sedunia pada 18-25 Mei 2024 di Bali.

Baca Selengkapnya

Kajian Peneliti BRIN Ihwal Kekeringan Ekstrem di Kalimantan, Greenpeace: Dipicu Deforestasi

39 hari lalu

Kajian Peneliti BRIN Ihwal Kekeringan Ekstrem di Kalimantan, Greenpeace: Dipicu Deforestasi

Wilayah yang paling terdampak risiko kekeringan ekstrem, adalah Ibu Kota Negara atau Nusantara.

Baca Selengkapnya

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

43 hari lalu

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

Menurut BMKG, El Nino akan segera menuju netral pada periode Mei-Juni-Juli dan setelah triwulan ketiga berpotensi digantikan La Nina.

Baca Selengkapnya

Imbas Banjir dan Longsor, 874 Hektare Sawah di Jawa Barat Gagal Panen

45 hari lalu

Imbas Banjir dan Longsor, 874 Hektare Sawah di Jawa Barat Gagal Panen

Bencana akibat krisis iklim membuat 874 Ha sawah di Jawa Barat gagal panen pada musim tanam 2023/2024. Lahan tergerus banjir, kering, dan longsor.

Baca Selengkapnya

Destinasi Liburan di Spanyol Ini Terancam Mengalami Kekeringan

56 hari lalu

Destinasi Liburan di Spanyol Ini Terancam Mengalami Kekeringan

Kepulauan Canary, khususnya Pulau Tenerife, di Spanyol menghadapi kekeringan parah yang semakin memburuk,

Baca Selengkapnya

Selain Indonesia, Ini Daftar Negara Lain yang Masih Alami El Nino

58 hari lalu

Selain Indonesia, Ini Daftar Negara Lain yang Masih Alami El Nino

Berbagai pihak menyebut fenomena El Nino masih akan berlanjut. Berikut ini daftar negara yang masih mengalami El Nino, selain Indonesia.

Baca Selengkapnya

Meski El Nino Melemah, Tren Bulan-bulan Terpanas Tak Patah di Januari 2024

8 Februari 2024

Meski El Nino Melemah, Tren Bulan-bulan Terpanas Tak Patah di Januari 2024

Walau fenomena El Nino sudah melemah, peningkatan suhu permukaan laut global masih tercatat tinggi dan melampaui rekor global.

Baca Selengkapnya

Jokowi Beri Bantuan Rp 8 Juta per Hektare ke Petani Korban El Nino, Begini Penjelasan BNPB

24 Januari 2024

Jokowi Beri Bantuan Rp 8 Juta per Hektare ke Petani Korban El Nino, Begini Penjelasan BNPB

BNPB memberi penjelasan soal bantuan Jokowi sebesar Rp 8 juta per hektare yang diberikan untuk petani terdampak banjir dan El Nino.

Baca Selengkapnya

BMKG Prediksi 5 Wilayah Indonesia Kekeringan di 2024 akibat Curah Hujan Rendah

5 Januari 2024

BMKG Prediksi 5 Wilayah Indonesia Kekeringan di 2024 akibat Curah Hujan Rendah

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika atau BMKG memprediksi di tahun 2024 curah hujan berada di kondisi normal.

Baca Selengkapnya

Kajian Save the Children, Kekeringan dan Rawan Pangan Ancam Anak di Indonesia Timur

22 Desember 2023

Kajian Save the Children, Kekeringan dan Rawan Pangan Ancam Anak di Indonesia Timur

Banyak anak di daerah yang terdampak itu mengalami infeksi saluran pernapasan akut selama kekeringan berkepanjangan.

Baca Selengkapnya