Gunung Muria Gundul 85 Persen, Ratusan Rumah Terancam Longsor

Reporter

Editor

Minggu, 19 September 2010 08:58 WIB

TEMPO Interaktif, Kudus - Pembalakan liar masih terus terjadi di kawasan hutan di pegunungan Muria Kudus.

“Tingkat kegundulannya sudah mencapai sekitar 85 persen,” kata Shokib, Ketua Paguyuban Masyarakat Peduli Hutan Kabupaten Kudus, Ahad (19/9). “Pemerintah harus segera bertindak mengatasi.”

Pencurian hutan dilakukan masyarakat dari berbagai daerah di kawasan hutan milik Perhutani. Mereka, kata Shokib, berasal dari Jepara, Pati, dan Kudus. “Kami survei langsung ke lapangan, kerusakannya sudah mencapai 85 persen,” jelas Shokib.

Akibat gundulnya hutan di kawasan Muria itu, warga yang tinggal di lereng Gunung Muria khawatir. “Kami khawatir terjadi kelongsoran,” ucap Suyuti, warga Desa Menawan, Kecamatan Dawe Kudus.

Pemerhati lingkungan dari Universitas Muria Kudus, Hendy Hendro, menyatakan sekitar 40 persen lahan di kawasan Muria tingkat kemiringannya lebih dari 40 derajat. ”Tanah miring itu sekitar 114,3 hektare tanpa vegetasi,” ujar Hendy Hendro, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muria Kudus.

Data itu, kata Hendy, diambil dari Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Jratun Seluna. Lahan rawan longsor itu, karena tidak tertutup vegetasi alias gundul. Akibatnya, begitu Kudus diguyur hujan, sangat berpotensi air langsung meluncur ke bawah dan rawan longsor. Karena itu, dibutuhkan pembenahan secara komprehensif

Hingga kini, kawasan yang paling rawan longsor ada di dua kecamatan, yakni Gebog dan Dawe. Kedua wilayah itu terletak di lereng Gunung Muria. Di dua wilayah itu, sering terjadinya ratusan titik tanah merekah di lingkungannya. Kekhawatiran itu sangat beralasan, sebab daerah itu sering turun hujan.

Terutama warga Desa Rahtawu, Kecamatan Gebog, dan warga Desa Colo serta Japan, Kecamatan Dawe "Setidaknya ada 500 rumah terancam longsor karena terletak di lereng perbukitan," ujar Ali Rifa'I, Kepala Kantor Kesbanglinmas Kabupaten Kudus.

Pada musim penghujan tahun lalu, daerah itu mengalami kelongsoran yang cukup serius dengan membawa korban tiga orang tewas. Sebagian warganya juga harus diungsikan, karena 30 rumah roboh dan 28 rumah lainnya rusak. Menurut Mugiyanto, Perangkat Desa Rahtawu, di tempat pemukiman warga itu terdapat ratusan titik retakan. “Jika turun hujan berpotensi bencana tanah longsor.” tegas Mugiyanto.

Curah hujan di Gunung Muria yang memiliki ketinggian sekitar 1.600 meter dari permukaan laut itu, mencapai 3.500-4.000 mm/tahun. Sebagian besar gunung itu tidak lagi berhutan. Kondisi tanahnya, termasuk tanah liat, sehingga air yang turun tidak mudah diserapnya. Geografinya bertebing curam. Sedangkan penduduk yang sebagian besar petani ini, lebih memilih menanam padi gogo, ketela dan jagung.

"Di sini ada 600 KK (1.500 jiwa ) yang tinggal di daerah tawan longsor," ujar Kepala Desa Rahtawu Sugiyono. Jumlah penduduk Rahtawu sendiri 1.420 KK ( 4.730 jiwa ), tinggal di 4 dukuh, yakni Krajan, Wetan Kali, Sumliro, Gingsir dan Tumpuk.

BANDELAN AMARUDIN

Advertising
Advertising

Berita terkait

Polemik Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan, Ini Penjelasan Menteri Airlangga

30 hari lalu

Polemik Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan, Ini Penjelasan Menteri Airlangga

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan alasan pemerintah memutihkan lahan sawit ilegal di kawasan hutan.

Baca Selengkapnya

365 Perusahaan Ajukan Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan

30 hari lalu

365 Perusahaan Ajukan Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan

Ratusan perusahaan pemilik lahan sawit ilegal di kawasan hutan mengajukan pemutihan.

Baca Selengkapnya

Pemutihan Lahan Sawit Ilegal Dipercepat, Target Rampung 30 September 2024

30 hari lalu

Pemutihan Lahan Sawit Ilegal Dipercepat, Target Rampung 30 September 2024

Pemerintah mempercepat program pemutihan lahan sawit ilegal di kawasan hutan. Ditargetkan selesai 30 September 2024.

Baca Selengkapnya

Pengelolaan Hutan Didominasi Negara, Peneliti BRIN Usul Cegah Deforestasi melalui Kearifan Lokal

30 hari lalu

Pengelolaan Hutan Didominasi Negara, Peneliti BRIN Usul Cegah Deforestasi melalui Kearifan Lokal

Masyarakat yang tinggal di sekitar hutan seringkali tidak mendapatkan hak akses yang cukup untuk memanfaatkan sumber daya di dalamnya.

Baca Selengkapnya

Tingkat Deforestasi Tinggi, Kawasan Hutan IKN Baru 16 Persen dari Target 65 Persen

32 hari lalu

Tingkat Deforestasi Tinggi, Kawasan Hutan IKN Baru 16 Persen dari Target 65 Persen

Kondisi hutan di IKN yang sudah ditetapkan sebagai kawasan lindung masih jauh dari kondisi ideal.

Baca Selengkapnya

Hari Hutan Internasional: Laju Deforestasi Hutan Tiap Tahun Mengkhawatirkan

36 hari lalu

Hari Hutan Internasional: Laju Deforestasi Hutan Tiap Tahun Mengkhawatirkan

Hari Hutan Internasional diperingati setiap 21 Maret. Sejarahnya dimulai 2012 yang diprakarsai oleh PBB untuk membantu dan mendukung konservasi hutan

Baca Selengkapnya

Agar Dilirik Wisatawan, Taman Hutan Raya Bunder Gunungkidul Diusulkan Digarap Sistem Blok

37 hari lalu

Agar Dilirik Wisatawan, Taman Hutan Raya Bunder Gunungkidul Diusulkan Digarap Sistem Blok

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyiapkan pengelolaan Taman Hutan Raya Bunder di Kabupaten Gunungkidul dengan sistem blok.

Baca Selengkapnya

OIKN Klaim 65 Persen Kawasan IKN akan Menjadi Hutan Tropis

39 hari lalu

OIKN Klaim 65 Persen Kawasan IKN akan Menjadi Hutan Tropis

Kepala Badan Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) Bambang Susantono mengatakan 65 persen kawasan IKN akan bisa dijadikan hutan tropis kembali.

Baca Selengkapnya

Jangan Kabur, Ini 6 Tips Menyelamatkan Diri saat Bertemu Harimau

40 hari lalu

Jangan Kabur, Ini 6 Tips Menyelamatkan Diri saat Bertemu Harimau

Saat sedang pergi ke hutan atau gunung dan bertemu harimau, sebaiknya jangan panik. Berikut beberapa tips menyelamatkan diri saat bertemu harimau.

Baca Selengkapnya

Kebakaran Hutan Kerap Terjadi di Sumatera dan Kalimantan, Ini Cara Antisipasi Karhutla

55 hari lalu

Kebakaran Hutan Kerap Terjadi di Sumatera dan Kalimantan, Ini Cara Antisipasi Karhutla

Kebakaran hutan kerap terjadi di beberapa daerah di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Bagaimana cara mengantisipasinya?

Baca Selengkapnya